Kebanyakan orang membayangkan pelajaran fisika itu membosankan. Tapi
tidak bagi Himawan Wicaksono Winarto (17). Bagi siswa kelas XII SMAK
Saint Albertus (Dempo) Malang, fisika itu adalah teman bermainnya.
Semua faktor kehidupan manusia, lanjutnya, tidak bisa lepas dari fisika.
"Tanpa fisika tidak akan ada kehidupan," kata Himawan saat ditemui di
sekolahnya, Kamis (16/5/2013).
Himawan yang menyukai fisika sejak SMP ini, bahkan selalu merasa
tertantang jika mendapatkan soal atau fenomena fisika yang sulit
dijelaskan. "Semakin sulit sebuah soal fisika, malah membuat saya
semakin menggebu untuk memecahkannya," sambungnya.
Kecintaan ABG berkacamata ini terhadap ilmu yang dalam bahasa China
berarti pola-pola energi hidup (Wu Li), akhirnya membuahkan hasil.
Diajang Asian Physics Olimpiade (APhO) di Bogor 5-13 Mei lalu, Himawan
berhasil menyabet tiga medali sekaligus. Yaitu medali emas, best
experiment, dan absolute winner (juara umum).
Namun begitu, prestasi Himawan ini bukan sebuah kebetulan. Tetapi buah
kerja keras selama delapan bulan, yaitu persiapan termasuk karantina.
"Kerja keras delapan bulan akhirnya terbayar dengan medali-medali ini,"
ucapnya sambil menunjukkan medali yang diraihnya.
Diceritakannya, APhO diikuti 145 peserta dari 20 negara Asia. Delegasi
Indonesia diwakili delapan siswa, berasal dari Makassar, Pontianak,
Jakarta, Jatim dan Magelang. "Dari Jatim ada dua perwakilan, saya dan
Fidya Maulida dari SMA 1 Pamekasan," ujarnya.
Himawan yang mengidolakan tokoh fisika Enrico Fermi asal Italia ini,
menuturkan ada dua termin ujian pada APhO ini, teori dan praktik. Namun
ada satu soal ujian teori, yang paling sulit, yaitu pengaplikasian teori
relativitas pada alat GPS.
"Soalnya satu, tapi dipecah perbagian menjadi 15 item. Bahasa
matematikanya rumit. Tapi saya selalu suka soal yang sulit dan bisa
mengatasinya," tutur Himawan yang mengatakan soal itu sejatinya untuk
mahasiswa S3 jurusan Fisika.
Saat ujian praktik, Himawan memperoleh nilai tertinggi setelah berusaha
keras memecahkan perhitungan kekuatan tekanan air untuk menggerakan
turbin yang nantinya dikonversi menjadi tenaga listrik.
Himawan mengaku mampu menyabet tiga medali sekaligus juara umum karena
kekuatan doa. Sebelum memulai mengejakan soal-soal, Himawan selalu
menyempatkan beberapa detik untuk berserah diri pada Tuhan. "Disamping
persiapan sudah matang, berdoa dan hening sejenak, itu yang membuat saya
jadi tidak panik saat mengerjakan soal," ungkapnya yang mengaku pernah
melewatkan satu data penting saat ujian praktik.
Prestasi moncer siswa kelahiran asli Malang 16 Agustus 1995 di APhO ini
membuat Hongkong University of Science and Technology tertarik
merekrutnya. Namun begitu, Himawan yang tahun ini lulus SMA malah
mengaku akan menganggur setahun.
"Saya ingin persiapkan diri masuk universitas di Amerika. Setahun ini,
saya akan belajar bahasa Inggris supaya lancar," jelas Himawan yang
menarget kampus Michigan Institute and Technology (MIT) atau Harvard
University sebagai tempatnya kuliah kelak.
Obsesi Himawan adalah, ingin menjadi fisikawan pertama di Indonesia yang
meraih nobel. Menurutnya, kemampuan fisikawan di Indonesia ada potensi
untuk meraih nobel, jika penelitian-penelitiian fisika semakin sering
dilakukan.
Sang ibu, Maria Margareta Liliana membeberkan kebiasaan sehari-hari anak
semata wayangnya ini selalu keranjingan bermain game online. Meski
begitu, Maria menuturkan Himawan tahu batas ketika sudah bermain game.
"Saya biarkan, karena nanti dia pasti berhenti sendiri," imbuhnya.
Furu fisika SMAK Dempo, Kosmas Isdarmadi mengatakan soal fisika Himawan
selalu selangkah lebih maju dari anak-anak lain di sekolahnya. Ketika
teman-temannya di kelas sedang membahas bab gaya, misalnya, Himawan
sudah menuntaskan pelajaran itu sehari sebelumnya. "Dia jadi murid yang
paling santai pada pelajaran saya. Kadang, saya minta dia untuk
mengajari teman-temannya, yang masih belum paham," tandas Kosmas.
Sumber : Surya, 16 Mei 2013