VANCOUVER – Kaum Muslim dan non-Muslim di sebuah kota yang terletak di wilayah paling barat Kanada, sama-sama memandang positif pembangunan sebuah masjid di kota tersebut. Masjid tersebut menjadi masjid pertama yang pernah dibangun, pembangunan masjid tersebut memberikan nafas kehidupan baru di kalangan masyarakat sekaligus membantu komunitas Muslim agar mereka semakin merasa menjadi bagian dalam kehidupan bermasyarakat.
"(Pembangunan masjid tersebut) adalah sebuah hal
yang saling menguntungkan, baik bagi kota ini maupun komunitas Muslim
yang tinggal di kota ini," kata Brian Skakun, anggota dewan kota Prince
George di propinsi British Columbia di Kanada.
"Saya melihatnya sebagai sebuah komponen untuk semakin memperkaya kondisi ekonomi dan memperkaya populasi kota kami."
Selama bertahun-tahun, upaya para pejabat
pemerintahan kota untuk memperkaya ekonomi kawasan yang didominasi hutan
tersebut selalu menemui kegagalan dalam menarik minat para profesional
Muslim yang berkemampuan sangat baik, untuk menetap di sana.
Prince George terletak sekitar 800 kilometer di sebelah barat laut
Vancouver, kira-kira dapat ditempuh dengan berkendara selama satu hari
penuh, dimana hanya di Vancoucer sebuah masjid terdekat dapat ditemukan.
Para Muslim dari beragam profesi, dokter, profesor,
insinyur, ahli bedah tulang dan bedah plastik semuanya menampik tawaran
untuk tinggal di kota tersebut karena tidak adanya masjid di kota
tersebut.
Kota yang dihuni oleh 70.000 orang penduduk
tersebut mengalami kekurangan tenaga profesional, mulai masalah
pengangguran hingga masalah akademi perekrutan di setiap universitas,
ditambah lagi dengan jarangnya tenaga medis yang profesional.
Enam tahun yang lalu, solusi tersebut dilontarkan oleh asosiasi Muslim British Columbia.
Kaum Muslim mengajukan permohonan kepada dewan kota
agar diberikan ijin untuk membeli sepetak tanah agar dapat mendirikan
sebuah masjid. Dengan berdirinya sebuah masjid di Prince George,
diharapkan bahwa para profesional Muslim dapat terpancing untuk bersedia
tinggal di kota tersebut.
Mengingat fakta bahwa kurangnya jumlah masjid
menjadi penghambat proses perkembangan kota, para pejabat kota tanpa
berpikir dua kali langsung menyetujui permintaan itu.
Dengan anggaran yang diperkirakan antara 1,5 hingga
2 juta dollar AS, seorang arsitek asal Vancouver disewa jasanya untuk
membangun masjid dalam sebuah proyek yang berlangusng selama tiga tahap.
Sekitar $500.000 telah disiapkan dari para donatur pribadi di seluruh propinsi.
"Jika anda ingin menarik minat dari kalangan
profesional Muslim, maka mereka tidak akan tertarik untuk menetap di
kota ini jika tidak ada tempat sembahyang bagi mereka, para profesional
Muslim tersebut akan lebih memili untuk menetap di komunitas lain yang
lebih besar atau memiliki fasilitas yang lngkap untuk kegiatan ibadah,"
kata Skakun.
Umat Muslim merupakan 1,9 persen dari keseluruhan
penduduk Kanada yang jumlahnya mencapai 32,8 juta orang, dan Islam
adalah agama non-Kristen yang terbesar di negara penganut kepercayaan
Katolik Roma tersebut.
Sebuah hasil jajak pendapat menunjukkan bahwa
mayoritas Muslim merasa bangga sebagai warga Kanada, dan mereka juga
lebih terpelajar dibandingkan dengan kalangan umum.
Bagi 200 keluarga Muslim yang menetap di kota tersebut, pembangunan sebuah masjid merupakan sebuah mimpi yang menjadi kenyataan.
Mereka mengatakan bahwa (pembangunan masjid) akan
membuat mereka merasa nyaman seperti di rumah sendiri, khususnya dengan
masuknya lebih banyak Muslim ke kota tersebut setelah masjid didirikan.
"Kebanyakan dari mereka mengatakan bahwa mereka
akan menyukainya, namun keluarga mereka tidak akan mengatakan hal yang
senada," kata Ibrahim Karidio, sekretaris asosiasi Muslim.
"Pasangan suami istri dan anak-anak tidak akan
bersedia untuk menetap di sebauh tempat dimana mereka tidak dapat
menjalankan apa yang mereka yakini dalam lingkungan yang sesuai bagi
mereka."
Ketika pindah ke Kanada dari Niger sejak 16 tahun
yang lalu, Karidio dan istrinya merupakan bagian dari umat Muslim di
Prince George, yang dengan amat terpaksa harus menjalankan ibadah shalat
di ruang bawah tanah.
Tahun berganti tahun, keadaan semakin memburuk
ketika jumlah populasi Muslim semakin bertambah besar dan mereka semua
menghadapi permasalahan yag sama karena tidak memiliki tempat dimana
seluruh Muslim dapat berkumpul dalam kegiatan shalat berjamaah.
Umat Muslim selama ini terpaksa beribadah di ruang
bawah tanah, ruang kelas perkuliahan yang sedang kosong bahkan hingga di
gereja Kristen.
Kini, masjid yang telah sejak lama diidam-idamkan
dan telah memulai proses pembangunan tersebut akan memiliki kelas untuk
melatih anak-anak shalat.
Dalam tahap kedua dan ketiga dari pembangunan
masjid tersebut, umat Muslim berharap agar proyek tersebut akan
menginspirasikan toleransi beragama di kalangan masyarakat sekitar.
"Hal ini dapat menjadi saat dimana kaum Muslim,
non-Muslim, dan segenap lapisan masyarakat dapat menjembatani
perbedaan," kata Karidio. "Kami telah memberikan kontribusi yang berarti
bagi masyarakat dan kami ingin menjadi bagian dari masyarakat
seutuhnya."
"Kami tidak ingin hidup terasing dari masyarakat."