JAKARTA - Masyarakat tidak perlu khawatir dengan
isu debu radioaktif pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di
Fukushima Jepang mengontaminasi hingga ke Indonesia, karena jarak
kedua negara ini mencapai ribuan kilometer.
"Evakuasi terhadap
warga hingga sejauh radius 20 km dari titik PLTN Fukushima itu sudah
tepat. Ini untuk menjamin mereka tidak mendapat dampak," kata Deputi
Bidang Pengembangan Teknologi Daur Bahan Nuklir dan Rekayasa Badan
Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Dr Djarot S Wisnubroto di Jakarta,
Senin.
Kejadian di Reaktor Fukushima dimana radioaktifnya meningkat di atas
normal, menurut dia, akibat sistem pendingin yang tidak berfungsi
karena backup diesel yang mati, namun tidak ditemukan pelelehan ataupun
kebocoran radioaktif, karena bahan bakar tetap utuh.
Ia juga
mengatakan, belum ada laporan adanya warga yang menjadi korban tewas
dari kejadian peningkatan radiasi di PLTN tersebut, hanya ada
pernyataan bahwa sedikitnya 19 orang ditemukan telah terkena paparan
radiasi dan sedang menjalani proses dekontaminasi.
Sedangkan satu orang yang dilaporkan terkena paparan radiasi paling
tinggi di atas 100 mSv (mikro sievert) sudah dibawa ke Rumah Sakit
untuk menjalani pemeriksaan.
Masyarakat umum, sesuai peraturan
internasional, memang tidak boleh terpapar radiasi melebihi rata-rata 1
mSv per tahun, sementara itu, pekerja di kawasan radiasi ditetapkan
tidak boleh menerima lebih dari 50mSv per tahun.
Data Batan,
dosis radiasi sangat tinggi, sebesar 100 ribu mSv akan membunuh
seketika. Sedangkan dosis 10 ribu mSv kemungkinan juga akan membunuh
tetapi setelah beberapa hari atau minggu, sedangkan dosis 1.000 mSv
akan menyebabkan gejala sementara, tetapi tak ada resiko langsung
terhadap kesehatan.
Jepang, menurut Djarot, memiliki sistem
tanggap darurat yang sangat bagus dengan ambang batas radiasi yang
ketat sehingga radiasi sekecil apapun ditangani dengan sangat baik.
"Apalagi peraturan internasional yang melingkupi pemanfaatan PLTN
sangat banyak, ketat dan menuntut transparansi, sehingga tak boleh ada
yang ditutup-tutupi tentang radiasi sekecil apapun kepada negara-negara
tetangganya dan dunia," katanya.
Ia juga merasa optimis bahwa
rencana PLTN yang akan dibangun di Indonesia tak akan terhambat
dengan kejadian gempa dan tsunami di Jepang tersebut.
"Reaktor
Fukushima itu sudah 40 tahun usianya, dibangun 1971 dan hampir ditutup,
selain itu teknologinya sudah lama, boiling water reactor. Yang akan
kita bangun di Bangka itu menggunakan teknologi dan tipe berbeda.
Apalagi letak lokasinya di Babel itu jauh dari potensi gempa dan
tsunami," katanya.