
Demikian yang terungkap dalam acara sosialisasi pengaruh cuaca antariksa terhadap perubahan iklim di bumi yang digelar Lapan di Kampus Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Rabu (10/3). Menurut peneliti matahari dari Lapan Clara Yono Yatini, sejak dulu matahari memiliki siklus dan tidak diam. Matahari mengalami ledakan-ledakan yang bisa sampai ke bumi.
Selain itu matahari juga memiliki berbagai aktivitas seperti medan magnet, bintik matahari, ledakan matahari, lontaran massa korona, hingga partikel energetik. Pada puncak siklusnya, aktivitas matahari akan sangat tinggi sehingga menyebabkan terjadinya badai matahari.
Hingga saat ini waktu pasti terjadinya badai matahari belum bisa diprediksi secara tepat. Namun, terkait badai matahari ini masyarakat pengguna peralatan berteknologi tinggi diminta untuk mulai mengantisipasi dampak buruk serangan badai matahari ke planet bumi.
Selain berdampak terhadap sistem teknologi tinggi, meningkatnya aktivitas matahari juga juga akan berdampak terhadap perubahan iklim di bumi. Dampak ekstrem peningkatan aktivitas matahari di bumi juga dapat menyebabkan kemarau panjang.