
LONDON – Inggris menahan seorang prajuritnya sendiri karena menentang misi perang yang dilakukan Inggris. Prajurit tersebut berpartisipasi dalam sebuah demonstrasi menentang perang Afghanistan pada akhir bulan Oktober silam.
Wakil Kopral Joe Glenton, 27, ditangkap setelah menggelar demonstrasi
yang bertajuk "Stop the war" (hentikan perang) bersama dengan ribuan
orang lainnya di pusat kota London pada tanggal 9 Juni.
Glenton, yang berasal dari Korps Logistik Kerajaan Inggris, menggelar
unjuk rasa di Trafalgar Square, London. Di hadapan lebih dari 5.000
orang pengunjuk rasa, Glenton mengatakan bahwa segala hal yang telah ia
saksikan di Afghanistan membuatnya mempertanyakan kebenaran moral dari
posisinya di sana.
Kala itu, Glenton berkata: "Hari ini, saya berada di sini untuk
berdiri berdampingan dengan Anda semua, karena saya yakin bahwa ada
kesalahan besar yang telah dilakukan di Afghanistan," kata Glenton di
hadapan kerumunan massa pengunjuk rasa.
"Bisikan hati kecil saya berkata bahwa saya tidak dapat menjadi
bagian dari hal itu. Saya terikat oleh hukum dan kewajiban moral untuk
berusaha menghentikan mereka. Saya adalah seorang prajurit, dan saya
berharap untuk pergi berperang, namun saya juga berharap bahwa kebutuhan
untuk mempertahankan kepentingan negara dilakukan dengan cara yang
legal dan dapat dibenarkan. Saya rasa permintaan ini tidaklah terlalu
muluk, dan itulah alasan mengapa saya memutuskan untuk mengambil langkah
ini," tambah Glenton.
Sejak saat itu, Glenton ditangkap dan diganjar lima tuduhan yang
berhubungan dengan demonstrasi dan pernyataan pers yang dianggap tidak
menghormati regulasi militer.
Glenton menolak kembali ditempatkan di medan tempur Afghanistan.
Penolakan Glenton tersebut semakin menambahkan tentangan terhadap perang
tersebut, yang menjadi hal kontroversial di Inggris.
Pada bulan Juni lalu, Glenton menulis surat kepada Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown. Di dalam surat tersebut, ia mengkritik keterlibatan Inggris dalam perang Afghanistan.
Kementerian Pertahanan Inggris menolak memberikan komentar mengenai
penjatuhan tuduhan baru terhadap prajurit Inggris tersebut. Namun
seorang juru bicara mengatakan bahwa yang dilakukan adalah sebuah
hukuman disiplin.
"Karena kasus ini masih menjalani proses hukum di pengadilan, maka
tidaklah pada tempatnya untuk memberikan komentar lebih lanjut pada saat
ini," katanya.
Sebelum demonstrasi, Glenton mengatakan kepada pers, "Memang sulit
untuk tidak menjalankan perintah, namun ketika Inggris menuruti kemauan
AS untuk melanjutkan perang di salah satu negara termiskin di dunia,
saya tidak punya pilihan lain."
Pada awal Agustus, dalam sebuah dengar pendapat dalam kasusnya,
Glenton berkata: "Para pasukan Inggris menyabung nyawa di sana
(Afghanistan), namun yang mengambil keuntungan adalah AS dan kebijakan
luar negerinya. Para prajurit seharusnya dipulangkan."
Glenton menghadapi ancaman hukuman maksimal 10 tahun penjara, dari
ancaman sebelumnya sebanyak empat tahun atas tuduhan desersi dari
kemiliteran.
Lindsey German, salah seorang partisipan gerakan "Stop the War",
berkata: "(Kasus) ini bukan mengenai pelanggaran regulasi militer. Namun
penindasan terhadap seorang prajurit yang mengemukakan apa yang
sebenarnya, sesuai dengan akal sehatnya."
Dalam sebuah jajak pendapat yang baru digelar, hasilnya menunjukkan
bahwa sebagian besar rakyat Inggris menolak pembenaran pihak pemerintah
untuk tetap menempatkan pasukan Inggris di Afghanistan. Empat dari lima
orang responden tidak yakin bahwa keterlibatan Inggris dalam konflik
Afghanistan akan mempengaruhi kehidupan mereka.
Meski menghadapi ancaman hukuman 10 tahun dibalik jeruji besi, Glenton tetap berkeinginan mempertahankan sikapnya.
"Orang-orang mengatakan bahwa saya adalah seorang pemberani, namun
saya sama sekali tidak merasa berani, saya merasa takut. Tapi hal itu
tidak akan menghentikan langkah saya, saya akan terus melangkah maju,"
kata Glenton kepada Daily Mail. "Saya tidak bisa dibungkam. Saya akan
terus bebicara dan melakukan apa yang saya anggap benar. Saya harus
melakukan hal ini, jika tidak, maka saya akan selamanya menanggung
beban."