Asap Sudah Ganggu Penerbangan

Written By Juhernaidi on Kamis, 21 Oktober 2010 | 3:32:00 PM

Pekanbaru--Kabut asap akibat kebakaran lahan yang melanda hampir seluruh daerah di Provinsi Riau beberapa hari terkahir mulai berdampak luas. Selain mengganggu kesehatan, karena di beberapa daerah kualitas udara sudah masuk kategori sangat berbahaya, penerbangan yang dilayani Bandara Pinang Kampai Dumai pun mulai terganggu.
Kondisi kebakaran terparah terjadi di Kabupaten Bengkalis, Kota Dumai dan Kabupaten Rokan Hilir. Data dari Dinas Kehutanan Kabupaten Bengkalis, kebakaran di Desa Sepahat dan Desa Tanjung Leban, Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis terjadi seluas 2.100 hektare. Luas areal yang terbakar itu terbagi dalam dua titik besar yang masing-masingnya memiliki puluhan titik Api. Ini merupakan kebakaran lahan terbesar di Provinsi Riau pada 2010 ini.
‘’Lahan terbakar semakin meluas, pantauan beberapa hari terakhir ini terbagi menjadi dua kawasan hotspot di Sepahat dan Tanjung Leban, masing-masing titik seluas 1.400 hektare dan 700 hektare dengan total 2.100 hektare yang hangus dan aktif memproduksi asap. Ini benar-benar sudah masuk pada taraf mengkhawatirkan,’’ kata Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Bengkalis kepada RPG, Rabu (20/10) di sela-sela meninjau lokasi kebakaran bersama Wakil Bupati Bengkalis, Suayatno.
Ketebalan kabut asap akibat kebakaran lahan di Kecamatan Bukit Batu, Siak Kecil dan Pulau Bengkalis ini menjadikan kualitas udara memburuk. Bahkan jumlah penderita ISPA tiga hari belakangan makin meningkat. Warga pun sudah mulai diserang iritasi mata. Dinas Kesehatan menghimbau warga untuk tidak beraktivitas di luar rumah, kalau tidak terlalu penting betul.
Warga yang keluar rumah diimbau untuk memakai masker. Bagi pengendara sepeda motor dianjurkan untuk menutup hidung dan mulut dengan sapu tangan selain juga menggunakan helm. Semuanya untuk menghindari dampak asap yang kini mulai terasa menyesakkan pernafasan.
‘’Kami minta masyarakat untuk waspada dengan kondisi udara saat ini. Kabut asap makin mengkhawatirkan bagi kesehatan. Saya sarankan untuk tidak melakukan aktivitas di luar rumah kalau tidak terlalu penting betul. Karena dari fakta yang ada, kasus ISPA sejak hari Ahad  (17/10) hingga hari ini terus meningkat. Demikian juga penyakit iritasi mata mulai menyerang warga,’’ ujar Kepala Dinas Kesehatan Bengkalis dr Edi Setiawan Ramli, Rabu (20/10).
Data di Dinas Kesehatan Bengkalis, sudah 21 orang yang  terkena ISPA selama 3 hari belakangan ini saja, sementara yang terserang iritasi mata sudah tercatat sebanyak 14 orang akibat tak tahan dengan  asap yang mencemari udara. Edi menyebut udara saat ini tidak sehat. Namun belum sampai pada tahap bahaya. Kendati demikian kewaspadaan harus dilakukan, dengan menghindari beraktifitas di luar rumah.
Menyinggung tentang apa sudah saatnya sekolah diliburkan, mengingat usia anak sekolah rentan terserang ISPA, Edi mengatakan pula jika kewenangan meliburkan siswa adalah Dinas Pedidikan, namun jika kondisi udara makin mengkhawatirkan, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan dan juga BLH. Kalau sekarang sepertinya indeks udara (ISPU) masih kuning, namun kita khawatir dengan makin meluasnya kebakaran lahan, ISPU akan meningkat menjadi merah yang artinya sudah mencapai tahap membahayakan bagi kesehatan,’’ ucapnya.
