
Itu adalah serangan besar kedua terhadap kepolisian pada bulan ini setelah sebelumnya 16 polisi tewas dalam sebuah ledakan di luar markas besar di kota Hilla pada minggu pertama bulan Mei.
Pemboman terjadi bersamaan dengan upaya penjebolan penjara baru-baru
ini di Basra dan Baghdad yang menjadikan pasukan Irak bersiaga penuh
saat hari-hari terakhir persiapan penarikan pasukan AS dari negara kaya
minyak itu. “Ini memiliki sidik jari Al Qaeda,” klaim Brigadir Jamal
Tahi, kepala kepolisian Kirkuk.
Kirkuk dipenuhi dengan ketegangan etnis dan sektarian antara Arab,
Kurdi dan Turkmen, semuanya menganggap bahwa mereka pemilik sah provinsi
yang memiliki cadangan minyak terbesar. Kurdi ingin wilayah Kirkuk
menjadi bagian dari Kurdistan, sementara orang0orang Arab bersikeras
wilayah itu milik Baghdad.
Pada Kamis (19/5) ledakan di sebuah tempat parkir yang terkenal
dengan banyaknya polisi dan agen intelijen Kurdi yang selalu bergaul dan
minum teh di sana. Bom tersebut disembunyikan di sebuah mobil. Melukai
8 orang polisi, lalu penyerang kemudian meledakkan bom mobil kedua yang
menewaskan 27 orang.
“Saya selalu meninggalkan mobil saya di taman ini, sebagian besar
teman kami meninggalkan mobilnya di sini,” ujar Fadl Ahmed, seorang
polisi Kirkuk. “Saya melihat sekitar 20 mayat polisi. Banyak yang
terluka, terlalu banyak darah di sana.”
Ahmed berduka atas kepergian teman-temannya.
“Saya melihat salah seorang petugas. Saya mengucapkan selamat pagi
kepadanya dan kepada lainnya dan ketika saya kembali, mereka telah
tewas,” lanjutnya.
Sebuah ledakan bom ranjau juga melukai delapan polisi yang tengah
berkonvoy untuk mengunjungi lokasi serangan terhadap markas kepolisian.
Belum jelas siapa yang berada di balik penyerangan ini.