
Tentara
AS berjaga di antara para tahanan Irak di Kamp Bucca, Irak. Pada tahun
2005, terjadi penembakan oleh militer AS terhadap para tahanan yang
berhasil diabadikan oleh video amatir. (Foto: NG)
BAGHDAD – Rekaman amatir yang baru-baru ini
diunggah ke internet memperlihatkan tentara Amerika menembakkan lima
peluru ke tahanan Irak dalam sebuah kerusuhan di fasilitas penahanan AS
di Irak pada tahun 2005.
Rekaman itu menunjukkan pasukan AS menggunakan kekuatan yang tidak
proporsional dan peluru hidup terhadap tahanan di penjara AS Kamp Bucca
yang berlokasi di Irak.
Tahanan Irak memprotes penodaan yang dilakukan tentara Amerika terhadap kitab suci Al-Qur'an.
Pada saat itu, militer AS berusaha untuk menutupi pertumpahan darah
tersebut, mengatakan bahwa kerusuhan terjadi ketika tahanan menjalani
penggeledahan untuk barang selundupan di dalam penjara.
Tapi American Civil Liberties Union (ACLU) kemudian mengungkapkan
bahwa penyebab sebenarnya dari kerusuhan itu adalah penodaan terhadap
kitab suci Al-Qur'an oleh tentara AS.
Empat tahanan ditembak mati dan lima lainnya terluka dalam kekerasan.
Di tahun 2008, militer AS mengungkapkan bahwa mereka telah menahan
sekitar 20,000 tahanan, sekitar 17,000 di antaranya berada di Kamp Bucca
di dekat Basra dan lebih dari 3,000 lainnya di Kamp Cropper di ibukota
Baghdad.
Jumlah itu termasuk puluhan wanita, lebih dari 300 anak di bawah
umur, sekitar 200 warga asing dan 200 tahanan berusia di atas 60 tahun.
Namun, Kementerian Hak Asasi Manusia Irak mengatakan bahwa 47,400
tahanan ditahan di penjara AS dan Irak di seluruh penjuru negeri.
Meskipun 11,000 warga Irak telah dibebaskan dari penjara AS di Irak
tahun ini, tapi 20,000 warga Irak lainnya masih di dalam tahanan
Amerika.
Militer AS mengatakan akan terus membebaskan tahanan dari
penjara-penjara yang dikelola AS untuk mencapai target lebih dari 12,000
pembebasan pada pertengahan September.
Kelompok-kelompok HAM mengkritik kebijakan detensi AS sebagai bentuk
ejekan terhadap hukum internasional yang mengharuskan proses hukum untuk
menahan seseorang.
Tapi militer AS mengatakan sistem detensinya diberi wewenang oleh
resolusi PBB dengan mana pemerintah Irak mengijinkan tentara AS untuk
menahan orang sesuka hati.
Sementara itu, warga Irak telah turun ke jalan-jalan di Basra, menuntut pembebasan ribuan tahanan Irak yang ditahan penjara-penjara AS tanpa dakwaan.
Demonstran menyerukan kepada pemerintah Irak dan organisasi hak asasi
manusia pada hari Jumat (8/4) untuk mengamankan pembebasan para
tahanan.
Amnesty International mengatakan bahwa tahanan Irak mengalami penyiksaan di dalam penjara-penjara AS di Irak.
Serangkaian skandal tentang perlakuan buruk tentara Amerika terhadap
tahanan Irak telah menimbulkan kritik tajam terhadap militer AS di
negara itu.