Sementara kepala BLH Bengkalis T Ilyas yang dihubungi terpisah belum bisa memberikan kepastikan terkait kondisi kualitas udarasaat ini, karena alat pendeteksi ISPU yang ada di BLH sedang rusak. ‘’Kami belum dapat memberikan gambaran tentang kualitas udara, peralatan rusak dan sekarang tengah diperbaiki,’’ terangnya.
Suayatno Ajak Berdoa
Wakil Bupati Bengkalis, Drs Suayatno begitu prihatin dengan terjadinya musibah kebakaran di Desa Sepahat dan Desa Tanjung Leban. Seharusnya musibah tersebut tidak perlu terjadi seandainya seluruh komponen, terutama masyarakat menyadari bahwa membuka lahan dengan cara membakar tidak diperbolehkan.
‘’Setelah saya lihat langsung di lapangan, sepertinya upaya memadamkan api ini sulit dilakukan. Di samping personel yang terbatas, areal yang terbakar juga cukup luas dan teksturnya berupa gambut. Tanah gambut ini tampak dari luar sudah padam tapi di dalam masih hidup,’’ ujar Suayatno melalui hubungan ponsel dari lokasi, Rabu (2010).
Dikatakan, upaya meminimalisir kebakaran sudah dilakukan oleh tim terpadu, mulai dari Pemkab Bengkalis, Provinsi Riau dan juga perusahaan. Namun hasilnya belum begitu memuaskan di mana areal yang terbakar makin meluas. ‘’Tim sudah berupaya semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan fisik dan peralatan yang ada. Namun, kebakaran ini sangat luas sekali. Hampir mustahil kalau bisa dipadamkan seluruhnya. Saya menghimbau kepada kita semua mari memohon kepada Allah SWT agar kita diberi pertolongan. Insya Allah, kalau hujan turun kebakaran di sini bisa padam,’’ papar Suayatno.
Menurut Suayanto, kebakaran yang terjadi di Sepahat dan Tanjung Leban sudah seringkali terjadi. Upaya-upaya preventif
seharusnya dikedepankan karena lebih efisien dan efektif dibandingkan penanganan yang dilakukan saat terjadi kebakaran. Pemkab Bengkalis sendiri sebenarnya sudah membentuk kelompok masyarakat peduli api (MPA), tapi dengan jumlah personel yang terbatas serta luasnya lahan perkebunan di Sepahat dan Tanjung Leban membuat upaya preventif oleh MPA tidak bisa maksimal.
‘’Titik kebakaran ini nampaknya dilakukan secara sengaja oleh oknum tertentu, dan lokasinya jauh dari posko MPA. Sehingga luput dari pemantauan. Dengan kondisi musim kemarau, ditambah pula lahannya gambut maka sedikit saja api sudah memicu kebakaran yang sangat hebat,’’ papar Suayatno.
Terkait tindakan hukum terhadap pelaku pembakaran, Suayatno mengatakan dirinya tidak mau terlalu jauh berbicara ke ranah hukum, karena hal itu merupakan kewenangan aparat penegak hukum. Hanya saja, dirinya mengingatkan sebenarnya upaya membuka lahan dengan cara membakar tidak diperkenankan oleh UU. Ada masyarakat tertentu menurut Suayatno yang barangkali kurang mendapatkan sosialisasi sehingga tidak mengetahui hal itu, lalu membuka lahan dengan cara membakar.
‘’Bisa jadi mereka tahu tapi mereka ini tidak melihat kondisi tanah. Di tempat asal mereka tanahnya mungkin bukan gambut jadi ketika membakar lahan bisa dikontrol. Kemudian cara itu diterapkan pula di sini yang lahannya gambut, tentu tidak bisa,’’ ungkapnya.
