Tunisia telah memberlakukan jam malam di ibu kota Tunis, dalam upaya untuk mengatasi kerusuhan karena pengangguran dan memulihkan ketenangan di negara Afrika Utara tersebut.
Kendaraan lapis baja dikerahkan di sekitar kota Tunis pada hari Rabu kemarin (12/1) untuk mencegah pengunjuk rasa yang marah mencapai ibukota, Associated Press melaporkan.
Ketegangan semakin meningkat dan lebih banyak korban yang jatuh.
Dalam bentrokan terbaru yang pecah di kota pusat Douz, setidaknya tiga orang tewas dan sejumlah warga mengalami luka-luka.
Pemerintah Tunisia datang di bawah tekanan luar biasa di tengah meningkatnya kerusuhan, yang memaksa Menteri Dalam Negeri Rafik Belhaj Kacem meninggalkan kantornya pada hari Rabu kemarin.
Menurut serikat pekerja Tunisia, setidaknya 50 orang telah kehilangan nyawa mereka dan puluhan orang lainnya telah ditahan. Namun, pemerintah telah membebaskan beberapa pengunjuk rasa dan mendesak serikat buruh untuk meredakan ketegangan.
Demonstrasi meletus di negeri ini sekitar sebulan lalu akibat pengangguran yang meningkat, jaminan sosial yang buruk dan biaya hidup yang tinggi.
Kekerasan telah merusak citra negara itu sebagai tujuan wisata yang sangat dipengaruhi oleh industri pariwisata yang merupakan landasan ekonomi negara Afrika kecil ini.
Negara-negara Eropa telah mengeluarkan peringatan tentang bahaya melakukan perjalanan ke negara itu.
Dalam pidato langsung awal pekan ini, Presiden Zine El Abidine Ben Ali berjanji untuk menciptakan 300.000 kesempatan kerja dalam upaya untuk menenangkan para demonstran.