Mohammed
Al-Fayed membakar sebuah hiasan berbentuk seperti simbol kerajaan yang
dipasang di puncak gedung Harrods, pertokoan mewah di London milik
keluarga Al-Fayed. Pembakaran itu dijadikan bagian dari film dokumenter
televisi tentang kematian Pangeran Putri Diana.
Dalam adegan di film itu, terlihat Al-Fayed sedang berdiri di depan
"simbol kerajaan" yang sedang dibakar. "Saya menghancurkannya sebagai
penghormatan buat anak lelaki saya, Dodi (Dodi Al-Fayed). Saya ingin
hari ini ia melihat pembakaran ini," kata Al-Fayed.
Dalam film berjudul "Unlawful Killing" yang disutradarai Keith Allen, Mohammed Al-Fayed menyebut Duke of Edinburgh
(gelar kebangsawanan untuk Pangeran Phillips, suami Ratu Elizabeth II) sebagai seorang "Nazi".
(gelar kebangsawanan untuk Pangeran Phillips, suami Ratu Elizabeth II) sebagai seorang "Nazi".
"Ada putusan hakim yang jelas-jelas menyebutkan pembunuhan, tapi
mengapa tak ada satu orang pun yang ditangkap? Inti dari semua ini
adalah masalah rasisme," kata Al-Fayed.
"Orang-orang yang berkuasa di negara ini--negara saya--tak ada yang
mau mendengarkan saya soal latar belakang Nazi Pangeran Phillips. Tapi
saya harus mengungkapnya, karena informasi itu 100 persen benar. Mereka
tidak akan menerima saya atau anak saya, dan ketika ia (Dodi Al-Fayed)
jatuh cinta pada Putri Diana, mereka membunuh Dodi," tandas Al-Fayed.
Film dokumenter "Unlawful Killing" sendiri dilarang diputar di
Inggris dan diputar untuk kalangan terbatas dalam Festival Film Cannes,
Prancis bulan Mei lalu. Film ini jadi kontroversial dan memicu kemarahan
banyak orang karena menampilkan foto close-up Putri Diana beberapa saat
setelah mengalami kecelakaan mobil di Paris pada tahun 1997. Di film
itu, Ratu Inggris dijuluki "gangster bermahkota" dan suaminya, Pangeran
Phillips di sebut sebagai psikopat.
Mohammed Al-Fayed mendanai sendiri pembuatan "Unlawful Killing" yang
menelan biaya 2,4 juta euro. Rencananya film ini untuk pertama kalinnya
akan ditayangkan buat masyarakat umum pada 6 Juli mendatang di Irlandia,
dan beberapa negara lainnya seperti Rusia, Belgia, Luxemburg dan
Belanda, juga AS.
Sampai detik ini, kematian Putri Diana dalam kecelakaan mobil di
Paris masih menjadi teka-teki. Dugaan kuat, kecelakaan itu bukan
kecelakaan biasa, tapi memang ada yang sengaja membunuh Putri Diana.
