
Dengan ketinggian 2.329 meter, Bromo memang indah untuk dilihat. Di sekelilingnya ada padang pasir yang bisa dijelajahi dengan kuda apabila Bromo sedang tak menunjukkan aktivitasnya.
Tak hanya Gunung Bromo, hal lain yang menarik adalah keberadaan Suku Tengger yang menghuni kawasan sekelilingnya. Keberadaan mereka memang tidak bisa dipisahkan begitu saja. Sebab, hampir semua ritual keagamaan Suku Tengger yang beragama Hindu senantisa terkait dengan Bromo.
Umat Hindu di sekitar Bromo memiliki tradisi Kasodo, yaitu ritual yang digelar setiap tanggal 14,15, dan 16 bulan Kasada atau bulan purnama. Ritual ini dikhususkan untuk berkomunikasi dengan roh-roh halus penjaga Suku Tengger.
Warga Suku Tengger umumnya berprofesi sebagai peladang yang menanam sayur-mayur atau petani. Salah satu tanaman yang ada di sana adalah bawang. "Sebab masyarakat di sini suka makan bawang," ujar Misdatu, warga Suku Tengger.
Hasil tanaman bawang Suku Tengger cukup terkenal berkualitas bagus. Tak heran jika hasil panennya menyebar ke sejumlah daerah di Pulau Jawa.
Di sekitar Bromo juga ada air terjun yang cukup terkenal, yakni air terjun Madakaripura. Konon, Patih Gadjah Mada dari Majapahit pernah beristirahat di kawasan tersebut.
Tak mudah menuju air terjun Madakaripura. Perlu pemandu agar tak tersesat. Semuanya harus melalui sungai kecil. Fasilitas umum, seperti jembatan, pernah ada namun jebol saat banjir datang. Hingga saat ini belum dibangun kembali.
Obyek wisata Madakaripura mulai dibuka sejak 1980-an. Sayangnya, berjalannya waktu, obyek wisata itu seperti terabaikan. Itulah sebabnya, proses perjalanan terasa lebih panjang dan sulit ditempuh.
Sebenarnya lokasi wisata ini sudah dikelola oleh Departeman Pariwisata dan Pemda setempat. Tetapi hingga saat ini tak ada penambahan maupun perbaikan fasilitas yang ada. Sehingga dibutuhkan waktu dua sampai tiga jam untuk pulang pergi ke air terjun Madakaripura.
Air terjun Madakaripura memang luar biasa indah. Suara air yang jatuh sekitar tujuh buah air terjun seolah mnggantikan rasa lelah perjalanan yang panjang.
Suku Tengger percaya mata air Banyu Pangurip yang menjadi bagian dari jajaran air terjun Madakaripura adalah air terjun sakral. Jika upacara Kasodo digelar, warga Suku Tengger akan berbondong-bondong untuk atang dan mengambil air dari mata air tersebut.