Dalam pesan pertama yang
dituliskan empat hari yang lalu, Fyfe mengklaim tidak ada kemungkinan
para penduduk Tokyo akan terkena paparan radioaktif yang memancar dari
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima yang rusak.
Ia menyalahkan media atas menyebarnya rasa takut di tengah masyarakat.
Dalam
pesan yang terakhir, Fyfe menyatakan bahwa media masih berusaha
mencari tahu bencana dan tragedi kemanusiaan yang mana yang harus
diberi sorotan utama.
"Akibat dari liputan media yang ‘menyesatkan’ di berbagai negara di
dunia, sebagian maskapai penerbangan mendapat tekanan agar menghentikan
penerbangan ke Jepang. Sejumlah negara mendapat tekanan untuk menarik
kembali para personel SAR mereka," demikian dinyatakan Fyfe dalam pesan
tersebut.
"Jika jumlah nyawa yang melayang dan penderitaan rakyat di kawasan
yang terkena dampak gempa dan tsunami dilebih-lebihkan karena liputan
media yang tidak akurat, maka hal itu akan menjadi lelucon kemanusiaan,"
tambahnya.
Fyfe kemudian menegaskan bahwa maskapainya akan tetap menempatkan staf di Tokyo.
Menegaskan kekecewaannya terhadap pemberitaan media Selandia Baru mengenai pembangkit listrik Fukushima
yang terkena dampak tsunami, Fyfe mengatakan, "Hanya sedikit
(pemberitaan) yang didasarkan pada fakta. Sebagian besarnya berbentuk
drama dokumenter yang dicampur fakta, opini orang-orang yang bukan ahli,
dan fiksi."
Fyfe mengatakan bahwa nasihat para pakar menyebutkan, "Keadaan bagi
para staf kami yang menetap di Tokyo dan para kru tamu kami yang tinggal
200 kilometer dari pembangkit listrik sepenuhnya aman."
Menurutnya, bahkan meski terjadi pelelehan di pembangkit listrik
tersebut, zona dampak bencana yang perlu ditetapkan hanya 50 kilometer.
"Intinya, para ahli tidak melihat bahwa ada kemungkinan terjadi masalah kesehatan bagi para penduduk Tokyo," kata Fyfe.
"Untuk menyebabkan gangguan kesehatan, tingkat radiasinya harus
ratusan kali lipat lebih tinggi dari saat ini dan, menurut pendapat
mereka, tidak akan terjadi," tambahnya.
"Para ahli tidak menganggap arah angin sebagai masalah. Mereka
mengatakan jarak Tokyo terlalu jauh untuk terkena dampak," tambahnya.
Menurut Fyfe, keadaan di Jepang berbeda dengan Chernobyl, yang
reaktornya meleleh dan dibiarkan terbakar selama berminggu-minggu tanpa
kontrol.
"Tingkat radiasi di Tokyo tidak ada yang melebihi ambang batas
normal. Tidak ada kepanikan di Tokyo dan bahkan kehidupan masyarakat
cepat pulih. Memang ada gempa susulan dan sebagian kecil toko masih
tutup, tapi sebagian besarnya buka," kata Fyfe.
Kepada para stafnya, Fyfe mengatakan bahwa Badan Energi Atom
Internasional, Organisasi Kesehatan Dunia, dan Organisasi Penerbangan
Sipil Internasional telah menyatakan bahwa operasi penerbangan dan
kelautan internasional bisa dilanjutkan seperti sedia kala.
"Pemindaian radiasi terhadap para penumpang pesawat dari Jepang tidak
dianggap perlu dilakukan pada saat ini. Informasi yang tersedia
mengindikasikan bahwa ada peningkatan level radiasi di sejumlah bandara,
tapi hal ini tidak berarti ada risiko kesehatan," kata Fyfe.