TRIPOLI – Bleum puas dengan
jatuhnya ratusan korban sipil Libya, NATO setuju untuk memperpangjang
intervensi militernya di Libya hingga akhir September tahun ini, dengan
dalih menjaga tekanan terhadap Gaddafi yang masih berkuasa setelah 10
minggu serangan udara NATO dilancarkan.
Satu jam setelah pesawat NATO melancarkan serangan udara terbaru di
ibukota Libya, Tripoli pada Rabu (1/6/2011) pagi, duta besar aliansi
mengadakan pertemuan di Brussel memutuskan untuk memperpanjang aksi
militer mereka selama 90 hari ke depan.
“Kami bertekad untuk melanjutkan operasi kami untuk melindungi
orang-orang Libya,” klaim Anders Fogh Rasmunssen, sekjen NATO yang
diikuti oleh persetujuan 28 negara anggota NATO untuk memperpanjang
intervensi militer.
Mandat militer seharusnya berakhir pada 27 Juni 2011.
Rasmussen menambahkan bahwa kepergian Gaddafi hanya soal waktu.
Keputusan ini akan memberikan negara anggota NATO beban lebih banyak lagi, termasuk pembiayaan perang untuk 90 hari berikutnya.
Ledakan Benghazi
Di hari yang sama (1/6), sebuah mobil yang penuh bahan peledak yang
diparkirkan di luar hotel Tebisty, di mana para jurnalis asing dan
pejabat senior dati Dewan Transisi Nasional (NTC) menginap, meledak di
sana.
Anggota NTC tengah mengadakan konferensi pers ketika ledakan terjadi.
Ledakan tersebut adalah tindakan kekerasan pertama setelah enam
minggu di basis kekuatan oposisi. Tidak ada korban yang dilaporkan.
Ledakan terjadi sehari setelah pemerintah Libya mengatakan bahwa
serangan udara NATO sejauh ini telah merenggut nyawa 718 sipil dan
melukai lebih dari 4.000 lainnya.
“Sejak tanggal 19 Maret sampai 26 Mei sudah ada 718 sipil yang gugur
dan 4.067 yang terluka, 433 diantaranya dalam kondisi serius,” ujar juru
bicara pemerintah, Mussa Ibrahim mengutip pernyataan kementrian
kesehatan.
Ibrahim mengatakan angka-angka tersebut tidak termasuk korban militer Libya, namun ia menolak untuk mengungkapkannya.
Nasib sipil Libya sangat terdesak. Di satu sisi, mereka sebisa
mungkin menyelamatkan diri, menghindari serangan dari tentara bayaran
Gaddafi dan di sisi lain mereka juga harus merasakan kesengsaraan akibat
serangan udara salibis NATO.