
Keberhasilan sebuah partai politik (Parpol) berada di balik tim suksesnya. Hal itu yang kemudian mendorong political marketing menjadi tren dan profesi political marketer (tim sukses) menjadi ujung tombak kemenangan Parpol dalam Pemilihan Umum (Pemilu).
Seperti diketahui, political marketing
merupakan strategi kampanye politik yang mengutamakan tiga hal yakni
platform partai, image partai, serta track record kandidat.
Menurut Ratna Marhen, seorang stakeholder manager yang menangani political marketing, sebagai political marketer juga harus memiliki hati nurani. Dia harus mengetahui siapa tokoh yang akan diangkatnya.
"Political marketer harusnya punya hati juga, sejauh mana pemimpin bisa berpihak kepada rakyat," ujar Ratna dalam Forum Weekend di Senopati, Jakarta, Sabtu 8 Januari 2011.
Ratna yang pernah menjadi political marketer salah
satu calon presiden ini mengatakan tanggung jawab profesi itu sungguh
cukup berat. Saat pemimpin terpilih melakukan kesalahan, mau tidak mau
peran political marketer dipertanyakan.
"Contohnya
yang membuat slogan 'Ahlinya Jakarta' dalam kampanye Fauzi Bowo. Saat
banjir dan macet melanda Jakarta, masyarakat menyoroti slogan itu, dan
itu kan peranan political marketer saat kampanye," ujarnya.
Kepiawaian political manager juga
diperhitungkan dalam upaya kemenangan sebuah tokoh partai dalam Pemilu.
Ratna kembali mencontohkan salah satu tokoh yang dianggap memiliki
strategi political marketing yang beda dari yang lain.
"Tantowi
Yahya, punya strategi yang murah meriah, dia keliling kota Palembang
datang ke satu pernikahan ke pernikahan lainnya, walau tak kenal. Lalu
berkomunikasi di sana," terangnya.
Cara political marketing yang
moderen salah satunya yakni melalui media massa. Strategi komersial ini
cukup berhasil untuk mengangkat penokohan calon pemimpin.