Ratusan
warga Tunisia mendarat di sebuah pulau kecil Sisilia dengan menggunakan
perahu pada Minggu kemarin (14/2), menambah jumlah migran ilegal tiba
di pantai Italia dalam waktu kurang dari seminggu telah mencapai lebih
dari 4.000.
Enam belas perahu telah tiba dalam waktu kurang dari 24 jam sejak
Sabtu malam, kata penjaga pantai Palermo Claudia Viccica kepada The Associated Press.
Banyak para migran memenuhi kapal nelayan setelah dilaporkan mereka
telah membayar ratusan euro untuk melakukan perjalanan ilegal
menyeberangi laut Mediterania.
Para warga Tunisia yang melarikan diri karena kebingungan menyusul
aksi jalanan yang melanda negara itu dan pengusiran terhadap presiden
lama mereka, Zine Al Abidine Ben Ali.
Beberapa dari mereka melarikan diri untuk mencari pekerjaan, yang
lainnya khawatir tentang adanya tindak kekerasan, sementara yang
lainnya termasuk yang dekat dengan kroni Ben Ali, melarikan diri untuk
mencari perlindungan, kata Laura Boldrini, juru bicara Komisi Tinggi
PBB untuk Pengungsi di Italia, mengatakan di televisi negara.
Bahkan Linosa, sebuah pulau yang lebih terpencil di kepulauan dengan
Lampedusa, mendapat kunjungan kapal perahu yang sarat dengan imigran,
kantor berita Italia ANSA mengatakan.
Menteri Luar Negeri Franco Frattini, yang sudah dijadwalkan untuk
pergi ke Suriah dan Yordania minggu ini, menambahkan bahwa dirinya
Senin malam akan membahas eksodus ini dengan perdana menteri Tunisia,
kata pejabat kementerian luar negeri.
Banyak para pendatang gelap Tunisia ditahan di sebuah lapangan sepak
bola yang berpagar hari Minggu kemarin di pulau Lampedusa sampai kapal
feri bisa membawa mereka ke daratan untuk dilakukan cek dokumen. Mereka
yang tidak memenuhi syarat akan mengalami resiko di deportasi.
Pihak berwenang segera membuka kembali pusat penahanan Lampedusa
yang telah ditutup pada saat pemerintah Italia berusaha menumpas
migrasi ilegal.