
Proyek Square Kilometre Array (SKA). (Foto: Flickr.com)
WASHINGTON - Proyek teleskop radio terbesar di
dunia tengah diupayakan oleh beberapa negara, termasuk kalangan ilmuwan.
Pembangunan teleskop bernama Square Kilometre Array (SKA) tersebut
diperkirakan mencapai angka 2,1 miliar dollar AS.
Ketika sudah terbangun, teleskop itu akan berukuran 50 kali lebih
besar dari teleskop saat ini. Teleskop akan terdiri dari 3.000 antena
yang merentang di wilayah sepanjang 5.500 km. Separuh antena akan berada
di wilayah sentral seluas 25 km persegi.
Semua informasi yang diterima akan ditransfer dengan kecepatan 100 TB
per detik. Informasi akan diproses di sebuah superkomputer yang bekerja
dengan kecepatan 1 juta juta juta per detik, atau 1 exabyte.
Ada dua pilihan lokasi tempat pembangunan teleskop superbesar itu,
yaitu Australia dan Afrika Selatan. Penentuan lokasi akan dilakukan
tahun 2012 nanti berdasarkan beberapa faktor, salah satunya adalah
rendahnya gangguan frekuensi radio.
Lalu, apa gunanya SKA itu nanti?
Professor Dame Jocelyn Bell Burnell, astronom terkemuka dan President
The Institute of Physics, mengatakan, kekuatan teleskop radio ini akan
melampaui hal-hal yang pernah kita lihat sekarang.
Teleskop radio tersebut akan menjawab pertanyaan mendasar mengenai alam semesta. Demikian seperti yang diberitakan New Kerala.
Sekedar diketuhui, Teleskop radio adalah bentuk dari antena radio
langsung yang digunakan dalam radio astronomi. Antena jenis yang sama
juga digunakan untuk melacak serta mengumpulkan data dari satelit dan
benda angkasa lainnya.
"SKA akan menjadi teleskop radio pertama yang membuat kita mampu
memahami apa yang terjadi pada ratusan tahun pertama setelah Big Bang
dan melacak sejarah gas, gas di mana bintang berasal sepanjang masa
kosmos," kata Boyle.
"SKA bisa memungkinkan kita melihat bagaimana gas membentuk bintang
dan bintang membentuk galaksi. Anda juga bisa melihat beberapa bintang
beserta piringan dan material terbentuk di sekitarnya yang akan
membentuk planet," lanjut Boyle.
Boyle mengungkapkan, SKA menandai perkembangan fisika pasca-Einstein
yang akan membantu manusia untuk membuat langkah memahami obyek-obyek
angkasa mengagumkan dan masa tergelap jagat raya.
Meski demikian, Boyle tak mengungkapkan lebih spesifik apa yang akan
ditemukan dengan SKA. Ketika ditanya, ia hanya menuturkan, "Jika saya
bisa memprediksi, maka kami tak akan sebegitu ambisius."
Teknologi yang dibutuhkan untuk mengembangkan SKA sendiri hingga kini
belum ada. Namun, kolaborasi antara ilmuwan dan industri diharapkan
bisa menyediakannya dalam jangka waktu lebih cepat.
Kesepakatan pembangunan SKA ditandatangani oleh beberapa negara dalam
pertemuan di Roma. Negara yang menandatangani, antara lain Australia,
China, Perancis, Jerman, Italia, Selandia Baru, Belanda, Afrika Selatan,
dan Inggris.
Totalnya, ada 20 negara yang terlibat pembangunan teleskop ini.
Mereka akan membentuk badan perencanaan legal pada pertengahan 2011.
Inggris berencana untuk berinvestasi sebanyak 24 juta dollar AS dalam
fase lanjut pembangunan SKA.