Berdasarkan pemantauan RPG Rabu (20/10) langsung di lokasi kebakaran dua desa ini, memang asap sudah benar-benar menutupi setiap sudut lokasi. Sehingga jika tim pemadam masuk ke dalam hutan dikhawatirkan akan lemas dan susah bernafas. Oleh karena itu tim pemadam kebakaran hanya menempuh lokasi yang tidak beresiko seperti di pinggir jalan, dan maksimal 200 meter masuk ke dalam, sebab asap benar-benar tebal dan membahayakan.
Bandara Sempat Ditutup
Di Dumai, kabut asap yang menyelimuti udara Kota Dumai makin tebal, Rabu (20/10). Jarak pandang kian terbatas dan kualitas udara pun makin buruk. Dari pantauan satelit NOAA-18, titik api di Kota Dumai berjumlah 18 titik yang tersebar di sejumlah tempat di Kota Dumai.
Kondisi ini menjadikan pihak pengelola Bandara Pinang Kampai, Dumai, memutuskan untuk menutup bandara kemarin pagi. Pantauan Riau Pos kemarin, makin tebalnya kabut asap tersebut ditandai dengan makin terbatasnya jarak pandang. Pada saat-saat tertentu, jarak pandang tidak lebih dari 300 meter. Bersamaan dengan itu kualitas udara pun kian memburuk. Berada di ruangan terbuka, akan tercium bau yang tidak sedap dan menyesakkan pernafasan.
‘’Dari pukul 07.00 WIB kami sudah tetapkan untuk menutup Bandara untuk penerbangan. Kabut asap makin parah. Jarak pandang di udara hanya sekitar 500 meter,’’ ujar Kepala Operasional Bandara Pinang Kampai, Ackwin. Kondisi demikian, sebutnya, sudah melampaui batas normal penerbangan.
Kepala operasional Bandara Pinang Kampai Dumai Drs Achwin kepada wartawan Rabu (20/10) menjelaskan, pesawat Pelita Air jenis Fokker 100 yang seharusnya mempunyai jadwal pada pagi hari itu harus menuda keberangkatan.
‘’Berdasarkan jadwal memang Pelita Air akan mendarat pada hari ini (kemarin, red) namun karena cuaca buruk, Pelita Air dari Jakarta ke Dumai harus membatalkan penerbangan pada petang kemarin, begitu informasi yang kami terima dari pihak Pelita,’’ katanya.
Dengan demikian Rabu (20/10) kemarin Bandara Pinang Kampai Dumai tidak ada jadwal penerbangan. Walaupun demikian pihak Bandara juga harus siap. Namun setelah pukul 09.30 WIB itu kondisi jarak pandang di Bandara Pinang Kampai sudah mulai membaik, jarak pandang sudah mulai meningkat dari 1.500 meter sampai dengan 2.500 meter, dan ini dapat dikatakan mendekatai normal. Namun jarak pandang yang normal itu pada umumnya adalah 2.000-3.000 meter. Kondisi jarak pandang yang sangat terbatas menyebabkan seluruh pesawat harus ditunda demi keselamatan seluruh penumpang. ‘’Untung saja pada hari itu jadwal penerbangan di Bandara PK tidak padat, dan RAL memang sudah tidak masuk ke Bandara Pinang Kampai lagi karena sesuatu hal,’’ urainya.
Selain itu, pagi kemarin pihaknya juga menunda penerbangan sebuah helikopter dari Pekanbaru ke Dumai. Menurut keterangan, rencana kedatangan helikopter milik Polda Riau tersebut adalah untuk memantau kebakaran hutan dan lahan yang melanda Dumai, Kabupaten Bengkalis dan Rokan Hilir.
