
Wortel
diketahui mengandung tinggi serat, vitamin, mineral dan nutrisi penting
lainnya. Dalam secangkir wortel mentah cincang mengandung 50 kalori, 1
gram protein, 12 gram karbohidrat, 3,5 gram serat dan tidak ada lemak
atau kolesterol. (foto: onsugar.com)
Wortel merupakan sayuran yang terkenal bermanfaat untuk penglihatan.
Tapi ternyata wortel juga memiliki kemampuan menahan lapar sehingga
bisa digunakan untuk menurunkan berat badan.
Wortel diketahui mengandung tinggi serat, vitamin, mineral dan
nutrisi penting lainnya. Dalam secangkir wortel mentah cincang
mengandung 50 kalori, 1 gram protein, 12 gram karbohidrat, 3,5 gram
serat dan tidak ada lemak atau kolesterol.
Kondisi ini membuat
wortel menjadi makanan dengan kadar kalori rendah tapi tinggi serat dan
banyak mengandung air sehingga baik untuk menurunkan berat badan,
seperti diberitakan dari Mayoclinic.
Kandungan air dan serat
yang tinggi juga membantu membuat seseorang merasa kenyang sehingga
dapat menahan lapar lebih lama, dan membatasi orang untuk mengemil.
Selain
itu wortel memiliki komponen yang bermanfaat dalam mengurangi risiko
yang terkait dengan kelebihan berat badan serta obesitas.
Meskipun
wortel bukan penyebab utama turunnya berat badan, tapi sayuran ini bisa
memainkan peran dalam mendukung keberhasilan penurunan berat badan.
Hal
ini karena dengan makan wortel secara konsisten maka seseorang akan
mengonsumsi kalori yang lebih sedikit daripada yang dibakar.
Selain itu peneliti di St Andrews and University of Bristol
menunjukkan bahwa wanita dan pria yang rajin makan sayuran dan
buah-buahan yang berwarna kuat seperti wortel dan pulm, bisa memiliki
kulit kuning bercahaya yang dianggap sangat menarik dan sehat.
Dan
kandungan asam retinoat yang merupakan turunan dari vitamin A tidak
hanya bermanfaat bagi mata tapi juga berkhasiat sebagai antikanker.
Pada sel-sel kanker senyawa ini bisa menghambat pertumbuhan dan
penyebarannya di jaringan payudara.
Namun masyarakat sebaiknya
tetap mengonsumsi makanan sehat lainnya sehingga asupan nutrisi baik
yang mikro atau pun makro tetap terpenuhi dengan baik dan tidak memicu
masalah kesehatan lainnya.
Rasa lapar bisa saja muncul bukan karena perut dalam
keadaan kosong, tetapi juga karena fluktuasi hormon. Pilihan makanan
sangat penting untuk mengurangi munculnya rasa lapar akibat hormon,
terutama bagi Anda yang ingin menurunkan berat badan.Cobalah untuk
menangkal rasa lapar dengan cara yang sehat. Anda bisa mengikuti enam
cara mudah berikut yang diberitakan dari Women's Health:
1. Ikan
Daripada memilih daging merah atau ayam sebagai lauk di menu utama, lebih baik pilih ikan. Menurut dr. Susanna, ahli gizi asal Autralia, indeks kepuasaan memakan ikan lebih tinggi dibandingkan daging dan ayam.
Daripada memilih daging merah atau ayam sebagai lauk di menu utama, lebih baik pilih ikan. Menurut dr. Susanna, ahli gizi asal Autralia, indeks kepuasaan memakan ikan lebih tinggi dibandingkan daging dan ayam.
2. Jus buah tak disaring
Hindari mengonsumsi jus buah dalam kemasan. Lebih baik Anda buat jus sendiri yang tidak disaring. Buah yang sudah hancur karena diblender banyak mengandung serat yang akan menimbulkan rasa kenyang saat Anda meminumnya.
Hindari mengonsumsi jus buah dalam kemasan. Lebih baik Anda buat jus sendiri yang tidak disaring. Buah yang sudah hancur karena diblender banyak mengandung serat yang akan menimbulkan rasa kenyang saat Anda meminumnya.
3. Tutup hidung
saat mencium aroma donat, roti atau muffin yang baru saja matang,
memang hasrat makan bisa meningkat. Untuk menghindarinya, tutup saja
hidung Anda. Cara ini bisa menginduksi sekresi insulin yang membuat
Anda berpikir kalau Anda lapar.
4. Konsumsi wortel mentah
Wortel
merupakan sayuran yang juga enak dinikmati dalam keadaan mentah.
Menurut penelitian tim dari Irlandia, mengonsumsi wortel dalam keadaan
mentah bisa membuat Anda lebih kenyang.
5. Konsumsi vitamin
Pastikan
nutrisi tubuh terpenuhi dengan baik. Jika Anda merasa ragu, konsumsi
saja vitamin. Itu karena jika tubuh merasa kekurangan nutrisi, hasrat
makan akan meningkat. Sehingga, Anda akan merasa lapar dan makan lebih
banyak.
6. Makan di tempat yang terang
Pastikan
lampu di ruangan makan dalam keadaan terang. Menurut penelitian yang
dilakukan tim dari University of Illinois, Amerika Serikat, tempat yang
temaram memicu seseorang makan berlebihan.
Bagi Anda yang kerap
mengonsumsi telur untuk sarapan, teruskanlah kebiasaan itu karena
ternyata telur kaya protein yang dimakan pada pagi hari mampu membatasi
asupan kalori sehingga kita akan merasa kenyang lebih lama.
Melalui
sebuah penelitian, diketahui bahwa pria yang mengonsumsi makanan
berbahan dasar telur untuk sarapan memiliki kadar kalori yang lebih
sedikit jika dibandingkan dengan mereka yang memakan menu makanan lain
yang memiliki kandungan kalori yang sama dengan telur.
Hasil itu
tentunya mendukung hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa
memakan telur untuk sarapan mampu mengurangi kalori dan membantu program
penurunan berat badan. Memakan telur pada pagi hari juga mampu membuat
kita lebih berenergi daripada memakan makanan lain yang mengandung
kalori sama dengan telur.
"Ada bukti yang berkembang yang
mendukung pentingnya protein berkualitas tinggi dalam sarapan untuk
kesehatan secara keseluruhan. Hal itu ditekankan pada konsumsi telur
untuk sarapan. Kami pun telah mengadakan uji coba terhadap dua
partisipan yang terbiasa sarapan. Ditemukan, bahwa protein yang cukup
membantu mereka agar tak segera merasa lapar," kata Dr Maria Luz
Fernandez, peneliti sekaligus profesor dari Bagian Ilmu Pengetahuan
Nutrisi dari Universitas Connecticut.
"Memulai hari dengan
makanan cukup protein seperti telur adalah cara jitu untuk
mempertahankan rasa kenyang dan mengurangi asupan kalori." Ia
menambahkan karena hanya mengandung 70 kalori, telur merupakan sumber
gizi yang cukup. Hampir setengah dari protein telur bersama dengan
kandungan nutrisi lainnya terdapat pada kuning telur. Maka itu,
Helenbeth Reynolds, ahli diet dan konsultan nutrisi menyarankan agar
kita memakan seluruh bagian telur, baik bagian putih maupun kuningnya.
Studi ini telah dipublikasikan pada jurnal Nutrition Research edisi
akhir September 2010.