WASHINGTON – Komprador demokrasi,
Amerika Serikat, telah mengumumkan kesediaannya untuk menyediakan
persenjataan bagi Filipina dalam rangka menangani peningkatan ketegangan
di Laut Cina Selatan, Press TV melaporkan pada Jumat (24/6/2011).
“Kami bertekad dan berkomitmen untuk mendukung pertahanan
Filipina,” kata Menlu AS, Hillary Clinton, dalam sebuah konferensi pers
Kamis (23/6) di Washington bersama mitranya dari Filipina, Albert del
Rosario, dikutip AFP.
Clinton mengatakan kedua negara bekerja “untuk menentukan apa saja
aset tambahan yang dibutuhkan oleh Filipina dan bagaimana AS dapat
memberikan kebutuhan itu.”
Sesaat sebelum pembicaraan dengan Clinton, del Rosario, dalam
kunjungan resminya ke AS, mengumumkan bahwa Filipina meminta AS untuk
menyediakan sewa peralatan operasional yang bisa dipakai oleh negaranya
dalam bidang pertahanan.
Del Rosario mengatakan bahwa mereka dapat menjadi sekutu yang kuat
bagi Washington jika mereka dapat memiliki peralatan untuk meningkatkan
kemampuan mereka dalam membela diri. Dia mengatakan bahwa Presiden
Benigno Aquino telah diberi dana sebesar 11 miliar peso ($ 252 juta)
untuk meng-upgrade angkatan laut negara itu.
AS memberikan Filipina $ 15 juta bantuan militer dalam tahun fiskal 2011, menurut data resmi AS.
Del Rosario juga akan bertemu Menteri Pertahanan AS, Robert Gates, dan pejabat Pentagon lainnya, menurut Clinton.
Ketegangan meningkat baru-baru ini di Laut Cina Selatan yang
strategis karena wilayah perairan itu kaya akan minyak dan gas yang
diklaim oleh Cina serta Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam.
Filipina telah mengerahkan angkatan laut andalannya, yakni Humabon
Rajah, ke wilayah perairan yang disengketakan, kata menteri luar negeri.
Humabon Rajah adalah salah satu kapal perang tertua di dunia yang
dipakai selama Perang Dunia II.
Cina telah meminta AS untuk keluar dan tidak campur tangan dari perselisihan.
Namun, Clinton mengatakan bahwa AS prihatin terhadap insiden yang
baru-baru ini terjadi di Laut Cina Selatan. Insiden itu, menurut
Clinton, dapat merusak perdamaian dan stabilitas pertahanan serta
keamanan dunia.
AS menandatangani perjanjian pertahanan dengan Filipina pada tahun
1951. Washington berencana untuk mengadakan latihan militer bersama
dengan negara ini pekan depan.
