
WASHINGTON – CIA mempertimbangkan koordinasi yang lebih besar dan pembagian informasi dengan ISI sementara Pakistan menuntut lebih sedikit keberadaan mata-mata Amerika. CIA mempertimbangkan koordinasi yang lebih besar dan pembagian informasi dengan agen intelijen Pakistan (ISI), pejabat AS mengatakan.
Leon Panetta, Direktur CIA, dan Ahmed Shuja Pasha, pimpinan Dinas
Rahasia Pakistan (Inter-Services Intelligence – ISI), bertemu pada Senin
di markas besar CIA, Washington untuk membahas hubungan tersebut.
Kantor berita harian The New York Times mengatakan bahwa Pakistan
telah menuntut AS untuk dengan tajam mengurangi jumlah mata-mata CIA dan
pasukan Operasi khusus yang bekerja di Pakistan, dan hal tersebut akan
menunda serangan drone CIA yang ditujukan pada para pejuang di bagian
barat laut Pakistan.
Kesemuanya, sekitar 335 personil Amerika – para petugas CIA dan
kontraktor dan pasukan Operasi Khusus – sedang diminta untuk
meninggalkan negara tersebut, harian AS tersebut memberitakan, mengutip
seorang pejabat Pakistan yang secara dekat terlibat di dalam keputusan
tersebut.
Pengurangan tersebut secara pribadi dituntut oleh pimpinan angkatan
darat Pakistan, Jenderal Ashfaq Parvez Kayani, menurut pejabat Pakistan
dan AS, yang meminta anonimitas ketika membahas masalah sensitif
tersebut dengan kantor berita New York Times.
"Direktur Panetta dan Jenderal Pasha mengatakan pembahasan produktif
hari ini, dan hubungan CIA-ISI masih tetap pada dasar yang solid,"
Preston Golson, seorang juru bicara media untuk CIA, mengatakan kepada
kantor berita Al-Jazeera pada Senin.
"AS dan Pakistan berbagi sebuah jangakauan yang luas atas kepentingan
yang sama, dan pertukaran hari ini menekankan pada kepentingan untuk
melanjutkan kerjasama dengan dekat bersama, termasuk tentang pertempuran
yang sama melawan jaringan teroris yang mengancam kedua negara
tersebut.
Para pejabat AS dan Pakistan mengatakan bahwa Pakistan ingin CIA untuk mengidentifikasi semua pegawainya di Paksitan.
Para pejabat Pakistan mengeluhkan bahwa CIA telah melakukan pekerjaan sampingan di tanahnya, menjalankan lusinan warga negara AS melakukan misi spionase tingkat rendah di negara mereka.
Awal tahun ini seorang kontraktor keamanan CIA menembak mati dua
warga Pakistan di Lahore, Pakistan. Penolakan CIA untuk mengklaim bahwa
Raymond Allen Davis berdiri sendiri pada minggu-minggu awal setelah
penahanannya, para pejabat Pakistan mengatakan, lebih jauh mematahkan
kepercayaan antara CIA dan ISI.
Hanya setelah CIA mengakui bahwa Davis, seorang mantan tentara
Pasukan Khusus, adalah seorang kontraktor CIA yang ISI setuju untuk ikut
campur dan merayu keluarga korban meninggal untuk menerima uang
pengganti atas dakwaan Davis, para pejabat Pakistan mengatakan,
berbicara dengan syarat anonimitas untuk membahas negosiasi sensitif.
Sebelum pertemuan Senin antara Panetta dan Pasha, para pejabat
Pakistan menagtajan bahwa operasi gabungan kotra-terorisme dengan CIA
sedang ditunda, dibatas pada berbagi informasi sejak insiden Davis
tersebut, walaupun para pejabat AS memperselisihkan hal tersebut.
Para pejabat Pakistan juga ingin pemberitahuan awal atas serangan
drone CIA. Mereka mengatakan bahwa sebuah serangan di pertengahan Maret
menghantam lusinan penduduk sipil, namun para pejabat AS mengklaim bahwa
mereka adalah para pejuang.
Pakistan menolak pekan lalu sebuah kesimpulan laporan Gedung Putih
bahwa pihaknya melakukan terlalu sedikit untuk menghentikan pergerakan
para pejuang Taliban di tanahnya, dan bahwa pihaknya mengurangi sebuah
strategi jangka panjang untuk menghentikan aktivitas ekstrimis.
Para pejabat intelijen AS dan militer percaya bahwa faksi di dalam
ISI mendukung Taliban dan kelompok bersenjata lainnya, yang membunuh
pasukan AS di seberang perbatasan di Afghanistan.