Riau Minim Sekolah Inklusi

Written By Juhernaidi on Kamis, 06 Juni 2013 | 12:20:00 PM

inklusi sklh

Selain belum merata penyebaran sekolah sekolah inklusi, ternyata Riau juga masih kekurangan sekolah inklusi. Padahal, sekolah inklusi ini sangat penting keberadaannya untuk menampung anak anak penyandang cacat atau yang memiliki kebutuhan khusus.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan H. Helmi. D MPd, mengatakan data yang dimiliki Disdik Riau saat ini baru terdapat 21 sekolah inklusi yang tersebar di Kabupaten, Kampar, Pelalawan, Pekanbaru, dan Indragiri Hulu (Inhu).
Padahal idealanya disetiap Kecamatan di Riau minimal satu, ada sekolah inklusinya.” Keberadaan sekolah ini sangat mendukung hak setiap manusia untuk mendapatkan pendidikan, baik yang normal maupun bagi mereka yang berkebutuhan khususus. Pendidikan yang baik juga tidak membeda-bedakan siapapun peserta didiknya dan apapun golongannya,” kata Helmi.
Minimnya sekolah inkusi ini, kata Helmi, salah satu penyebabnya masih kurangnya tenaga Guru Berketerampilan Khusus (GBK) dan masih adanya anggapan dari para orang tua yang merasa malu yang memiliki anak dengan keterbelakangan, seperti tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita, tuna daksa, tuna laras (anak dengan gangguan emosi, sosial dan perilaku), tuna ganda, lamban belajar, autis.
Mereka menilai anak berkebutuhan khusus tidak perlu mendapatkan pendidikan yang layak seperti orang normal. Saat ini, anak yang berkebutuhan khusus khususnya tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita, tuna daksa telah mempunyai tempat belajar khusus di Sekolah Luar Biasa (SLB).
Helmi juga menambahkan bahwa sekolah inklusi merupakan sekolah regular (biasa) yang menerima ABK dan menyediakan sistem layanan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan anak tanpa kebutuhan khusus (ATBK) dan ABK melalui adaptasi kurikulum, pembelajaran, penilaian, dan sarana prasarananya. Dengan adanya sekolah inklusi ABK dapat bersekolah di sekolah regular yang ditunjuk sebagai sekolah inklusi.
“Di sekolah tersebut ABK mendapat pelayanan pendidikan dari guru pembimbing khusus dan sarana prasarananya. Prinsip mendasar dari pendidikan inklusi adalah selama memungkinkan, semua anak seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada mereka. Jadi setiap anak dapat diterima menjadi bagian dari kelas tersebut, dan saling membantu dengan guru dan teman sebayanya maupun anggota masyarakat lain sehingga kebutuhan individualnya dapat terpenuhi,” jelas Helmi.
Dengan masih minimnya sekolah ingklusi, Helmi berharap kepada kabupaten/kota di Riau agar bisa melakukan pendataan terhadap anak-anak berkebutuhan khusus ini, karena bagaimanapun mereka berhak mendapatkan pendidikan, dan mereka juga memiliki kemampuan untuk memperoleh ilmu pngetahuan.
Sementara itu, ketua panitia Zainuddin mengatakan kegiatan sosialisasi bertujuan untuk meningkatkan kualitas penyelenggara pendidikan inklusi dan program pendidikan inklusi serta meningkatkan kualitas pendidikan inklusi di Provinsi Riau.

Simulasi Jangka Sorong