Kontestasi Para Presiden di Hari Pancasila

Written By Juhernaidi on Rabu, 01 Juni 2011 | 9:58:00 PM

Headline 

 Jakarta - Hari Pancasila yang digelar kali kedua oleh MPR di bawah Kepemimpinan Taufiq Kiemas tahun ini cukup spesial. Karena setiap presiden diberi kesempatan menyampaikan pidato kebangsaan. Mulai dari BJ Habibie, Megawati Soekarnoputri, hingga SBY. Kelas para presiden pun diketahui publik dengan mudah.

Hari Lahir ke-66 Pancasila yang digelar MPR tahun ini memang cukup spesial. Para mantan Presiden RI diberi kesempatan menyampaikan perspektifnya terkait pancasila. Dengan kata lain, MPR memberi ruang bebas kepada presiden dan para mantan presiden untuk memberikan pandangannya terhadap pancasila. "Memang MPR tentukan point-point pidato. Tapi beliau-beliau mengembangkannya sendiri," ujar Wakil Ketua MPR Lukman Hakim Saifuddun ketika dikonfirmasi.
Presiden ketiga BJ Habibie yang mendapat giliran tampil pertama dan paling banyak mendapat standing applause dari hadirin. Dengan gaya khasnya, BJ Habibie memulai pidatonya dengan bertanya mengapa pancasila lenyap dalam kehidupan. "Di manakah Pancasila kini berada?" tanya BJ Habibie.
Habibie menyebutkan Pancasila seolah-olah tenggelam dalam pusaran sejarah masa lalu yang tak lagi relevan untuk disertakan dalam dialektika reformasi. Pancasila seolah hilang dari memori kolektif bangsa. Pancasila semakin jarang diucapkan, dikutip dan dibahas baik dalam konteks kehidupan ketatanegaraan, kebangsaan maupun kemasyarakatan.
"Pancasila seperti tersandar di sebuah lorong sunyi justru di tengah denyut kehidupan bangsa Indonesia yang semakin hiruk-pikuk dengan demokrasi dan kebebasan berpolitik," papar Habibie.
Mantan Menristek ini menyebutkan perlu ada reaktualisasi, restorasi dan revitalisasi terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dia menyebutkan, problema kebangsaan yang saat ini dihadapi semakin kompleks, baik dalam skala nasional, regional maupun global. "Sehingga memerlukan solusi yang tepat, terencana dan terarah dengan menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai pemandu arah menuju hari esok Indonesia yang lebih baik," jelas Habibie.
Saat dikonfirmasi tentang pidatonya yang membuat terkesima publik, Habibie mengaku, materi yang ia sampaikan merupakan realitas yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. "Apa yang saya sampaikan adalah realitas yang ada. Itulah keadaannya," ujar Habibie.
Sementara, giliran kedua, Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri mengingatkan agar acara peringatan HUT Pancasila kali ini tidak sebatas seremoni belaka. Namun Mega menandaskan agar peringatan hari lahir Pancasila menjadi jalan baru dan jalan ideologis. "Untuk mempertegas bahwa tidak ada bangsa besar jika tidak bertumpu pada ideologi yang mengakar pada nurani rakyatnya," kata Mega.
Di bagian akhir pidatonya, Megawati menyitir syair lagu ‘Pancasila Rumah Kita’ karya almarhum Franky Sahilatua. Saat menyampaikan syair tersebut, tampak Megawati menahan tangis.
“Pancasila rumah kita, rumah untuk kita semua, nilai dasar Indonesia, rumah kita selamanya, untuk semua puji namanya, untuk semua cinta sesama, untuk semua wadah menyatu, untuk semua bersambung rasa, untuk semua saling membagi pada setiap insan, sama dapat sama rasa, oooh Indonesiaku, oooh Indonesia," kata Mega sambil menahan tangis.
Sementara di bagian akhir, giliran Presiden SBY memberikan pidato kebangsaan tekait hari lahir Pancasila. Di awal pidatonya, SBY memberi persetujuan atas perspektif yang disampaikan Ketua MPR Taufiq Kiemas, Presiden BJ Habibie, serta Presiden Megawati Soekarnoputri. Gaya pidato SBY sebagaimana jamak dimaklumi publik, kerap diselipi dengan bahasa asing seperti bahasa Inggris.
Presiden SBY mengingatkan tidak ada tempat bagi pihak ataupun gerakan yang memaksakan dasar negara selain Pancasila baik dasar agama ataupun ideologi lain. "Sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, saya harus menyatakan dengan tegas bahwa niat dan gerakan politik itu bertentangan dengan semangat dan pilihan kita untuk mendirikan negara berdasarkan Pancasila. Gerakan dan paksaan semacam itu tidak ada tempat di bumi Indonesia," tegas SBY.
Di bagian lain pidatonya, SBY memaparkan hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada 27-29 Mei 2011 yang mengungkapkan mayoritas responden (72,9% responden) menilai Pancasila harus dipertahankan. Di samping itu, 89% responden menyebut penyebab tawuran pelajar, konflik antar kelompok dan agama adalah akibat kurangnya pemahaman nilai-nilai Pancasila.
SBY melanjutkan hasil survei itu juga mengungkapkan, revitalisasi ini harus dilakukan melalui pendidikan (39%), contoh perbuatan para pejabat pemerintahan dan legislatif mulai dari tingkat pusat sampai daerah (19%), tokoh masyarakat dan agama (14%), penataran (13%), sosialisasi di media massa (12%) dan ceramah keagamaan (10%).
Jika membandingkan applaus audiens dan respon publik seperti melalui situs jejating seperti Twitter, pidato Habibie mendapat respons paling antusias dari publik. Selain filosofis, pidato Habibie mengunggah dan mampu menggerakkan siapa saja yang menyimaknya.

Simulasi Jangka Sorong