Oleh: Abdurrahman S.
Kaum muslimin yang dirahmati Alloh Jalla wa ‘Alaa, terutama kaum ‘Ulama dan Cerdik Pandai dari ummat ini, adalah nyata bahwa kondisi Islam dan kaum muslimin hari ini dimanapun berada sudah pada kondisi sebagaimana yang disabdakan oleh baginda Rasululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam :
Kaum muslimin yang dirahmati Alloh Jalla wa ‘Alaa, terutama kaum ‘Ulama dan Cerdik Pandai dari ummat ini, adalah nyata bahwa kondisi Islam dan kaum muslimin hari ini dimanapun berada sudah pada kondisi sebagaimana yang disabdakan oleh baginda Rasululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam :
“Ummat-ummat terdahulu akan berkoalisi hendak menguasai kalian,
seperti berkumpulnya jago-jago makan ketika menyantap makanan”. Sahabat
bertanya: “apakah karena jumlah kami yang sedikit pada saat itu.” Nabi
s.a.w menjawab: “bahkan jumlah kalian saat itu, justru sangat banyak.
Akan tetapi tak ubahnya seperti buih banjir. Allah mencabut rasa takut
pada musuh kalian, sebaliknya Allah menanamkan di hati kalian penyakit
wahn”. Sahabat kembali bertanya: “apa itu penyakit wahn.” Nabi s.a.w
bersabda: “cinta dunia dan takut mati.” (HR.Abu Dawud dan Ahmad [5/287]. Dishahihkan Syeikh Albani dalam as-Shahihah)
Sejak awal perang Salib Modern yang sekarang dipaksakan untuk dihadapi kaum muslimin dengan kode The Global War on Terrorisme
, si antek Dajjal Bush telah mengisyaratkan ini dengan menyebut perang
melawan mujahidin yang disebutnya sebagai kaum teroris yakni dengan
istilah CRUSADE (Perang Palib) . Dan secara sistematis terus
menjadikan Islam dan kaum Muslimin yang berjihad sebagai makhluq yang
merupakan monster dan iblis. Istilah-istilah bermakna buruk selalu
mereka sandingkan dengan Islam dimana Bush juga menyebut ideology
Mujahidin dengan istilah “The Murderous Ideology of The Islamic Radical (
Ideologi Paling Berbahaya dari Islam Radikal )” bahkan ia menyebut
perang ini sama dengan perang melawan komunisme, kaum anti Tuhan (
atheis ).
Penguasa Barat dan para penguasa yang menjadi kolaborator mereka di
negri-negri mayoritas muslimpun pada hari ini juga telah menjadikan
konsep Islam seperti Syariah, Jihad, Khilafah dan sebaginya menjadi
targetnya dalam perang ini. Mereka menyebut para Mujahidin sebagai
teroris yang hendak membangun sebuah Imperium Radikal mulai dari Spanyol
sampai Indonesia. Bahkan Menhan AS masa Dajjal Bush, yakni
Rumsfeld-pun mengatakan hal yang sama dengan mengatakan di Iraq akan
berdiri Khilafah Islam kalau tentara AS ditarik dari sana (Washington
Post 5/12/2005). Begitupun PM Inggris sekutu , Tommy Blair selaku
sekutu dekat Bush pun lebih jelas lagi dengan menyebut 4 ciri yang
disebutnya sebagai ideologi setan ( Satanic’s Ideology ) para teroris:
yakni anti Israel, anti nilai-nilai barat, ingin menerapkan Syari’at
Islam, dan mempersatukan umat Islam dengan khilafah (BBC News
16/7/2005).
Dan kebijakan Dajjal Bush (United States) dan Blair (United Kingdom)
itu sekarang dilanjutkan Obama, Presiden Kulit Hitam pertama AS .
Membuktikan bahwa perang ini akan berlanjut dalam waktu yang panjang ,
Obama hanya mengganti dengan kode sandinya dengan nama The Overseas Contingency Operation, yakni operasi militer lanjutan terhadap kaum muslimin yang berjihad di negri manapun.
(Lihat: http://www.globalresearch.ca )
BNPT sebagai badan resmi pemerintah RI juga secara sadar dan gencar
melakukan kampanye anti Teror dengan menebar teror terhadap komunitas
muslim yang taat terhadap tuntunan Syari’at Islam dan memiliki cita-cita
mulia untuk menerapkan konsep politik Islam dalam bernegara (Daulah dan
Khilafah Islamiyah) dengan tuduhan sebagai cikal bakal terorisme.
Bahkan hampir tak ada definisi terorisme dengan muatan utama idealisme
selain Islam, jadilah kaum militan Islam satu-satunya tertuduh.
Padahal, sepanjang sejarah negri ini, kaum mujahidin Islam sebagai
lapisan utama militansi kaum muslimin justru selalu dijadikan tumbal
yang disajikan pada altar kebaktian kaum nasionalis terhadap hawa nafsu
yang telah mereka pertuhankan. Pengkhianatan kaum nasionalis terhadap
Piagam Jakarta, pembantaian terhadap gerakan DI/TII, pembantaian aparat
militer dan intelejen terhadap kaum mulsimin yang lemah di Tanjung
Priok, Aceh, Lampung, Banyuwangi, Haur Koneng, Sampang dan lain-lain.
Hingga pembiaran terhadap konflik horisontal dan patut diduga adanya
keberpihakan aparat terhadap pihak-pihak yang menyerang serta membantai
kaum muslimin di Ambon, Poso dan Sampit.
