Kiai Haji Yusuf Supendi, pendiri
Partai Keadilan yang merupakan cikal bakal Partai Keadilan Sejahtera
(PKS), memborbardir para petinggi partai itu seorang diri. Siapa
sebetulnya Yusuf Supendi dan seberapa kuat serangan yang dilancarkan
politisi senior ini?
"Ada beberapa kekuatan yang dimiliki Yusuf
Supendi. Pertama adalah kekuatan isu. Kedua adalah sosok Yusuf Supendi
sendiri," kata peneliti senior Lembaga Survei Indonesia, Burhanuddin
Muhtadi, kepada VIVAnews.com, Rabu, 23 Maret 2011.
Menurut
Burhanuddin, isu yang diusung Yusuf secara substantif telah menusuk
jantung kredibilitas PKS: isu poligami dan korupsi. Isu poligami yang
dilontarkan Yusuf bisa mempengaruhi dukungan dari kalangan pemilih
perempuan terhadap PKS.
"Poligami, meski dibolehkan dalam agama
dan lazim di PKS, citranya bisa buruk sekali di mata pemilih perempuan.
Ini membuka tabu partai kepada publik," kata Burhanuddin. Dan PKS,
menurut Burhan, tidak merespons balik secara cepat untuk mentralisir isu
poligami ini.
Isu kedua yang tak kalah kuat adalah tudingan korupsi terhadap petinggi PKS. Yusuf telah melaporkan tiga pemimpin PKS ke Komisi Pemberantasan Korupsi. Bila kelak terbukti, menurut Burhan, PKS terancam memiliki citra yang tak ubahnya seperti partai politik lain.
"Bila terbukti, kredibilitas PKS sebagai partai bersih menjadi terlucuti," ujar dia.
Para pemimpin PKS sudah membantah keras semua tudingan Yusuf itu.
Kekuatan
kedua Yusuf, masih kata Burhan, adalah pada sosoknya sendiri. Selain
merupakan salah satu pendiri Partai Keadilan, dia juga pernah menduduki
sejumlah jabatan strategis: Wakil Ketua Dewan Syariah Partai Keadilan,
anggota Majelis Syuro PKS, Anggota Dewan Syariah PKS, dan anggota Komisi
III DPR dari Fraksi PKS.
Sebagai salah satu generasi pertama
PKS, Yusuf dan beberapa pendiri lainnya juga berperan besar dalam
membentuk kantung-kantung cikal bakal kader PKS di kampus-kampus atau
yang disebut harakah. Dia juga yang membentuk gerakan Tarbiyah yang menjadi pionir terbentuknya PKS.
Yusuf
juga terlibat dalam pendirian Yayasan Ma'had Al Hikmah di Mampang
Prapatan, Jakarta Selatan, yang dulu menjadi markas besar PKS. Lulusan
Universitas Imam Muhammad Ibn Saud Riyadh, Arab Saudi pada 1985 itu juga
pernah menjadi Wakil Direktur Lembaga Bantuan International Saudi
Arabia pada 1991-1992.
Pengalaman organisasi lainnya juga
seabrek-abrek, Yusuf pernah menjadi Humas Perhimpunan Pelajar Indonesia
Komisariat Riyadh 1980-1981, Humas DPP Perhimpunan Pelajar Indonesia
(PPI) Komisariat Riyadh 1984-1985, Ketua Ikatan Mahasiswa Asia Tengah
Komisariat Riyadh 1982-1984, Staf Badan Kejasama Ponpes Jabar 1986-1987,
Staf Badan Kerjasam Ponpes se-Indonesia.
Jadi, di mata
Burhanuddin, isu yang kini menerjang PKS itu dibawakan oleh sosok yang
sangat kuat. "Kredibilitas Yusuf Supendi tidak bisa diabaikan. Dia ini
orang yang punya akar sangat dalam," ujar Burhan.
Meski demikian, Burhan sedikit menaruh curiga kenapa Yusuf baru
membuka semuanya saat ini. Padahal beberapa kasus terjadi pada 2002, dan
pemecatan dirinya menurut PKS berlangsung pada 2010.
"Kalau melihat momentumnya, kasus ini paling tepat diungkap saat Yusuf dipecat," ujar dia.