Kebiadaban Skotlandia Lepaskan Esktrimis Anti-Islam

Written By Juhernaidi on Selasa, 05 Juli 2011 | 3:17:00 PM

kelompok ekstrimis Skotlandia memang terkenal anti-Islam, seringkali membuat ancaman. (Berita SuaraMedia)
GLASGOW  – Seorang pria kulit putih rasis pengusung semboyan supremasi kulit putih dijatuhi hukuman karena telah melontarkan ancaman keji akan meledakkan masjid utama Skotlandia dan juga ancaman untuk memenggal kepala umat Muslim.
Neil MacGregor, yang mengakui kepada polisi bahwa dirinya adalah seorang rasis, pada persidangan awal memebenarkan bahwa dirinya mengancam untuk meledakkan masjid utama Glasgow dan membunuh satu orang Muslim setiap minggunya hingga seluruh masjid di Skotlandia ditutup.

Yang membuat terkejut dan marah umat Muslim, plot teror yang direncanakan MacGregor hanya mendapat porsi pemberitaan yang sedikit sekali dari pers Skotlandia. Bahkan tidak ada sama seklai di media-media Inggris Raya.

Ada pula tuduhan mengenai standar ganda yang dilakukan oleh polisi dan pejabat berwenang karena MacGregor, 36, hanya dijatuhi tuduhan mengganggu kedamaian, bukannya tuduhan tindakan terorisme yang lebih serius.

"Coba bayangkan jika ada seorang Muslim Skotlandia yang mengancam untuk meledakkan katedral utama Glasgow dan memenggal kepala satu orang Kristen setiap minggunya hingga seluruh tentara Inggris ditarik keluar dari Irak dan Afghanistan," kata Osama Saeed, direktur ekssekutif yayasan Islam Skotlandia dan seorang anggota senior partai nasional Skotlandia.

"Pasti hal tersebut akan langsung mendapatkan reaksi keras, disebut tindakan biadab, lalu dijadikan tajuk utama seluruh surat kabar di negara ini. Berita tersebut akan menjadi berita yang paling ramai dibahas."

Namun dalam kasus tersebut, media baru meliput (dalam jumlah yang amat sangat minim) mengenai terorisme terhadap umat Islam Skotlandia tersebut setelah Saeed menelepon sejumlah kantor berita terkemuka dan setelah sebuah mosi dimasukkan ke parlemen Skotlandia.

Dalam mosi parlemen tersebut, Frank McAveety, seorang anggota partai buruh Parlemen dari Glasgow menyesalkan bahwa ancaman peledakan masjid pusat Glasgow dan ancaman pemenggalan kepala satu orang Muslim setiap minggunya tidak mendapatkan perhatian media, dia menyerukan kepada media untuk memastikan bahwa tindak terorisme semacam itu untuk tetap diliput, meski pelakunya adalah Kristen kulit putih."

MacGregor menyebarkan ancamannya dalam sebuah email dan sebuah panggilan telepon kepada polisi kawasan Strathclyde tahun lalu.

Dalam emailnya, MacGrefor menuliskan: "Saya adalah seorang rasis yang bangga dengan pandangan saya, saya juga merupakan anggota front nasional" (sebuah organisasi ekstrimis sayap-kanan).

"Sebagai organisasi, kami telah memutuskan untuk menghadapi "ancaman" dari orang-orang Muslim dengan cara-cara kami sendiri, seperti halnya para leluhur kami."

Seperti halnya penjahat, penculik, dan sampah masyarakat lainnya, setelah melontarkan kata-kata pembuka, dia menyampaikan tuntutan:

"Yang kami inginkan bukanlah hal besar. Tutup seluruh masjid di Skotlandia! Jika tuntutan kami tidak segera dipenuhi, paling lambat hari Jumat depan, maka kami akan menculik satu orang Muslim, lalu mengeksekusinya (memenggal kepalanya) dan rekaman video pemenggalan itu akan kami tayangkan di internet."

"Setiap minggunya, kami akan menculik dan memenggal kepala satu orang Muslim jika tuntutan kami tidak dipenuhi."

MacGregor kemudian menelepon polisi dan mengatakan bahwa dia telah menanamkan bom di masjid utama Glasgow. Mendengar hal tersebut, para polisi langsung bergegas menuju bangunan masjid tersebut, namun tidak menemukan apa-apa.

Bashir Maan, ketua masjid tersebut berkata: "Para polisi datang pada waktu senja dan mengevakuasi sekitar 100 orang jamaah. Mereka kemudian menggeledah seluruh bagian bangunan masjid. Komunitas Muslim Skotlandia merasa sangat resah pada waktu itu."

Maan mengakui bahwa dirinya merasa terkejut ketika MacGregor hanya dijatuhi tuntutan mengganggu ketenteraman umum, bukannya tuntutan hukum yang jauh lebih berat.

"Hal tersebut jelas merupakan cerminan standar ganda dalam penggunaan hukum anti-teror," tambahnya.

Yayasan Islam Skotlandia melayangkan surat protes kepada Crown Office (sebuah departemen di bawah Jaksa Agung yang menangani masalah pelanggaran hukum di wilayah Skotlandia), menuntut jawaban mengapa MacGregor hanya dijatuhi tuduhan ringan.

"Kami sangat yakin jika yang melakukan hal tersebut adalah seorang Muslim, maka dia akan diperlakukan dengan berbeda oleh polisi dan pihak berwenang lainnya," kata Saeed.

"MacGregor bisa dibilang beruntung karena persidangan tersebut dilakukan di pengadilan Sheriff, dan bukan pengadilan tinggi, dimana kasus-kasus terorisme biasanya diproses, tentunya dengan hukuman yang lebih berat, ketidakadilan ini harus dijelaskan."

"Aparat hukum terlalu gampang melepaskan MacGregor, orang yang tidak waras yang memiliki khayalan berbahaya."

Dalam sebuah pernyataan, Crown Office mengatakan bahwa pihaknya telah memutuskan untuk menjatuhkan tuntutan gangguan ketertiban umum, yang dipicu oleh kebencian rasialis. "Keputusan tersebut diberikan setelah dengan seksama mempertimbangkan seluruh bukti dan situasi lapangan."

Seorang juru bicara menambahkan: "Fakta-fakta mengenai kasus tersebut semakin memperjelas bahwa semuanya hanyalah ancaman bom omong kososng belaka, sama sekali tidak ada bukti motif atau tujuan terorisme."

Umat Muslim membandingkan kasus MacGregor dengan Mohammed Atif Siddique, 22, yang dijatuhi hukuman penjara selama delapan tahun di Glasgow pada bulan September 2007, atas tuduhan "mengumpulkan informasi tentang terorisme dan menyebarkan hasutan teror" melalui internet.
Aamer Anwar, pengacara Siddique, mengecam: "Kenapa disaat seorang pria kulit putih terlibat dalam perencanaan tindak terorisme yang amat nyata, pihak berwajib tidak siap untuk menerapkan undang-undang anti-teror, tapi mereka tampak sangat siap jika Muslim yang dianggap bersalah?"

Simulasi Jangka Sorong