JAKARTA – Kontroversi perayaan HUT
Israel ke 63 di Jakarta yang disokong oleh IIPAC (Indonesia Israel
Public Affair Comitte), mendapat respon Ridwan Saidi. Pakar Yahudi asli
Betawi ini menilai bahwa kiprah IIPAC hadir di Indonesia, tidak lebih
hanya mencari popularitas saja.
“Apa maksud dengan mendirikan lembaga ini? Apakah hanya mencari popularitas atau apakah hanya memancing amarah umat islam? Seperti JIL juga, cuma cari-cari popularitas dengan cara gampang.” Ujar Ridwan Saidi pada bedah buku ‘Jaringan Yahudi di Nusantara’ karangan pengkaji Sejarah Yahudi, Artawijaya, di salah satu televisi swasta, Senin pagi, 16/05/2011.
“Apa maksud dengan mendirikan lembaga ini? Apakah hanya mencari popularitas atau apakah hanya memancing amarah umat islam? Seperti JIL juga, cuma cari-cari popularitas dengan cara gampang.” Ujar Ridwan Saidi pada bedah buku ‘Jaringan Yahudi di Nusantara’ karangan pengkaji Sejarah Yahudi, Artawijaya, di salah satu televisi swasta, Senin pagi, 16/05/2011.
Yang menarik mantan aktivis Mahasiswa era 60-70an ini sampai merinci
bentuk wajah dan kumis tokoh IIPAC Indonesia yang sama sekali tidak
mencerminkan darah Yahudi.
“Saya mempelajari wajah orang-orang Yahudi, yang sekarang ini saya
lihat potret tokohnya yang menamakan dirinya Institut Israel Indonesia
(IIPAC, red.) tidak meyakinkan saya bahwa itu wajah yahudi. Wajah dia
nirus (memanjang, red.), lalu kumisnya saja tidak menjamin itu.” jelas
Ridwan Saidi mennganalisis wajah Benjamin Ketang, direktur IIPAC seperti
yang dilansir oleh eramuslim.com.
Sebelumnya, Komunitas Yahudi Indonesia yang diwakili oleh Unggun
Dahana berencana merayakan HUT Israel ke 63, sabtu kemarin, 14/05/2011.
Benyamin Ketang bertindak sebagai Humas acara yang disinyalir akan
menghadirkan Komunitas Yahudi lintas negara tersebut.
Namun acara tersebut dikabarkan dilakukan secara sembunyi-sembunyi di
daerah Puncak jawa barat karena tidak mendapat izin dari Mabes Polri.