Kejadian seperti ini, ujarnya sangat di luar dugaan, karena semua itu berasal dari faktor cuaca. Kondisi jarak pandang yang sangat minim jika waktu pagi sangat berisiko untuk pesawat terbang landing di Bandara Pinang Kampai. Dengan demikian sebagai persiapan dini, pihak bandara menyarankan sebelum pesawat berangkat menuju ke Bandara PK hendaknya berkoordinasi dulu. Dengan demikian pihak bandara bisa mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Dalam pada itu, Pemko Dumai diminta untuk menyampaikan perkembangan asap kepada masyarakat, sehingga masyarakat tidak dalam kondisi kebingungan dalam menjalankan aktivitas di luar ruangan. Juga perlu dijelaskan mengenai dampak terhadap kesehatan.
‘’Kalau kita lihat secara kasat mata memang asap sudah cukup tebal. Tapi kan ini ada alat untuk mengukurnya. Pihak pemerintah harus menyampaikan kepada masyarakat secara resmi apakah asap sudah berbahaya, atau masih waspada atau justru masih aman-aman saja,’’ ujar Agus Purwanto, anggota DPRD Dumai.
Kemarin, saking jeleknya udara di Kota Dumai PT CPI yang berkantor di Bukit Jin mengibarkan bendera merah. Bendera tersebut tanda kualitas udara di Kota Dumai sangat buruk dan berbahaya untuk kesehatan. Jarak pandang pun hanya beberapa ratus meter. Itu terlihat di Jalan Sudirman dan Sultan Syarif Kasim.
Mesin pencatat udara atau polutan standart index (PSI) yang dimiliki oleh CPI pada Rabu (20/10) menunjukkan pada level yang tidak wajar dan sangat berbahaya. Berdasarkan pencatat PSI pada pukul 07.00 WIB, indek kualitas udara mencapai 213 lebih. Sedangkan kandungan pertikel berbahaya (PM-10) dalam mg/m3 sebanyak 360 mg. Pada pukul 08.00 WIB PSI meningkat menjadi 257 partikel berbahaya atau PM-10 sebanyak 390 mg/m3, sampai pukul 09.00 WIB PSI menurun menjadi 170 dengan kandungan partikel berbahaya atau PM-10 290 mg/m3.
Dengan kondisi itu CPI mengeluarkan bendera merah tanda kualitas udara sangat tidak sehat. Ada pun tingkatan PSI mulai dari normal sampai dengan berbahaya adalah, PSI 0-50 ditandai dengan bendera hijau adalah baik atau normal, PSI 51-100 juga dengan bendera hijau (biasa), PSI 101-200 bendera kuning (tidak sehat), PSI  201-300 dengan bendera merah (sangat tidak sehat) dan PSI 301- ke atas dengan tanda bendera merah (berbahaya).
Communication Media Relation (CMR) CPI Bukit Jin Dumai Dwi Pujo Sutrisno kepada Riau Pos, menjelaskan bahwa bendera merah yang dipasang berdekatan dengan gate security PT CPI merupakan petunjuk yang sudah jelas, karena bendera yang biasanya berkibar mempunyai arti tingkat polutan yang berbeda-beda, ada hijau, kuning dan merah.
‘’Warna hijau berarti polutan tidak ada, atau dapat dikatakan udara bersih, bendera kuning polutan ada namun tidak begitu berbahaya dan hanya pada tahap berjaga-jaga. Namun jika bendera merah itu merupakan pertanda polutan udara pada waktu bendera itu dikibarkan berada pada tahap yang berbahaya,’’ ujar Dwi.
Karena hanya CPI yang memiliki PSI, maka patokan kualitas udara di Kota Dumai seluruhnya mengacu kepada mesin pencatat kualitas udara. Namun begitu bendera merah yang dipasang sudah dapat memberikan sinyal penting untuk kesehatan masyarakat Kota Dumai, dan intansi terkait harus melakukan tindakan atau pencegahan sekitar polutan udara di Kota Dumai yang tidak sehat tersebut.
Sementara itu pihak Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Dumai atau unit kerja di Pemko Dumai yakni tidak memiliki data pencemaran udara yang sudah terjadi beberapa minggu di Kota Dumai, bahkan dari tahun ke tahun KLH tidak mempunyai data mengenai kasus yang sudah menjadi masalah nasional ini.