Maka akal muslim yang sehat dan didasari iman yang kuat pastilah akan
melahirkan konklusi tunggal berupa perlawanan kaum muslimin yang global
pula terhadap makar keji kaum Salib ini. Artinya jihad dan kaum
Mujahidin adalah kebutuhan mendesak satu-satunya untuk menjawab
kekejaman mereka yang telah membombardir negri – negri kaum muslimin
dan membantai ribuan bahkan mungkin jutaan anak – anak , kaum perempuan
dan kalangan sipil lemah tak bersenjata dari kaum muslimin di berbagai
bumi Islam yang dirampas mereka.
Kaum muslimin yang kami cintai karena Alloh, adalah kepedihan diatas
kepedihan bahwa pada realita kekinian, Jihad telah menjadi faridhoh ghoibah
(kewajiban yang hilang) sedangkan Mujahidin yang melakukan perlawanan
secara gagah berani dibusukkan dengan dikampanyekan sebagai teroris,
kriminal, residivis, khowarij , Ruwaibidhah , al-Qa’adiyah dan
penyebutan buruk lainnya . Mungkin inilah fitnah yang sebenarnya yang
datang kepada ummat sebagaimana Rasululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam
bersabda : “Bersegeralah melakukan amal-amal (ketaatan) sebelum
datangnya fitnah-fitnah (cobaan) yang datang bagaikan potongan-potongan
malam yang gelap gulita. Seseorang di pagi hari masih beriman
dan di sore harinya telah menjadi kafir. Atau di sore hari beriman, lalu
di pagi harinya menjadi kafir. Dia rela menjual agamanya demi
mendapatkan kesenangan di dunia.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim [2/198])
Jihad: Antara Semangat dan Kesungguhan
Kaum muslimin yang mendambakan ampunan Alloh dan syurgaNya, pada era
ketertindasan yang kita alami dan selalu dihujani fitnah yang tanpa
henti ini, nampak juga juga secara menakjubkan berbagai pertolongan dan
kasih sayang Alloh terhadap kita. Diantaranya adalah semakin suburnya
semangat jihad dikalangan muda Islam pada berbagai level masyarakat
(dari pedagang kecil miskin hingga sarjana yang hidup berkecukupan),
kian bergeloranya perlawanan mujahidin di berbagai bumi Jihad dan
terlihatnya keputus-asaan musuh–musuh Alloh terhadap besarnya biaya dan
korban perang yang mereka sulut sendiri. Subhanalloh walhamduliLlah, Allohu Akbar!
Namun saudaraku, akan lebih jelas dan tegas jika jihad yang telah
menggelora itu terus senantiasa dikawal dengan sikap ketundukan, rendah
hati dan selalu bermohon ampun kepada Alloh Jalla wa ‘Alaa yakni melalui
keseriusan kita dalam menuntut ‘ulumul syar’i dimana tidak ada yang
paling butuh kepada hal ini melainkan kaum mujahidin sendiri. Karena
amalan jihad adalah kemuliaan besar bagi kaum muslimin maka ia
membutuhkan pilar-pilar yang sangat agung dan kokoh yaitu ilmu. Kaum
mujahidin adalah kaum yang pandai berterima kasih jika ada yang
mengingatkan mereka dengan dalil-dalil syar’i dan pendapat-pendapat
fikih yang rojih. Mereka adalah kaum yang memuliakan ilmu dan para
‘Ulama yang sholih.
Kaum mujahidin adalah kaum yang ikhlas berjuang hingga tetes darah
penghabisan walau tidak beroleh balasan dunia maupun pujian insaan.
Mereka adalah kaum yang tidak kecil hati jika tertimpa musibah dan
kekalahan sebagaimana mereka tidak lantas jadi pongah dan sombong saat
Alloh menguji mereka dengan kemenangan. Begitupun mereka bukanlah kaum
yang suka marah-marah dengan pihak yang bersebrangan pendapat bahkan
mereka melihat kaum yang berpendapat berbeda itu dengan pandangan kasih
sayang dari ketinggian pengetahuan mereka akan hakekat hidup dan
perjuangan.
Duhai…, kaum yang menjadi bukti janji Rasululloh sholallohu ‘alaihi
wa sallam bahwa jihad akan senantiasa berlangsung di kolong jagad ini
hingga datangnya kiamat, semoga Alloh memberkahi kami dan kalian serta
menjadikan kami bahagian dari kalian. Betapa besarnya harapan ummat
Islam yang tertindas dan selalu teguh dengan kebenaran kepada kehadiran
kalian maka jangan kecewakan kami dengan kecerobohan langkah-langkah
kalian. Kami tahu, tidak ada yang ma’shum dari ummat ini setelah Nabi
Muhammad sholallohu ‘alaihi wa sallam namun amaliyah jihad yang agung
ini akan ternoda dengan ketergesaan yang menihilkan perhitungan. Apalagi
jika langkah-langkah operasionalnya melampui batas-batas syari’at.
Karena buat apa Rasululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam menegur keras
dan berulang-ulang kepada sang Panglima Muda Islam, Usamah bin Zaid
rodhiyallohu ‘anhu? Pastinya untuk pembelajaran bagi para Mujahidin
lainnya agar berhati-hati sekalipun sudah masuk dalam medan pertempuran
yang mengharuskan kita berfikir cepat namun tepat.
Sungguh, semoga kita dijadikan Alloh Tabaroka wa Ta’ala menjadi kaum
yang kembali meraih kemuliaan dengan berjihad di jalanNya dengan
senantiasa memegang teguh aturan Syari’atNya untuk dapat menemui Nabi
kita yang mulia, Muhammad sholallohu ‘alaihi wa sallam yang akan
menunggu kita di telaga beliau di akherat kelak, amiin yaa Mujibas
sailin!