Iran? Yang Benar Saja?
Gaung revolusi sosial yang melanda Timur-Tengah terus merambah ke
segala penjuru. Lantas bagaimana dengan Iran? Sebenarnya, hal ini juga
dirasakan di Iran, di mana terjadi kekosongan besar otoritas politik.
Sejak pemilihan bulan Juni tahun lalu, Iran, menurut media-media
Barat, dikabarkan telah terbelah. Jangan lupa, jangan abaikan
persengketaan pemilihan presiden yang kembali dimenangkan oleh Mahmoud
Ahmadinejad.
Setelah Hosni Mubarak terusir dari kekuasaan Mesir, puluhan ribu
orang Iran juga turun ke jalan-jalan Teheran, mencoba untuk menentang
kekuasaan Ahmadinejad. Mereka adalah kaum Hijau yang selama ini
terus-menerus, masih menurut kabar dari Barat, dibekap oleh penguasa
rejim.
Revolusi sosial di dunia Arab kemungkinan hanya akan memperdalam
krisis legitimasi Ahmadinejad. Namun, jika sampai bergolak dan membuka
kekuasaan sang presiden, sama seperti halnya di Arab Saudi, tampaknya
Iran tak akan pernah sampai larut dalam perjuangan seperti halnya di
Tunisia dan Mesir. Dalam beberapa hal (dan mungkin banyak hal), Iran
sama dengan Arab Saudi yang ketat terhadap segala macam perbedaan
pendapat dan apalagi pergolakan.
Ditambah lagi, rakyat Iran, sperti halnya rakyat Saudi, juga tidak
sepenuhnya berada dalam posisi seperti rakyat Mesir dan Tunisia karena
urusan perut. Mereka yang turun ke jalan sekarang ini hanya sekadar kaum
yang berbeda ideologi dan keinginan dengan Ahmadinejad.
Jadi, reformasi Iran? Mungkin tidak sekarang. Atau mungkin tidak akan.