Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Istana Negara, Jakarta, pukul 20.00 WIB dijadwalkan bertemu dengan sejumlah tokoh lintas agama. Menurut Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin (17/1), pertemuan itu akan berlangsung terbuka untuk diliput media massa. "Kita ingin suasananya cair, tidak ada hambatan," ujarnya.
Julian menjelaskan, pertemuan itu diadakan untuk merespon permintaan salah satu tokoh agama Ketua PP Muhammadyah Din Syamsuddin yang ingin bertemu dengan Presiden Yudhoyono. Presiden kemudian menanggapi positif permintaan tersebut sehingga mengagendakan pertemuan pada Senin malam di Istana Negara.Julian memastikan hampir seluruh tokoh lintas agama akan hadir pada pertemuan tersebut. "Kita mengundang para pemimpin tokoh agama lain, sedapat mungkin kita undang mereka," katanya.
Pada Senin pagi pukul 10.00 WIB Presiden Yudhoyono dijadwalkan memimpin rapat kabinet terbatas bidang politik, hukum, dan keamanan, untuk membahas secara khusus perkara hukum Gayus Tambunan. Sebelumnya, para tokoh lintas agama meminta pemerintah menghentikan segala bentuk kebohongan yang melukai hati nurani masyarakat dan bertentangan dengan konstitusi. "Segala bentuk kebohongan harus dihentikan. Undang-undang tidak lagi menjadi acuan dalam menjalankan bangsa dan negara," kata Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah dan Pendiri Maarif Institute, Ahmad Syafii Maarif di Jakarta, Senin (10/1).
Sembilan tokoh lintas agama berkumpul di kantor PP Muhammadiyah untuk menyampaikan pernyataan pencanangan tahun perlawanan terhadap kebohongan. Para tokoh agama tersebut di antaranya Bikkhu Pannyavaro Mahathera, Pendeta Andreas A Yewangoe, Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, KH Shalahuddin Wahid dan Romo Magnis Suseno.
Beberapa hal yang dianggap sebagai kebohongan pemerintah seperti bidang ekonomi, penegakan HAM, kasus Lapindo, kebebasan beragama, perlindungan terhadap pekerja migran dan pemberantasan korupsi. Din Syamsuddin mengatakan, tindakan yang dilakukan para tokoh lintas agama tersebut sebagai bagian dari spiritual dinamis di mana tokoh agama berbicara tentang perlawanan.