
Puluhan ribu orang datang
untuk mendengar pidatonya, dengan mengacung-acungkan bendera-bendera
Irak dan foto ulama itu. "Irak menghadapi keadaan yang sulit, yang
membuat semua orang menangis, dan tidak memuaskan semua orang kecuali
musuh bersama kita Amerika, Israel dan Inggris," kata Sadr.
"Jadi
ikuti apa kata saya: Tidak, tidak untuk Amerika" Massa mengikuti
anjuran itu. Sadr menanyakan: "Apakah anda takut pada Amerika? Katakan
'tidak, tidak takut pada Amerika!Tidak,tidak,tidak pada Israel!" Massa
kembali mengikuti kata-kata Sadr itu.
Sekitar 50.000 tentara AS
masih berada di Irak, tetapi berdasarkan satu perjanjian keamanan
antara Baghdad dan Washington pasukan itu akan ditarik akhir tahun ini.
Pasukan AS di Irak terutama bertugas melatih pasukan Irak, setelah
operasi tempur di negara itu secara resmi diumumkan berakhir 1
September 2010.
Kendatipun operasi tempur berakhir, tentara AS
diizinkan menembak untuk mempertahankan diri dan ikut serta dalam
operasi-operasi jika dibutuhkan oleh rekan-rekan Irak mereka, sesuai
dengan ketentuan satu perjanian keamanan bilateral. Dalam pidatonya
yang menyerukan perlawanan terhadap kehadiran AS, Sadr menekankan bahwa
para warga Irak lainnya tidak akan diganggu oleh pasukannya.
"Tangan
kita tidak akan menyentuh orang-orang Irak... kita hanya mentargetkan
penjajah, dengan segala cara perlawanan. Kita satu bangsa. Kita tidak
setuju dengan beberapa kelompok yang melakukan pembunuhan," kata Sadr.
"Demi persatuan Irak, ikuti perkataan saya: Ya, Ya untuk Irak! Ya, ya
untuk perdamaian! Ya ,ya untuk kerukunan!" kata massa yang mengikuti
kata-kata Sadr.
"Jika konflik-konflik terjadi di antara
saudara-saudara, mari kita lupakan hal ini dan menutupnya untuk
selama-lamanya, dan hidup bersatu dalam perdamaian dan keamanan," kata
Sadr agaknya mengacu pada aksi kekerasan sektarian di Irak. "Kita harus
mengakhiri penderitaan rakyat Irak melalui persatuan kita,"katanya.
Sadr
memperoleh popularitas luas di kalangan warga Syiah dalam beberapa
bulan setelah invasi pimpinan AS tahun 2003 dan milisi Tentara Mahdi
yang dipimpinnya kemudian memerangi pasukan AS dan pemerintah Irak
dalam beberapa konfrontasi berdarah. Ia diidentifikasikan oleh Pentagon
tahun 2006 sebagai ancaman terbesar bagi stabilitas di Irak.
Milisinya paling aktif dan dipersalahkan oleh Washington atas pembunuhan ribuan warga Sunni.
Tetapi
pada Agustus 2008, Sadr menghentikan kegiatan Tentara Mahdi, yang
berkekuatan puluhan ribu anggota, setelah serangan besar-besaran
pasukan AS dan Irak terhadap pangkalan-pangkalan mereka di Baghdad dan
Irak selatan dalam musim semi.
Setelah gencatan senjata, para
komandan militer AS mengatakan tindakannya telah membantu mewujudkan
penurunan penting tingkat aksi kekerasan di seluruh Irak. Kendatipun
jarang tampil di depan publik, ulama itu menjadi idola jutaan warga
Syiah terutama di Najaf,dtempat markas besarnya dan lokasi permukiman
Baghdad, Kota Sadr yang memakai nama ayahnya, seorang ulama yang
disegani yang dibunuh pria-pria bersenjata tahun 1999. Sadr
meninggalkan Irak akhir 2006 , menurut gerakannya, ia melanjutkan studi
agama di kota Qom, Iran. Ia pulang ke kota Najaf Rabu lalu