JAKARTA - Front Pembela Islam (FPI) menuding Jemaat
Ahmadiyah Indonesia (JAI) anti dialog. Hal ini terlihat dari
ketidakhadiran JAI dalam forum dialog yang diadakan dengan Kementerian
Agama.
"Bagi FPI, kami tidak anti dialog justru terlihat pagi
ini yang mestinya Ahmadiyah yang diberi kesempatan untuk menjelaskan
mengenai apa keluhan mereka dan sikap mereka malah tidak hadir. Mereka
yang antidialog," ujar juru bicara Munarman yang hadir dalam dialog di
Kementerian Agama, Selasa (22/3/2011).
Kalau kemudian ketidakhadiran JAI lantaran menganggap Kemenag tidak
netral, Munarman mengatakan sebenarnya justru dalam hal ini pemerintah
sudah mengalah jauh sekali karena untuk menyelesaikan kasus Ahmadiyah
ini pemerintah sudah melakukan dialog berkali-kali sejak 2008.
"Karena sejak dikeluarkan SKB Ahmadiyah berkali-kali melakukan pelanggaran terhadap SKB itu sendiri," Kata Munarman.
Menurutnya, sikap FPI sampai saat ini jelas untuk membubarkan
Ahmadiyah, namun bolanya ada di tangan Presiden untuk mengeluarkan sikap
tegas melalui Surat Keputusan Presiden. "Tidak perlu memperdebatkan
keyakinan, yang penting sikap tegas pemerintah sebagaimana pemerintah
membubarkan PKI," tegasnya.
Sebelumnya, JAI meminta Kementerian
Agama menunda dialog yang berkenaan dengan permasalahan Ahmadiyah.
Penundaan itu diminta karena dialog yang digelar dinilai mendadak dan
tidak netral. "Surat undangan baru kami terima Jumat sore 18 Maret 2011,
kantor sudah tutup. Sedangkan dialognya hari ini di Kantor Kementerian
Agama," kata Juru Bicara Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Zafrulah Ahmad
Pontoh.
Zafrullah menilai, rencana dialog yang akan digelar
hari ini terkesan sangat mendadak. Padahal, dialog itu untuk mencari
solusi permanen berkenaan dengan Ahmadiyah.
Sementara, meski
menyayangkan, Sekretaris Jenderal Kementerian Agama, Bahrul Hayat,
memaklumi ketidakhadiran JAI. "Mungkin belum siap saja nggak apa-apa.
Silakan saja kalau mau jadwal ulang," kata dia.
Sementara itu,
pemerintah menolak disebut terlambat menangani masalah Ahmadiyah, karena
baru menggelar dialog setelah terjadi serangkaian kekerasan terhadap
Jemaah Ahmadiyah. "Tidak juga, dialog bisa kapan saja," ujar Sekretaris
Jenderal Kementerian Agama, Bahrul Hayat ketika ditemui di kantornya,
hari ini.
Kementerian Agama mulai hari ini menggelar dialog
dengan Jemaat Ahmadiyah Indonesia dan Gerakan Ahmadiyah Indonesia.
Dialog yang diadakan di kantor kementerian ini dilakukan untuk
mendengarkan penjelasan dari Ahmadiyah sekaligus mencari solusi atas
permasalahan tersebut.
Pemerintah, kata Bahrul, juga tak
bermaksud memojokkan Ahmadiyah. Dialog ini juga bukan untuk ajang
berdebat. "Tapi kita hanya kumpulkan para ahli agar pemahaman terhadap
sesuatu lebih mendalam," katanya.
Ia menambahkan, apabila
peraturan yang ada saat ini dianggap melanggar hak asasi manusia, inilah
saatnya untuk memperjelas soal itu. "Kalau dikatakan begitu, oke, mari
kita dalami masalah itu."
Menurut Bahrul, sampai hari ini posisi
pemerintah jelas. Yakni, menjalankan Surat Keputusan Bersama (SKB)
Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri dan Jaksa Agung soal Ahmadiyah.
"Sikap kita SKB, kecuali ada masukan dari dialog nanti kita lihat," kata
dia.
Selain mengundang pihak Ahmadiyah, dalam dialog ini
pemerintah juga mengundang beberapa wakil dari kementerian, individual
serta perwakilan ormas Islam seperti Majelis Ulama Indonesia, Nahdlatul
Ulama, Muhammadiyah, Front Pembela Islam dan Dewan Dakwah Islamiyah.
Lembaga
Swadaya Masyarakat seperti Setara Institute, Wahid Istitute, Imparsial,
Maarif Institute, CRCS UGM, Pusat Studi Quran dan Concern ABN juga
turut diundang. Kalangan akademisi beserta gubernur beberapa daerah juga
diikutsertakan dalam dialog ini.