Pada hari Ahad kemarin (16/1), sekitar 1.000 demonstran menyerbu di depan kedutaan Tunisia di Sana'a, AFP melaporkan.
"Tinggalkan sebelum Anda digulingkan," salah satu banner yang diusung selama protes berlangsung, yang mengimbau negara-negara Arab untuk memulai "revolusi terhadap para pemimpin mereka yang otoriter dan licik."
Para demonstran, yang juga bergabung dengan aktivis hak asasi manusia, meneriakkan "Kebebasan Tunisia, Sana'a memberi hormat kepada Anda seribu kali," menyuarakan dukungan bagi negara itu, di mana revolusi rakyat baru-baru ini berhasil menggulingkan Presiden Zine El Abidin Ben Ali yang berkuasa selama 23 tahun.
Demonstrasi serupa telah diselenggarakan di negara-negara lain, termasuk Mesir dan Yordania.
"Perubahan Damai dan demokratis adalah tujuan kami dalam membangun sebuah Yaman baru," poster lain yang dibawa oleh para pengunjuk rasa Yaman.
Awal bulan ini, sekitar 2.000 aktivis oposisi berdemonstrasi di luar kompleks parlemen di Sana'a mereka marah aatas mandemen konstitusi potensial, yang dapat menghapus batas masa jabatan presiden.
Perubahan tersebut telah disetujui oleh parlemen pada tanggal 1 Januari, dengan 165 suara menyatakan "Setuju" dan terbesar dari partai yang berkuasa milik Presiden Ali Abdullah Saleh.
Saleh sudah berada di kantor pemerintahannya selama 32 tahun dengan beberapa anggota oposisi mengatakan bahwa reformasi yang telah lama dijanjikan belum terjadi.