NEW YORK: Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Condoleezza Rice mengakui pemerintahan Presiden George W Bush membuat kesalahan saat terjadi serangan 11 September. Tetapi dia tidak membeberkan mengenai perannya dalam keputusan perang Irak yang dilakukan Presiden Bush.
Hal itu terungkap pada buku memoar Condoleezza Rice yang terbit, Selasa (12/10)."Kami membuat kesalahan, itu tidak diragukan lagi," jelas Rice terkait kejadian yang dikenal dengan julukan 9/11, Rabu (13/10), dalam wawancara untuk mempromosikan buku memoarnya berjudul Extraordinary, Ordinary People.
Tetapi Rice tetap bangga dengan pencapaian Pemerintahan Presiden George W Bush. "Untuk pemerintahan, sejak kejadian 9/11, kami terus berpikir kejadian itu akan terjadi lagi. Kami pun bersyukur, mampu melakukan apa kami bisa melakukannya," katanya.
Tidak seperti mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, yang menulis memoar yang mengungkapkan, dia tidak menyesal bergabung dengan invasi AS ke Irak pada 2003 silam, Rice tidak membeberkan perannya kala perang Irak dan penyerbuan ke Afghanistan.
Memoar pertama dari dua seri yang direncanakan itu, berisi cerita bagaimana orang tuanya membesarkan dirinya sebagai anak tunggal pada era 1950-an hingga 1960-an. Dia juga mengungkapkan, upaya kedua orang tuanya--yang berprofesi sebagai guru--membuatnya mampu menjadi wanita kulit hitam pertama yang menduduki posisi penting sebagai Menteri Luar Negeri AS.
Buku itu bertutur sampai pengangkatan Rice sebagai penasihat keamanan nasional, delapan bulan sebelum serangan 9/11. Sedangkan buku jilid kedua direncanakan dilepas pada tahun depan, yang bakal membeberkan kiprah politiknya sebagai salah satu tokoh penting di pemerintahan Presiden George W Bush.
Rice mengungkapkan, saat ini merupakan waktu yang tepat untuk mengungkapkan dan menilai pemerintahan Presiden Bush. "Karena sejarah sangat panjang, kita akan harus kembali untuk lihat apa yang berhasil dan apa gagal," katanya.
Hal itu terungkap pada buku memoar Condoleezza Rice yang terbit, Selasa (12/10)."Kami membuat kesalahan, itu tidak diragukan lagi," jelas Rice terkait kejadian yang dikenal dengan julukan 9/11, Rabu (13/10), dalam wawancara untuk mempromosikan buku memoarnya berjudul Extraordinary, Ordinary People.
Tetapi Rice tetap bangga dengan pencapaian Pemerintahan Presiden George W Bush. "Untuk pemerintahan, sejak kejadian 9/11, kami terus berpikir kejadian itu akan terjadi lagi. Kami pun bersyukur, mampu melakukan apa kami bisa melakukannya," katanya.
Tidak seperti mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, yang menulis memoar yang mengungkapkan, dia tidak menyesal bergabung dengan invasi AS ke Irak pada 2003 silam, Rice tidak membeberkan perannya kala perang Irak dan penyerbuan ke Afghanistan.
Memoar pertama dari dua seri yang direncanakan itu, berisi cerita bagaimana orang tuanya membesarkan dirinya sebagai anak tunggal pada era 1950-an hingga 1960-an. Dia juga mengungkapkan, upaya kedua orang tuanya--yang berprofesi sebagai guru--membuatnya mampu menjadi wanita kulit hitam pertama yang menduduki posisi penting sebagai Menteri Luar Negeri AS.
Buku itu bertutur sampai pengangkatan Rice sebagai penasihat keamanan nasional, delapan bulan sebelum serangan 9/11. Sedangkan buku jilid kedua direncanakan dilepas pada tahun depan, yang bakal membeberkan kiprah politiknya sebagai salah satu tokoh penting di pemerintahan Presiden George W Bush.
Rice mengungkapkan, saat ini merupakan waktu yang tepat untuk mengungkapkan dan menilai pemerintahan Presiden Bush. "Karena sejarah sangat panjang, kita akan harus kembali untuk lihat apa yang berhasil dan apa gagal," katanya.