Pengembangan terbaru terhadap IRAM memungkinkan para ilmuwan mendeteksi
gas dan debu yang baru ditemukan, yang mencakup karbon dalam jumlah yang
cukup signifikan.
Dengan menggunakan array IRAM teleskop gelombang-milimeter di Pegunungan
Alpen Perancis, tim astronom Eropa dari Jerman, Inggris dan Perancis
telah menemukan sebuah waduk besar gas dan debu dalam galaksi yang
mengitari lubang hitam supermasif yang paling jauh yang pernah
diketahui. Galaksi yang disebut J1120 0641 ini memiliki jarak tempuh
cahaya yang mengindikasikan usia 740 juta tahun setelah Big Bang, ketika
alam semesta ini hanya 1/18 usia saat ini.
Ketua tim riset, Dr. Bram Venemans dari Institut Astronomi Max-Planck di
Heidelberg, Jerman, akan mempresentasikan penemuan baru ini pada Rabu,
28 Maret, dalam Pertemuan Astronomi Nasional di Manchester.
Array Institut de Radioastronomie Millimetrique (Iram) terdiri dari enam
teleskop berukuran 15-m yang mendeteksi emisi pada panjang gelombang
milimeter (sekitar sepuluh ribu kali selama cahaya terlihat), berlokasi
di Dataran de Bure pada ketinggian 2550-m di Pegunungan Alpen Perancis.
Teleskop IRAM bekerja bersamaan dalam mensimulasikan sebuah teleskop
yang jauh lebih besar dalam interferometer, yang dapat mempelajari objek
dalam detail yang sangat halus.
Pengembangan terbaru terhadap IRAM memungkinkan para ilmuwan mendeteksi
gas dan debu yang baru ditemukan, yang mencakup karbon dalam jumlah yang
cukup signifikan. Ini sungguh tidak terduga, karena unsur kimiawi
karbon terbentuk melalui fusi nuklir helium di dalam pusat bintang besar
dan dihempaskan ke dalam galaksi ketika bintang tersebut mengakhiri
hidupnya dalam ledakan supernova yang dramatis.
“Sungguh membingungkan bahwa sejumlah besar karbon yang berlimpah gas
dapat terbentuk pada saat-saat awal alam semesta. Keberadaan karbon yang
sedemikian banyak itu menegaskan bahwa pembentukan bintang besar pasti
terjadi dalam periode singkat antara Big Bang dan waktu di mana kita
saat ini mengamati galaksi tersebut,” kata Dr. Venemans.
Berdasarkan emisi dari debu, Venemans beserta timnya mampu menunjukkan
bahwa galaksi tersebut masih bekerja membentuk bintang-bintang dengan
kecepatan 100 kali lebih tinggi daripada di Bima Sakti kita.
Mereka bersyukur atas dilakukannya pengembangan terhadap IRAM, yang
membuat penemuan ini bisa terwujud. “Memang, beberapa tahun yang lalu
kami tidak akan mampu mendeteksi emisi itu.” kata salah satu anggota tim
riset, Dr. Pierre Cox, direktur IRAM.
Para astronom sangat antusias dengan fakta bahwa sumber ini juga
terlihat dari belahan bumi selatan di mana Atacama Large
Millimeter/submillimeter Array (ALMA), yang akan menjadi teleskop
sub-milimeter/milimeter paling canggih di dunia, saat ini sedang
dibangun di Chili. Pengamatan dengan ALMA akan memungkinkan studi yang
mendetail terhadap struktur galaksi tersebut, termasuk bagaimana gas dan
debu bergerak masuk ke dalamnya.
Dr. Richard McMahon, salah satu anggota tim riset dari Universitas
Cambridge di Inggris membayangkan ke depan ketika ALMA sepenuhnya
beroperasi pada akhir tahun ini. “Pengamatan saat ini hanya menyediakan
sekilas tentang apa yang akan ALMA mampu lakukan saat kita
menggunakannya untuk mempelajari pembentukan generasi galaksi-galaksi
pertama.”
Gambar : Galaksi J1120+0641 (titik merah dalam lingkaran hijau0
terlihat pada panjang gelombang terpendek, dan emisinya terdeteksi oleh
IRAM (bawah). (Kredit: Royal Astronomical Society (RAS))
Kredit: Royal Astronomical Society (RAS)
Sumber : FaktaIlmiah.com, 29 Maret 2012