Kepala Seksi Amdal KLH, Emiyuzar mengatakan pihaknya belum melakukan pengukuran terhadap kualitas udara tersebut. Sebab untuk melakukan pengukuran alat yang dimiliki KLH tidak lengkap.
‘’Kami belum mengukurnya. Saat ini alat yang kami miliki kurang lengkap. Untuk alat pengukur kualitas udara tersebut hanya ada Impinger. Namun bahan kimianya yakni reagen kita tidak punya. Selain itu kita tidak ada anggaran,’’ tambah Emiyuzar.
Ia juga mengatakan untuk melakukan pengukuran terpaksa harus di PPLH Regional Sumatera yang berkedudukan di Pekanbaru. Untuk pengukuran jasa laboratorium tersebut memakan biaya sekitar Rp50 juta. Parameter yang harus diukur untuk mengetahui kadar udara tersebut di antaranya adalah NO2, SO2, H3, O3, H2S dan PM10. ‘’Reagen kimia ini juga sangat mahal. Untuk satu parameter perlu beberapa jenis reagen. Karena itu kita tidak mengetahui kualitas udara sekarang,’’ katanya.
Ia mengakui biaya untuk pengukuran jasa laboratorium tahun ini tidak dianggarkan. Tanpa anggaran pengukuran itu tidak bisa dilakukan, karena tidak bisa bekerja. Padahal kabut asap tersebut sangat menanggu aktivitas dan kesehatan warga.
Sebutnya lagi, kabut asap yang mengandung partikel yang sangat kecil yakni PM10. Ukurannya sangat halus yakni 10 mikron. Biasanya asap muncul dan lebih pekat pada malam dan pagi hari.
Inhu Diselimuti Kabut Asap
Masyarakat di Kabupaten Inhu mulai merasakan dampak terjadinya kabut asap. Sejak Rabu (20/10) sejumlah wilayah di Kabupaten Inhu mulai diselimuiti kabut asap. Sehingga jarak pandang terbatas.
Hasil pantaun Riau Pos di Pematangreba, kabut asap sudah terlihat sejak pagi hari. Bahkan sampai sore asap masih menyelimuti daerah ini. Kualitas udara juga makin buruk. Sebab udara bercampur dengan asap dan membuat jarak pandang terbatas dibandingkan hari-hari biasanya.
Kepala Daerah Operasional (Kadaops) Manggala Agni wilayah 1 Rengat, Jusman menjawab Riau Pos di Pematangreba membenarkan munculnya kabut asap ini. Di samping merupakan kiriman dari daerah lain, juga dari titik panas dan terjadi kebakaran lahan  di daerah ini.
Berdasarkan data yang mereka himpun ada 10 titik api di Inhu yang terpantau. Seperti di Kuala Cenaku, Lirik, Batang Gansal. Data sementara kebakaran itu adalah lahan masyarakat yang sengaja dibersihkan dengan cara dibakar. ‘’Yang terbakar itu lahan kosong, tapi tidak diketahui sumbernya. Bisa saja ini sengaja dibakar untuk membersihkan lahan,’’ ujarnya.
Jusman memperkirakan dengan masuknya musim kemarau saat ini, dalam beberapa hari ke depan jumlah titik api ini makin bertambah. Ini akan menyebabkan makin meluasnya daerah yang terbakar. Namun demikian pihaknya akan mengupayakan pemadaman di lokasi kebakaran tersebut.
Dijelaskan Jusman, tugas Manggala Agni sebenarnya adalah memadam kebakaran di hutan konservasi. Tapi jika terjadi di lahan kosong milik masyarakat tetap akan dipadamkan. Karena dikhawatirkan akan merambat ke kawasan hutan sekitar. Pihaknya kini mulai bersiap untuk menghadapi tugas berat itu, jika kemarau panjang terus berlanjut.
