
TEHERAN – Direktur Istitut Urusan Teluk mengatakan
bahwa Amerika Serikat terlibat secara langsung dalam menghabisi para
pengunjuk rasa anti-pemerintahan di Yaman.
"Ada kaitan langsung antara bantuan Amerika Serikat untuk Yaman
dengan pembunuhan ratusan orang pengunjuk rasa," kata Ali al-Ahmed
kepada Press TV.
Merujuk pada upaya AS mempersenjatai rezim Yaman dan kehadiran
pasukan AS di negara tersebut dengan dalih memerangi terorisme, Ahmed
mengatakan bahwa AS turut bertanggung jawab atas tingginya angka
kematian di antara para pengunjuk rasa di Yaman.
Ahmed menambahkan, meski pasukan yang dilatih oleh AS dan CIA tidak
secara langsung menembak para pengunjuk rasa di Yaman, mereka berperan
memberi landasan bagi pasukan lain untuk melakukan tindakan represif
terhadap warga sipil tak bersenjata.
Analis politik itu menyarankan AS agar berfokus mendukung rakyat
Yaman, bukannya mengirimkan senjata kepada rezim autokrat dari Presiden
Ali Abdullah Saleh. Ia mengatakan, "Ini adalah cara yang terbaik bagi AS
untuk meminimalkan ancaman dari al-Qaeda."
Ahmed menambahkan, "Saleh mendukung al Qaeda dan menggunakannya
sebagai alat tawar dengan Arab Saudi dan AS. Jika Saleh sudah keluar
dari istana (kepresidenan), maka ancaman al-Qaeda akan berkurang
drastis."
Ratusan ribu orang turun dalam unjuk rasa reguler di berbagai kota di
Yaman, termasuk di Sana’a, Aden, dan Taiz. Mereka mengeluhkan mengenai
korupsi yang merajalela dan masalah pengangguran serta menuntut Saleh
mundur dari jabatannya.
40 persen dari penduduk Yaman hidup dengan penghasilan di bawah $2
per hari atau bahkan kurang, sementara sepertiga penduduk Yaman
kekurangan bahan makanan.
Para pengunjuk rasa dihadapkan dengan polisi antihuru-hara atau para
pendukung Saleh yang dipersenjatai dengan pisau dan tongkat pemukul.
Saleh mengatakan bahwa dirinya tidak akan kembali mencalonkan diri
pada 2013, namun ia bersumpah mempertahankan rezimnya "hingga titik
darah yang terakhir."
Menurut pemberitaan yang beredar, angka kematian di Yaman sudah menembus 300 sejak unjuk rasa dimulai pada akhir Januari silam.
Bentrokan antara para demonstran di Yaman dan pasukan keamanan yang
loyal pada rezim penguasa terus menghadirkan kekerasan berdarah.
Unjuk rasa di Yaman sebagiannya terinspirasi oleh kerusuhan lain yang melanda Timur Tengah.
Saat ribuan orang terus menuntut presiden Yaman mundur, posisi
pemerintahan Obama terhadapYaman tampaknya mulai berubah. Pada hari
Senin (4/4), New York Times melaporkan, "Amerika Serikat, yang
dikenal merupakan pendukung presiden Yaman sejak lama kini diam-diam
berubah haluan dan menyimpulkan bahwa (Saleh) tidak bisa menghadirkan
reformasi yang diperlukan dan harus perlahan dikeluarkan dari
kantornya."
Saleh merupakan sekutu penting AS dalam memerangi al-Qaeda, yang banyak anggota seniornya berada di Yaman.
Upaya pengeboman Natal 2009 dan bom cartridge printer tahun 2010 dalam pesawat menuju AS berasal dari Yaman.