Manajemen Pembelajaran dalam Perspektif Islam

Written By Juhernaidi on Selasa, 12 Juli 2011 | 12:45:00 AM

a. Pengertian Manajemen Pembelajaran
Manajemen pembelajaran adalah segala usaha pengaturan proses belajar mengajar dalam rangka tercapainya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Manajemen program pembelajaran sering disebut dengan manajemen kurikulum dan pembelajaran (Bafadhal, 2004: 11).

Pada dasarnya manajemen pembelajaran merupakan pengaturan semua kegiatan pembelajaran, baik dikategorikan berdasarkan kurikulum inti maupun penunjang berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan sebelumnya, oleh Departemen Agama atau Departemen Pendidikan Nasional.

b. Manajemen Pembelajaran dalam Perspektif Islam.
Manajemen dalam perspektif Islam berbeda dengan manajemen menurut barat. Hal ini dikarenakan dasar-dasar manajemen dalam Islam bersumber dari Al Qur’an dan Sunnah.

Menurut Gibson yang dikutip Ndhara (1988: 93) mendifinikan manajemen sebagai berikut: “Management consist of activites under taken by one or more person to corrdinate the activities of others person to achieve result not achievable by one person alone. (Manajemen merupakan suatu hal yang terdiri dari aktivitas-aktivitas yang dikelola oleh satu atau beberapa orang untuk mengatur aktivitas orang lain agar mencapai hasil yang diinginkan).

Sedangkan menurut Konntz (1972: 16) bahwa: ”management is getting things done trough people. In bringing about this cordinating of group activity, the manager, as a manager plan, organizes, staff, direct, and control the activities other people”. (Yaitu manajemen adalah suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu melalui suatu kegiatan orang lain. Dengan demikian, manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengerahan dan pengendalian).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa: (1) manajemen merupakan suatu tindakan atau aktivitas ke arah pencapaian tujuan, (2) manajemen merupakan sistem kerjasama, dan (3) manajemen melibatkan orang lain baik manusia maupun non- manusia.
Dalam pandangan Islam, manajemen lebih diartikan sebagai sebuah tindakan yang digunakan untuk mengatur sesuatu dengan penuh rasa tanggung jawab, sesuai dengan pembagian tugas yang dilakukan oleh pemimpin untuk seluruh staf dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. (Effendi, 1986: 17).

Sebagaimana firman Allah di dalam al Qur’an tentang tanggung jawab:
Terjemah: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al Isra’: 36).

Terjemah: Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula. (QS. Al Zalzalah: 7-8)

Dari uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa manajemen dalam pandangan Islam merupakan suatu aktivitas untuk mengelola sesuatu dengan penuh rasa tanggung jawab, yang dilakukan dengan pembagian tugas masing-masing sesuai dengan kemampuannya untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

a. Perencanaan
Dalam Al-Qur’an, fungsi perencanaan dapat kita temuan dari ayat berikut ini, yakni di dalam Al Qur’an surat al-Hasyr ayat 18 yang berbunyi:
Terjemahnya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Juga dalam hadits (CD Hadits-Kutub at Tis’ah)) Rasulullah bersabda
إِنمَّاَ اْلأعْمَلُ باِلنِّيَّاتِ وِإِنمّاَ لِكُلٍّ امْرِئ ٍمَانوَىَ (رواه بخاري)

"Bahwasannya semua pekerjaan diawali dengan niat, dan bahwasannya pekerjaan tergantung pada niat (rencananya)” (HR. Bukhari: 01)

Dari ayat dan hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu harus direncanakan (niatkan). Dalam upaya mengelola pembelajaran diperlukan sebuah niat (rencana), perencanaan yang baik, bentuk perencanaan yang baik meliputi:
1) Perencanaan selalu berorientasi pada masa depan, yaitu dalam perencanaan berusahan untuk memprediksi bentuk dan masa depan siswa dalam pembel;ajaran berdasarkan kondisi dan situasi saat ini.
2) Perencanaan merupakan suatu hal yang benar-benar dilakukan bukan kebetulan, sebagai hasil dari ekplorasi dan evaluasi kegiatan pembelajaran sebelumnya.
3) Perencanaan memerlukan tindakan dari orang-orang yang terlibat dalam pengelolaan pendidikan, baik secara individu maupun kelompok.
4) Perencanaan harus bermakna, dalam arti usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan diselenggarakannya pendidikan menjadi semakin efektif dan efisien.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap kegiatan yang ingin mencapi tujuan sebagaimana yang diharapkan harus terlebih dahulu dilakukan proses perencanaan.

b. Pengorganisasian
Menurut Hick dan Gullet (1981: 321) pengorganisasian adalah kegiatan membagi tugas dan tanggung jawab dan wewenang sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Di dalam Al-Qur’an surat Al-Imran ayat 103 dapat diambil sebuah pemahaman tentang adanya fungsi manajemen, yaitu organizing (pengorganisasian). Sebagaimana firman Allah:
Terjemahnya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.

Dari beberapa ayat tersebut menunjukkan perlunya persatuan dalam setiap tindakan yang terpadu, utuh, kuat, dan karenanya Allah melarang bercerai berai. Artinya bahwa mengorganisasi sesuatu hal dengan baik agar supaya tidak terpecah-pecah antara satu dan lain menjadi prinsip dalam manajemen menurut Islam.

