Anggapan
bahwa warga Thionghoa hanya ingin menggeluti dunia usaha atau dagang
dibantah oleh tokoh warga keturunan di Kalimantan Timur, mengingat
banyak di antara mereka berminat untuk masuk jadi anggota TNI atau PNS.
"Anggapan
seperti itu keliru, pasalnya, banyak di antaranya putera dan puteri
Thionghoa berminat menjadi anggota TNI, PNS, polisi dan berbagai
pekerjaan yang dianggap bagian dari pengabdian terhadap negara dan
bangsa Indonesia," kata tokoh senior warga Thionghoa Kaltim, H. Yos
Sutomo di Samarinda, Sabtu.
Yos yang juga Penasehat Forum
Komunikasi dan Persaudaraan Masyarakat Kalimantan Timur (FKPMKT) Yos
Sutomo memaparkan bahwa keinginan dan minat tersebut tidak terealisasi
karena kurangnya akses bagi generasi muda warga keturunan.
Yos
Sutomo yang juga panitia Perayaan Tahun Baru China (Imlek) yang digelar
di Hotel Bumi Senyiur Samarinda menambahkan bahwa pihaknya berharap ke
depannya hal itu bisa terealisasi.
"Kami mengharapkan dukungan
semua pihak, agar bisa membantu atau memberikan akses informasi terkait
berbagai persyaratannya. Hal ini penting di dalam membangun nilai-nilai
kebersamaan, kebangsaan dan nasionalisme bagi generasi muda," papar Yos
yang juga merupakan "Bos" kelompok usaha Sumber Mas, yakni perusahaan
yang bergerak di bidang industri perkayuan itu.
Pengusaha
berdarah Tionghoa yang kini sukses menjalankan usaha perhotelan di
Samarinda dan Balikpapan itu menilai bahwa karena generasi muda warga
keturunan banyak yang bekerja di sektor non formal atau di luar lembaga
pemerintah maka kadang-kadang dianggap rasa nasionalismenya rendah.
"Sekiranya ada wajib militer, maka generasi muda warga Thionghoa siap mengikutinya," ujar dia.
Ia
menilai bahwa pemerintah sudah saatnya memikirkan pelaksaan Wamil itu.
Pasalnya, bisa menumbuhkan rasa nasionalisme bagi generasi muda tidak
hanya warga Thionghoa namun juga warga pribumi.
"Kami para
orangtua mendorong bagi generasi muda agar aktif dalam berbagai lini
kehidupan, jika ada kesempatan menjadi PNS, TNI, Polri dan lainnya,
maka etnis Tionghoa segera mendaftarkan diri," katanya.
Dia juga
mengaku bangga karena saat ini sudah ada 20 persen warga Tionghoa yang
memeluk agama Islam. Dia juga berharap agar saudara-saudaranya sesama
Tionghoa yang belum masuk Islam agar segera menjadi Muslim.
"Saya
meminta etnis Tionghoa masuk Islam karena Islam itu adalah Rohmatan Lil
Alamin, yakni agama yang mengayomi semua, tidak memandang suku, agama,
ras maupun golongan," katanya.
Sementara itu, Gubernur Kaltim
Farid Wadjdy ditemui usai menghadiri perayaan Imlek mengaku mendukung
sekali tekad warga keturunan yang ingin terlibat dalam berbagai lini
itu.
"Mengapa tidak, semua warga Kaltim bebas menentukan
pilihannya, etnis China yang sudah menetap di sini kan warga kita juga,
mereka boleh menjadi PNS atau apa saja, jadi politisi juga silakan,
tidak ada diskriminasi," kata Farid.