
Beberapa
anggota keluarga langsung Presiden AS, Barack Obama yang hidup di bawah
garis kemiskinan di Afrika. Menurut dokumen Inggris, dalam kerusuhan
Mau Mau, kakek Obama turut menjadi korban penyiksaan. (Foto: Google)
LONDON – Dalam serangkaian dokumen rahasia yang
menjabarkan upaya untuk menekan kerusuhan Mau Mau, terungkap bahwa
sejumlah orang disiksa dengan brutal oleh Inggris, dan salah satunya
adalah kakek dari Presiden Amerika Serikat Barack Obama.
Dokumen-dokumen yang tersembunyi di Kantor Luar Negeri dan
Persemakmuran di London selama 50 tahun tersebut diambil dari Kenya pada
puncak kemerdekaan, demikian diwartakan Daily Mail.
Dokumen-dokumen rahasia itu diungkapkan pada bulan Januari setelah
lima orang warga Kenya melayangkan gugatan hukum terhadap pemerintah
Inggris.
Para penuntut mengaku mengaku badannya diiris, mengalami pelecehan
seksual dan pemukulan di sejumlah kamp penahanan yang dikelola
pemerintah Inggris. Mereka menuntut permintaan maaf dan kompensasi
finansial.
Kakek Obama, Hussein Oyango Obama, turut ditahan pada tahun 1949 pada
masa-masa awal pemberontakan. Obama mendekam di penjara berkeamanan
tinggi selama dua tahun.
Pihak keluarga mengklaim, Obama, yang dulunya merupakan juru masak
seorang pejabat Inggris, mengalami penyiksaan yang mengerikan. Tiap pagi
dan malam, Obama dicambuki hingga mengaku.
Istri ketiga Obama, Sarah Onyango, mengatakan bahwa para penjaga
penjara berkulit putih biasa menjepit buah pelir Obama dengan
menggunakan penjepit logam dan menindik kuku dan pantat Obama dengan
peniti.
Obama, yang keterlibatannya dengan gerakan pemberontak tidak pernah dijelaskan, mengalami cacat permanen dan membenci Inggris.
Kesaksian itu sama dengan yang dialami lima orang warga manula Kenya yang kini menuntut pemerintah Inggris.
Para penuntut yang diwakili oleh firma hukum Leigh, Day and Co., mengatakan bahwa mereka mengalami penyiksaan yang kasar.
"Bentuk penyiksaan itu di antaranya adalah pencambukan, pemukulan,
pengirisan, dan pelecehan seksual terhadap pria maupun wanita. Demikian
brutal dan berbahayanya penyiksaan yang dialami, sehingga banyak di
antara tahanan yang tewas karenanya," kata firma hukum tersebut.
Inti dari kasus mereka dibuka pada hari Kamis (7/4) waktu setempat
berdasarkan dasar pemikiran bahwa penyiksaan tersebut bukanlah kejadian
terpisah melainkan merupakan penyiksaan sistematis yang dilakukan
Inggris.
Dalam hal ini, pemerintah Inggris saat ini harus bertanggung jawab.
Pemberontakan Mau Mau banyak dianggap sebagai salah satu episode terkelam dalam sejarah penjajahan Inggris.
Sebanyak 150.000 orang yang diduga merupakan anggota gerakan
perlawanan, yang berakar di suku Kikuyu, ditahan tanpa disidang antara
1952 dan 1960.
Setidaknya 12.000 orang di antaranya tewas dan ribuan lainnya mengalami cacat fisik dan mental permanen.
Seperti dilansir The Times, sebuah memo dari para pejabat
Kantor Luar Negeri dan Persemakmuran menyebutkan bahwa dokumen-dokumen
tersebut dipindahkan karena bisa mempermalukan pemerintahan, para
personel kepolisian, militer, pejabat dan lainnya.
Sebuah memo yang diberi tanda "amat rahasia" menyebutkan bahwa
sebagian besar dokumen itu berisi laporan dan ringkasan intelijen,
berbagai asosiasi di Afrika, aktivitas warga Afrika, kerusuhan di
berbagai distrik, hukuman kolektif, tahanan dan kamp penahanan.
Pada 3 Desember 1963, sembilan hari sebelum kemerdekaan, sebuah
pesawat British Airways mengangkut 1.500 dokumen itu keluar dari Kenya.
Keberadaan pasti dokumen-dokumen itu kemudian diwarnai kontroversi.
Sebagian pihak mengklaim dokumen-dokumen itu dibuang di Samudera Hindia
agar tidak dibaca orang.
Tapi, belakangan diketahui bahwa dugaan itu tidak benar.
Dokumen-dokumen tersebut tersimpan utuh di Gatwick dan menjadi arsip di
Kantor Luar Negeri dan Persemakmuran dalam 300 peti dan dirahasiakan.
Pada 1967, pemerintah Kenya meminta kembali dokumen-dokumen itu, namun ditolak Inggris.
Jika dinyatakan bersalah, pemerintah Inggris bisa diharuskan membayar
denda jutaan poundsterling. Masih ada 1.400 orang warga Kenya yang
disiksa yang masih hidup.
Tak hanya di Kenya, kabarnya juga ada dokumen-dokumen rahasia serupa
di bekas wilayah jajahan lainnya: Siprus, Nigeria, Malaya, dan Palestina