WNI Disandera Perompak Somalia Seret SBY "Dalam Masalah"

Written By Juhernaidi on Sabtu, 09 April 2011 | 8:44:00 AM

ILUSTRASI: Kondisi awak kapal MV Sinar Kudus yang disandera bajak laut Somalia, di perairan dekat Pulau Socotra, Semenanjung Arab kian mengenaskan. Dari dua puluh anak buah kapal yang disandera, 12 diantaranya kini menderita sakit. (foto: arsipberita.com) JAKARTA  - Kondisi awak kapal MV Sinar Kudus yang disandera bajak laut Somalia, di perairan dekat Pulau Socotra, Semenanjung Arab kian mengenaskan. Dari dua puluh anak buah kapal yang disandera, 12 diantaranya kini menderita sakit. “Kondisi kami sudah sangat mengenaskan,” ujar Slamet Juari, Kapten Kapal MV Sinar Kudus melalui sambungan telepon dari kapalnya, Jumat (8/4/2011) malam. Menurut Slamet, awak kapal berjatuhan sakit selain karena kekurangan makanan dan tak memiliki obat. Mereka juga kehabisan air bersih. “Tangki air bersih yang tersisa tinggal lumpur,” tambah Juari. Mereka sebagian besar menderita keluhan diare. Di antara sandera yang menderita sakit paling parah adalah Slamet Riyadi, 58 tahun warga Bogor asal Pekalongan.
Juari mengatakan ia harus kembali menyerukan kepada pemerintah untuk kembali mengupayakan pembebasan dirinya dan kawan-kawannya. “Entah kami bisa bertahan atau tidak jika terus begini,” kata lelaki asal Klaten, Jawa Tengah ini.
Nasib 20 awak kapal ini terkatung - katung setelah sekelompok gerombolan perompak menahannya. Saat itu mereka yang membawa kapal kargo bermuatan nikel milik PT Aneka Tambang tengah berlayar dari Pamala Sulawesi Barat menuju Rotterdam, Belanda.
Di tengah pelayaran mereka dihadang kawanan bajak laut, dan digiring menepi di sekitar Pantai Eil, Somalia. Atas penyanderaan kapal itu para pembajak meminta tebusan. Awalnya tebusan mereka minta sebesar US$ 2,6 juta. Namun, karena tak ditanggapi, permintaan tebusan meningkat menjadi US$ 3,5 juta. Lama tak direspons, permintaan tebusan terus meningkat. Menjadi US$ 9 juta. Muatan nikel sendiri menurut Juari ditaksir senilai Rp 1,4 triliun.
Sejak disandera pada 13 Maret lalu, hingga saat ini menurut Juari tak ada upaya membebaskannya. Baik oleh perusahaan yang mempekerjakan mereka, PT Samudera Indonesia. Maupun pemilik muatan PT Aneka Tambang. “Mereka hanya membiarkan, tanpa mau menebus maupun membebaskan,” katanya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Michael Tene, sebelumnya mengatakan pemerintah telah menempuh upaya diplomasi guna menyelamatkan mereka. Namun proses diplomasi masih buntu. "Sangat sulit membuka pembicaraan dengan pemerintah Somalia," kata Michael Tene.
Michael menerangkan, kendala diplomasi muncul lantaran fungsi pemerintahan negara belum berjalan efektif. Perang saudara di wilayah tersebut ikut mengganggu hubungan diplomatik. Menurut Michael, dukungan pemerintah dilakukan dengan berkomunikasi dengan sejumlah lembaga. Namun proses negosiasi diserahkan kepada pihak yang mempekerjakannya.
Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berdasarkan laporan dari sejumlah menteri terkait sudah menginstruksikan langkah penyelamatan sejumlah WNI awak kapal yang disandera oleh perompak Somalia sejak Maret 2011.

Staf khusus Presiden bidang hubungan internasional Teuku Faizasyah, melalui pesan singkat per telepon selular mengatakan Presiden sudah menerima laporan dan sudah menginstruksikan upaya-upaya untuk menyelamatkan WNI yang disandera tersebut.

"Presiden telah mendapatkan penjelasan dari menteri-menteri terkait mengenai kasus ini, beliau juga sudah menginstruksikan langkah-langkah untuk penyelamatan," kata Faizasyah.

Ia menjelaskan berbagai langkah untuk upaya penyelamatan tentunya sedang berjalan.

"Upaya ini tentu sedang berjalan dan memang prosesnya seperti dengan kasus-kasus pembajakan lainnya, memakan waktu yang sulit dipastikan," katanya.

Sebelumnya, keluarga Slamet Juari, salah seorang warga negara Indonesia yang disandera oleh perompak di Somalia, meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk ikut membebaskan anggota keluarganya itu.

"Kemarin saya telah mengirimkan surat ke Bapak Presiden SBY. Saya minta beliau turun tangan," kata Isyam Yuni Astuti, istri Slamet Juari.

Jumat siang, anak perempuan mereka Rezky Judiana Detika Syaranie, mengirimkan surat elektronik ke sejumlah media, mengenai permintaan keluarga mereka kepada Presiden RI untuk ikut membebaskan ayahnya itu.

Menurut Rezky, ayahnya bekerja untuk PT Samudera Indonesia, dan disandera oleh para perompak di perairan Somalia, saat hendak menuju Laut Merah dengan tujuan akhir Belanda.

Baik Rezky maupun Yuni mengutarakan bahwa terakhir kali mereka dihubungi oleh Slamet beberapa hari lalu.

"Bapak bilang `saya selamat dan aman," kata Rezky lewat telepon.

Pengakuan Rezky seirama dengan keterangan yang disampaikan ibunya, Yuni Astuti, yang juga menyatakan suaminya selalu mengabarkan bahwa dia dalam keadaan baik-baik.

Tetapi, demikian Yuni, sebagai istri dia tetap amat mengkhawatirkan keadaan suaminya itu.

"Terakhir dia menghubungi saya adalah kemarin. Waktu itu dia bilang, air (di kapal) habis," kata Astuti.

Dari penuturan Yuni Astuti, berdasarkan keterangan terakhir suaminya, para WNI ini disandera di kapal mereka sendiri.

Rezy mengungkapkan bahwa ayahnya dan 19 ABK sudah sebulan menjadi korban penyanderaan perompak somalia, sejak 16 Maret 2011.

"Sampai sekarang mereka pun masih di tengah perairan dengan persediaan makanan yang menipis.

Saya hanya ingin suatu kebijakan dari Indonesia untuk membebaskan ayah dan 19 ABK-nya," kata Rezky dalam surat elektroniknya.

Simulasi Jangka Sorong