MOAMMAR Khadafy beberapa bulan lalu dengan marah
pernah menyebut para pemberontak Libya sebagai “tikus-tikus”. Ia
bertekad akan membasmi “tikus-tikus pengkianat” itu.
Ironinya, pemimpin Libya yang terjungkal itu justru tertangkap di
lubang tikus. Ia terpojok di lubang drainase yang penuh sampah dan
pasir di Sirte, kota kelahirannya, dan diseret dari sana, Kamis
(20/10/2011). Akhir kekuasaan empat dekadenya serta hidupnya tragis.
Bagaimana Khadafy bisa berada di lubang drainase itu? Jet-jet tempur
Perancis dan pesawat tanpa awak AS, Predator, pada Kamis pagi
menembakkan rudal Hellfire terhadap sebuah konvoi besar kendaraan roda
empat yang melarikan diri dari Sirte. Serangan itu membuat konvoi
Khadafy kocar-kacir. Kendaraan yang ditumpanginya rusak, tetapi tidak
hancur. Khadafy dan pengawalnya lalu meninggalkan kendaraan itu dan
berlindung di saluran drainase.
Sial bagi Khadafy! Lolos dari serangan udara NATO, tetapi ia harus
berhadapan dengan serombongan petempur yang dulu disebutnya
“tikus-tikus” itu. Pasukan para “tikus” itu menarik dia dari lubang. Ia
sempat memohon agar tidak ditembak. “Jangan bunuh saya, anak-anakku.”
Namun, jeritan permohonannya tak dihiraukan. Ia terjerembab dan diseret
untuk dimasukkan ke dalam bagasi terbuka sebuah truk. Selang sejam
kemudian, Khadafy sudah tidak bernyawa lagi.
Sejumlah warga menumpahkan kebencian yang dipendam selama beberapa
dasawarsa kepada diktator itu dengan menjambak rambutnya yang eksentrik
dan mengarak jenazahnya yang berlumuran darah dengan sebuah truk.
Beberapa stasiun televisi menayangkan gambar kerumunan yang menyeret
Khadafy yang berlumuran darah di wajah dan pakaiannya.
Tayangan berikutnya menunjukkan, sejumlah pejuang menggulingkan
tubuh Khadafy yang sudah tak bernyawa di pinggir jalan. Pakaian yang
dikenakannya dilucuti dan tumpahan darah membanjiri bagian kepalanya.
Jenazah Khadafy kemudian diarak keliling Misrata dengan sebuah mobil.
Khadafy tewas dua bulan setelah tumbang dari kekuasaannya dan berada dalam persembunyian