Pemerintah Mesir menyatakan dari hasil penyelidikan awal, pelaku serangan bom mobil di gereja di Alexandria adalah "warga negara asing" yang masuk ke negara itu.Aparat perbatasan Mesir sudah mengidentifikasi 15 orang yang dicurigai masuk ke Mesir sejak bulan Desember dan badan intelijen negera itu memerintahkan untuk menyelidiki kembali semua data warga negara asing yang masuk ke Mesir selama bulan Desember untuk mencari kemungkinan tersangka lainnya.
Departemen Lalu Lintas Mesir juga melakukan penyelidikan terhadap 13 mobil yang dilaporkan diparkir di dekat lokasi ledakan yang menewaskan 21 orang itu. Dari keterangan sejumlah saksi mata dan korban luka dalam insiden tersebut, aparat mendapatkan ciri-ciri orang yang diduga sebagai pelaku ledakan. Orang tersebut berpostur tubuh tinggi sekitar 180 cm, berkulit bersih, wajahnya bercukur bersih, mengenakan kaca mata, mengenakan jaket berwarna biru dan berkaos warna terang.
Saksi mata juga mengatakan ada dua ledakan, yang pertama terjadi sekitar pukul 12.15 siang dan yang kedua terjadi sekitar lima meti setelah ledakan pertama. Seorang satpam gereja mengungkapkan, ia mencurigai sebuah mobil Skoda berpenumpang tiga orang yang masuk ke gereja dan terlihat lama memarkir kendaraannya padahal area parkir gereja saat itu agak kosong. Setelah itu, ia melihat dua penumpang mobil tersebut keluar sedangkan sopirnya tetap tinggal di mobil dalam jangka waktu yang cukup lama.
Surat kabar pemerintah Al-Ahram dalam laporannya menyebutkan bahwa dari hasil autopsi korban ledakan menunjukkan bahwa material bom yang meledak terdiri dari benda-benda keras dan paku. Bom itu diduga bom rakitan yang dibuat sendiri. Surat kabar itu juga memublikasikan sketsa yang diduga pelaku ledakan.
Pakar forensik di Mesir menambahkan, teroris yang meledakkan bom di gereja Alexandaria menggunakan bahan TNT dengan daya ledak cukup tinggi, ditambah dengan material terbuat dari metal yang mudah pecah dan tersebar dengan kecepatan sangat tinggi saat bom meledak.
Mesir Kondisi Waspada
Mesir dalam situasi waspada tinggi karena insiden ledakan bom itu memicu gelombang kemarahan komunitas Kristen di negeri itu. Kepolisian Mesir membatalkan permohonan cuti aparatnya agar bisa menurunkan lebih banyak petugas untuk melakukan penjagaan ketat di bandara dan pelabuhan. Sejumlah pos pemeriksaan dibuat untuk mencegah para tersangka melarikan diri dari Mesir.
Mesir dalam situasi waspada tinggi karena insiden ledakan bom itu memicu gelombang kemarahan komunitas Kristen di negeri itu. Kepolisian Mesir membatalkan permohonan cuti aparatnya agar bisa menurunkan lebih banyak petugas untuk melakukan penjagaan ketat di bandara dan pelabuhan. Sejumlah pos pemeriksaan dibuat untuk mencegah para tersangka melarikan diri dari Mesir.
Mesir juga sudah menyiapkan aparat keamanannya untuk menjaga gereja-gereja yang akan menyelenggarakan misa Natal. Umat Kristiani Koptik Mesir baru akan merayakan Natal pada 7 Januari mendatang. Paus Shenouda III, pemimpin umat Kristen Koptil di Mesir tetap akan memimpin misa malam Natal.
"Jika tidak misa, itu artinya teroris sudah berhasil mencegah kami merayakan kelahiran Kristus," kata Paus Shenouda seperti dikutip Al-Ahram.