Gadhafi Kehilangan Pilar Kekuasaannya

Written By Juhernaidi on Jumat, 25 Februari 2011 | 12:20:00 AM

Hari-hari akhir kekuasaan Presiden Libya Muammar Gadhafi semakin dekat. Pemimpin Libya yang eksentrik itu, perlahan-lahan ditinggalkan pendukungnya, yang selama ini loyal terhadapnya, dan menjadi pilar kekuasaannya.
Tiga pilar kekuasaan Gadhafi itu telah pergi meninggalkannya. Mereka adalah suku-suku yang penting di Libya, militer, dan para diplomat. Ini tergambar dari pernyataannya tadi malam, di mana dari lubuk hati dan auranya telah nampak Gadhafi sangat nervous.
Hanya tinggal menunggu waktu beberapa hari ini, Presiden Gadhafi akan rontok dari kekuasaannya. Selain itu, para pemerintah Barat, Amerika dan Eropa, dan lembaga multilateral, seperti Human Right Watch, dan PBB, tidak ada yang mendukung tindakan Gadhafi yang penuh dengan kekejaman dan horor itu.
Selama empat dekade berkuasa, yang menjadi basis kekuasaan dan menjaga stabilitas serta keseimbangan pemerintahan Presiden Gadhafi adalah dukungan 100 lebih suku dan klan, khususnya 30 kelompok suku yang sangat berpengaruh, dan mereka semuanya peranan yang sangat penting saat membebaskan Libya dari penjajahan asing atau kolonialisme.
Gaddafi bisa saja menggunakan para preman, melakukan ancaman sebagai taktik, tetapi itu tidak untuk menghadapi para kepala-kepala suku. Sekarang para kepala suku telah menyatakan oposisi terhadap Gadhafi. Sehingga, membuat rapuhnya kekuasan diktator yang kejam itu.
Sejak 17 Februari yang lalu, para kepala suku, mendeklarasikan sikap mereka terhadap Presiden Gadhafi, dan mereka semunya mendukung gerakan "Revolusi 17 Februari".
Pembangkangan Para Diplomat
Gaddafi juga kehilangan dukungan para diplomat yang selama ini menjadi tulang punggung, khususnya dalam membangun lingkungan internasional yang dapat mendukungnya, kini mereka meninggalkan Gadhafi. Duta Besar Libya di PBB, Amerika Serikat, India, Pakistan, Mesir, dan sejumlah negara lainnya, menyatkan dukungan terhadap gerakan "Revousi 17 Februari". Para diplomat menolak mendukung atas tindakan Gadhafi yang brutal dan menggunakan kekuatan militer untuk menumpas aksi yang dilakukan oleh rakyatnya.
Sekarang, kenyataannya rezim Libya, kehilangan para diplomat yang menjadi jembatan denan dunia internasional, yang selama ini menjadi corong rezim Gadhafi. Sehingga, tiadk ada lagi yang membela atas tindakan yang dilakukan Gadhafi, yang membabi-buta melakukan pembunuhan terhadapnya. AS dan Uni Eropa serta Human Right Watch, sedang mempertimbangkan resolusi untuk menghukum Gadhafi atas kekejaman yang dilakukannya.
Tidak tertutup kemungkinan Gadhafi dapat di seret ke pengadilan kejahatan perang internasional di Den Haag, seperti yang dialami oleh rezim Rwanda dan Serbia, yang melakukan genoside. Tindakan yang dilakukan oleh Gadhafi melebihi yang dilakukan oleh rezim Rwanda dan Serbia, yang melakukan kekejian dengan horor dan pembantaian massal.
Pecahnya Dukungan Militer
Tak kalah pentingnya lagi, rezim Gadhafi kehilangan pilar kekuasaannya yang paling penting, yaitu militer. Gadhafi sekarang tidak sepenuhnya dapat mengontrol, dan militer tidak sepenuhnya tunduk kepada perintah Gadhafi. Gadhafi kehilangan sejumlah dukungan dari kalangan militer, seperti membelotnya pilot pesawat tempur, yang menolak untuk melakukan pemboman terhadap para penentangnya yang melakukan asksi protes. Mereka memberikan dukungan aksi revolusi rakyat.
Gaddafi juga kehilangan dukungan dari kalangan polisi yang selama ini menjadi kekuatan yang mendukungnya, tetapi di saat-saat genting, polisi banyak yang melakukan desersi, dan bergabung dengan gerakan revolusi. Mereka menolak untuk melawan para penentang pemerintah yang sedang melakukan aksi. Para polisi bersama dengan rakyat membebaskan kota demi kota,yang sekarang ini jatuh ke tangan oposisi.
Satu-satu kota yang masih berada di tangan Gadhafi, tinggal ibukota Tripoli, yang setiap saat dapat jatuh ke tangan oposisi. Kota terbesar kedua di Libya, Benghazi telah jatuh ke tangan oposisi, dan sekarang menjadi pusat gerakan revolusi.
Sekarang, Gadhafi tinggal bertahan di Tripoli, dan akan melakukan pertumpahan darrah, dan sampai titik darah yang penghabisan. Tetapi, jika banyak militer yang desersi, dan menolak perintah Gadhafi, maka akan berakhir kekuasaan Gadhafi, dan hanya tinggal menunggu waktu. Tidak terlalu lama.

Simulasi Jangka Sorong