
"Mereka menempati beberapa lokasi pengungsian yang aman dari kemungkinan banjir susulan karena rumah dan desanya terendam material pasir dan batu," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol Pemkab Magelang Djanu Trepsilo, di Magelang, Selasa.
Pemkab Magelang telah membuka posko induk di rumah dinas bupati untuk penanganan bencana banjir lahar dingin Gunung Merapi.
Banjir lahar dingin pada Minggu (9/1) malam yang melewati sejumlah alur sungai yang berhulu di Merapi seperti Kali Putih, Pabelan, Senowo, Apu, dan Tringsing itu sebagai peristiwa terbesar setelah kejadian berulang kali sejak awal Desember 2010.
Balai Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, hingga saat ini menampung 1.005 pengungsi berasal dari Dusun Gempol, Seloiring, Tegalsari, dan Kadilogo, sedangkan tempat penampungan Desa Tanjung, Kecamatan Muntilan tercatat 1.200 pengungsi berasal dari Desa Sirahan, serta Balai Desa Sriwedari, Kecamatan Muntilan ditempati 700 pengungsi berasal dari Desa Sirahan.
Balai Desa Adikarto, Kecamatan Muntilan 192 pengungsi berasal dari Dusun Sudisari, Panti Marhaen Prumpun 45 pengungsi dari Desa Prumpung, Balai Desa Ngaglik 648 pengungsi dari Dusun Ngemplak, Desa Ngrajek, Kecamatan Mungkid, Balai Desa Seloboro 69 siswa SMK Pertanian Kecamatan Salam.
Rumah Kepala Desa Kamongan, Kecamatan Srumbung ditempati 147 pengungsi, Rumah Kepala Desa Srumbung 67 pengungsi berasal dari Dusun Krajan, tenda lapangan Jamblangan, Kecamatan Srumbung 111 pengungsi dari Dusun Ngelorejo.
Selain itu, rumah hanyut sedikitnya 28 unit antara lain di Desa Jumoyo, Gondosuli, Adikarto, dan Prumpung, sedangkan rumah terendam material Merapi sedikitnya 94 unit antara lain di Desa Jumoyo, Adikarto, dan Prumpung
Arus lalu lintas Magelang-Yogyakarta hingga saat ini masih melewati Desa Jumoyo, sedangkan petugas dengan menggunakan sejumlah alat berat membersihkan jalan dari timbunan material.