AS dan Israel Ancaman Terbesar Bagi Turki

Written By Juhernaidi on Kamis, 06 Januari 2011 | 9:29:00 AM

Hampir sebagian besar masyarakat di Turki melihat Amerika Serikat dan Israel sebagai ancaman terbesar bagi negara mereka, sebuah jajak pendapat baru-baru ini mengungkapkan.
Menurut survei yang dilakukan pada bulan Desember oleh perusahaan Metropoll yang berbasis di Ankara, hasil penelitian mereka menunjukkan 42,6 persen responden menganggap AS sebagai "ancaman eksternal terbesar," sementara yang lain 23,7 persen menggambarkan Israel sebagai penyebab utama keprihatinan di kawasan.
"Politik luar negeri AS sejak invasi Irak, insiden penahanan tentara Turki oleh AS selama perang Irak, perang di Afghanistan, pengulangan RUU Armenia di Kongres AS dan laporan negatif terkait pernyataan para pemimpin Turki telah AS dan Israel memainkan peran utama dalam persepsi ini," kata Profesor Ozer Sencar, kata pimpinan Metropoll Research Center, kepada surat kabar Turki Hurriyet pada hari Rabu kemarin (5/1).
"Sangat menarik ternyata masyarakat Turki menganggap sekutu, AS, sebuah negara dengan siapa Turki memiliki hubungan tingkat tinggi, hubungan bilateral dan sama-sama berada dalam NATO, sebagai ancaman", kata Sencar, menambahkan bahwa masyarakat Turki tidak menganggap AS sebagai ancaman sebelum invasi pimpinan Amerika ke Irak.
Dia juga menyebutkan dukungan kuat Washington untuk kebrutalan Israel terhadap rakyat Palestina sebagai sumber persepsi negatif.
"Politik Israel di kawasan dan penderitaan Palestina, tidak ditentang - apalagi bereaksi oleh pemerintah AS", Sencar menambahkan.
Jajak pendapat, yang dilakukan pada sekitar 1.500 orang di Turki, juga menunjukkan bahwa hampir 64 persen dari Turki percaya bahwa Ankara harus membekukan hubungan dengan Israel.
Survei tersebut juga menjelaskan bahwa permusuhan Turki terhadap Israel sedang bangkit.
Hubungan Ankara-Tel Aviv yang awalnya erat, semakin memanas setelah pasukan Israel menewaskan sembilan aktivis Turki yang berada di kapal bantuan yang membawa bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza yang dikepung pada bulan Mei tahun lalu.

Simulasi Jangka Sorong