Pada Rabu (20/10) sebutnya seluruh peralatan di markas Manggala Agni Jalan Seminai Pematangreba sudah disiagakan. Termasuk untuk mengecek kondisi peralatan ini. Sebanyak 45 personil manggala Agni siap ditrunkan ke lokasi kebakaran. Selain itu juga sudah ada yang diturunkan ke Pelalawan. Karena Manggala Agni wilayah 1 Rengat ini membawahi empat Kabupaten, Inhu, Inhil, Kuansing dan Pelalawan.
Pihaknya juga akan berkoordinasi bersama dengan Pemda Inhu untuk melakukan upaya pemadaman di lokasi-lokasi yang terjadi kebakaran ini. Sehingga tugas pemadam kebakaran oleh Manggala Agni bisa maksimal dilakukan. Jusmas pada kesempatan itu mengatakan, sedapat mungkin warga Inhu jangan melakukan pembersihan lahan dengan cara dibakar. ‘’Dampaknya luar biasa, baik segi kesehatan, ataupun terhadap transportasi,’’ ungkapnya.
Bukan hanya di Kecamatan Rengat dan Rengat Barat saja diselimuti kabut asap. Wilayah Kecamatan Pasir Penyu juga mengalami hal yang sama. Jarak pandang di daerah itu pada pagi jelang sore kemarin hanya sekiar 300 meter saja. ‘’Kabut asap di Pasir Penyu cukup tebal. Warga mulai mengeluhkan kondisi udara yang kurang sehat,’’ ungkap Ketua Ikatan Sarjana Anak Negeri (IKSAN) kepada Riau Pos dari Air Molek.
Dirinya mengharapkan, Pemda Inhu dan pihak terkait bertindak tegas. Setiap pembakar lahan harus ditangkap dan ditindak tegas. Karena jika dibiarkan akan menjadi sangat berbahaya bagi kesehatan warga. Terutama meningkatkan penderita ISPA di Inhu dalam beberapa bulan ini.
Rohil Padamkan Api
Di Kabupaten Rokan Hilir, sekitar seratus petugas terdiri dari Dinas Kehutanan Kabupaten Rohil, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Rohil, Manggala Agni dan Relawan Anti Api, hingga kemarin masih beraksi di Kepenghuluan Rantaubais dan Kilometer 31, Kecamatan Tanahputih. Kehadiran seratus petugas adalah untuk melakukan aksi pemadaman hot spot yang telah meluluhlantakan lahan gambut di dua lokasi tersebut.
‘’Api yang menghanguskan lahan gambut di dua lokasi itu, sudah muncul sejak Senin lalu. Upaya pemadamannya sampai saat ini masih dilakukan. Malahan, kami bersama anggota bermalam di lokasi itu,’’ kata Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Rohil, H Tugiman Marto SH didampingi Kasi Tenaga dan Sarana Penanggulangan Karhutla (Kebakaran Hutan dan Lahan) Dinas Kehutanan Rohil, Syamsul Heri yang ditemui Riau Pos, Rabu (20/10) di Bagansiapi-api.
Dalam pelaksanaan pemadamannya, tambah Tugiman, sejumlah peralatan turut dikerahkan di lokasi di antaranya mesin air dan selang serta water tank. ‘’Kalau dihitung semuanya, jumlah mesin air yang ditempatkan di sana sebanyak 7 unit. Tiga dari kita berasal dari Dinas Kehutanan dan Bapedalda. Kemudian tiga unit dari Manggala Agni. ‘’Kalau slang, yang kami miliki panjangnya sekitar 300 meter. Dan Manggala Agni mencapai 700 meter. Jadi, keseluruhannya sekitar satu kilometer,’’ kata Tugiman.
Hanya saja, lanjut Tugiman, prosesi pemadaman hot spot tersebut terkendala dari faktor ketersediaan air. Musim panas yang muncul saat ini telah membuat air-air yang berada di parit sudah sulit dijangkau

Simulasi Jangka Sorong