
Perdana
Menteri Inggris, Tony Blair dan Moammar Gaddafi, pemimpin Libya.
Sembilan bulan setelah kunjungan para ilmuwan Inggris dan AS di sebuah
fasilitas laboratorium kimia di Libya, Blair bertemu Gaddafi dan
menjalankan pembebasan akhir pengebom Lockerbie. (Foto: Telegraph)
TRIPOLI – Para pejabat Inggris diberikan sebuah tur
laboratorium senjata kimia rahasia di Tripoli beberapa bulan sebelum
menyetujui serangkaian perjanjian perdagangan yang menguntungkan dengan
pemimpin Libya Kolonel Moammar Gaddafi, kantor berita Daily Telegraph
mengungkap.
Para ilmuwan dari Inggris dan Amerika mengunjungi fasilitas senjata kimia tersebut ketika masih dibangun pada Agustus 2006.
Sembilan bulan kemudian Perdana Menteri Tony Blair bertemu dengan
Kolonel Gaddafi di Libya dan menjalankan pembebasan akhir pengebom
Lockerbie, Abdelbaset Al-Megrahi.
Kawat tersebut, sebuah salinan yang dibocorkan kepada website WikiLeaks dan terlihat oleh kantor berita Daily Telegraph, merincikan sebuah kunjungan oleh para Ilmuwan ke sebuah fasilitas militer di Tajura, di pinggiran kota Tripoli.
Pernyataan resmi melaporkan: "Para pakar AS dan Inggris keduanya
mengatakan bahwa sebuah laboratorium sedang dibangun di fasilitas yang
akan digunakan untuk senjata kimia dengan tujuan-tujuan keamanan."
Para pakar tersebut mengatakan kepada tuan rumah mereka bahwa Libya
"kemungkinan harus mengumumkannya kepada Dinas untuk Pelarangan Senjata
Kimia (Office for the Prohibition of Chemical Weapons – OPCW)" yang
mengawasi persediaan.
Kawat tersebut melanjutkan: "Laboratorium yang didatangi para pakar
Inggris dan AS pada 9 Agustus masih sedang dalam pembangunan (bagian
ruang kelas lama sedang dipasang kembali), memasukkan sebuah sistem
penanganan udara, sebuah 'ruang persiapan' yang hampir sepenuhnya
terpasang ubin dan apa yang nampaknya seperti sebuah ruang 'penyimpanan
dingin', kesemuanya sesuai dengan sebuah laboratorium yang dapat
digunakan untuk bekerja dengan bahan kimia dan atau bahan-bahan biologi.
"Walaupun Laboratorium dapat dengan mudah diselesaikan dalam sebuah
jangka waktu pendek, Kolonel Othmann dan stafnya memperkirakan bahwa
pembangunan tersebut dapat memakan waktu sampai satu tahun untuk
menyelesaikannya."
Para ilmuwan tersebut menyarankan bahwa para pakar senjata kimia
seharusnya mengunjungi tempat kapan laboratorium tersebut diselesaikan
untuk melihat apa yang sedang digunakan.
Andy Oppenheimer, editor Chemical and Biological Warfare Review,
mengatakan bahwa fasilitas yang digambarkan di dalam kawat tersebut
"cukup dengan jelas" digunakan untuk mengembangkan bahan senjata kimia
dan biologi.
"Libya kemungkinan dengan baik mengklaim bahwa fasilitas tersebut
adalah untuk pertahanan, namun itu hanyalah sebuah argumen yang sangat
tipis karena dengan tujuan untuk bertahan terhadap senjata kimia, Anda
harus membangunnya dan mengujinya terlebih dahulu." Ia mengatakan.
Ia melanjutkan: "Libya dengan jelas memang mengembangkan senjata kimia.
Ada gas sulfur beracun dan bahan-bahan yang dapat melepuhkan kulit yang
dihancurkan di bawah persyaratan Konvensi Persenjataan Kimia, namun
sekarang ada rasa takut bahwa Libya sedang berbohong dan bahwa mereka
memiliki persediaan bahan senjata kimia yang belum pernah diumumkan.
Seorang juru bicara untuk OPCW menolak untuk berkomentar tentang kebocoran kawat tersebut.
Libya diperkirakan memiliki 13,6 metrik ton gas sulfur beracun dan 556 metrik ton perintis Senjata Kimia oleh OPCW.