Terjemah : Dan dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al An’am: 165)

Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa seseorang dalam menjalani hidup, pasti dihadapkan pada sesuatu yang berbeda, mereka ada pada tingkatan yang berbeda, yang dikenal dengan sebutan stuktur organisasi. Dengan demikian, pengorganisasian sesungguhnya merupakan kegiatan untuk menyusun atau membentuk hubungan-hubungan agar diperoleh kesesuaian dalam upaya mencapai tujuan.

c. Pengarahan
Menurut Terry dalam Hasibun (2001: 183) mendefinisikan bahwa pengarahan adalah membuat semua anggota kelompok, agar mau bekerjasama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Di dalam Islam, fungsi pengarahan dilakukan oleh seorang nabi (guru) atau pemimpin, untuk memberikan petunjukan tentang hal yang baik dan yang buruk. Di dalam Al Qur;an surat Al Imran ayat 110 Allah berfirman:
Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (QS. Al Imran: 110)

Ayat di atas, mengisyaratkan bahwa sebagai umat manusia (umat Muhammad) yang terbaik diperintahkan untuk memberikan anjuran (pengarahan) kepada umat Islam laiinya agar senantiasa melakukan pekerjaan yang baik dan menjauhkan diri dari melakukan pekerjaan yang melanggar perintah agama.

Di dalam Surat Al Baqarah ayat 213 Allah berfirman:
Terjemahnya: “Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), Maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan.”

Proses actuating adalah memberikan perintah, petunjuk, dan nasehat serta keterampilan dalam berkomunikasi.

Berkenaan dengan manajemen pembelajaran, maka seorang kepala sekolah harus memberikan pengarahan kepada para pegawainya baik guru maupun karyawan dengan berbagai macam pendekatan agar tujuan yang telah direncanakan dapat dicapai dengan baik. Oleh karena, peran kepala sekolah dalam manajemen pembelajaran sangat penting sekali.

d. Pengawasan
Di dalam Islam, fungsi pengawasan dapat terungkap pada ayat-ayat di dalam al Qur’an surat As-Shof ayat 3:
Terjemahnya: “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”

Ayat tersebut memberikan ancaman dan peringatan terhadap orang yang mengabaikan control terhadap perbuatannya. Dalam hal control Islam menurut Jawahir (1983: 66) sangat memperhatikan adanya bentuk pengawasan terhadap diri terlebih dahulu sebelum melakukan pengawasan terhadap orang lain. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah saw yang berbunyi:
حَاسِبُوْا أَنْفَسكُمْ قَبْلَ اَنْ تُحَاسَبُوْا (الترميذى)
Artinya: “Periksalah dirimu sebelum memeriksa orang lain. Lihatlah terlebih dahulu atas kerjamu sebelum melihat kerja orang lain.” (HR. Tirmidzi: 2383). (CD Hadits: Kutub at Tis’ah)

Juga di dalam surat Al Zalzalah Allah berfirman:
Terjemah: Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula. (QS. Al Zalzalah: 7-8)

Dalam pandangan Islam segala sesuatu harus dilakukan secara terencana, dan teratur. Tidak terkecuali dengan proses kegiatan belajar-mengajar yang merupakan hal yang harus diperhatikan, karena substansi dari pembelajaran adalah membantu siswa agar mereka dapat belajar secara baik dan maksimal. Manajemen dalam hal ini berarti mengatur atau mengelola sesuatu hal agar menjadi baik.
Hal ini sesuai dengan hadits, An-Nawawi (1987: 17) yang diriwayatkan dari Ya’la Rasulullah bersabda:

إِنَّ اللهَ كَتَبَ اْلأَحْسَانَ عَلىَ كُلِّ شَيْئ ٍ (رواه البخاري)
Artinya: “Sesungguhnya mewajibkan kepada kita untuk berlaku ihsan dalam segala sesuatu.” (HR. Bukhari: 6010). (CD Hadits: Kutub at Tis’ah)

Selain itu berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ اللهَ يُحِبُّ إِذَاعَمَلَ اَحَدُكُمُ الْعَمَلَ اَنْ يَتْقَنَهُ (رواه الطبران)
Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang yang jika melakukan suatu pekerjaan, dilakukan secara itqan (tepat, terarah, dan tuntas) (HR. Thabrani).

Menurut An-Nawawi (1987: 17) dalam bukunya hadits Ar’bain bahwasannya Rasulullah juga memerintahkan manusia agar mendidikan anak-anaknya secara terencana sesuai dengan fase-nya.
“Didiklah anakmu dalam tiga tahap, tujuh tahun pertama ajaklah ia sambil bermain, tujuh tahun kedua ajaklah dia untuk disiplin, dan tujuh tahun ketiga ajaklah dia sebagai teman”. (HR. Baihaqi)

Dari hadits tersebut dapat penulis ambil suatu dasar bahwasannya sekolah/madrasah merupakan salah satu tempat untuk mendidik anak bermain, disiplin dan memperlakukan anak didik sebagai teman dalam proses belajar mengajar, sehingga mereka nantinya dapat tumbuh sebagai generasi-generasi yang tangguh.

Simulasi Jangka Sorong