Semangat dan Ikhlas dalam Bekerja

Written By Juhernaidi on Rabu, 12 November 2014 | 9:09:00 AM

DALAM bekerja biasanya kita bergantung pada gaji. Kalau pendapatan yang diterima besar, maka gairah kita bisa menggebu-gebu. Sebaliknya jika gaji diterima kecil, semangat pun jadi lesu. Kecuali bagi yang saat itu memang sedang memerlukan uang, dan belum memperoleh pekerjaan lain yang berpenghasilan lebih besar.


Padahal cara berpikir begitu sebetulnya keliru. Pertama, karena gaji yang rendah yang membuat kita tidak bersemangat, akan memengaruhi kualitas hasil kerja. Hasil pekerjaan kurang berkualitas akan membuat atasan kecewa bahkan marah. Ekspresi kekecewaan atasan bisa membuat kita enggan berangkat bekerja dan membolos. Dan akhirnya, bukannya naik pangkat atau gaji dinaikkan, tapi kita malah bisa dipecat. Jadi, pangkalnya yang keliru. Bekerjalah tanpa bergantung pada gaji.


Kedua, karena rezeki dari Allah SWT amat luas dan tidak hanya melalui gaji. Instansi, perusahaan, lembaga dan sebagainya cuma sebagian perantara. Rezeki dari-Nya bisa di manapun, melalui perantara siapapun, dan dalam bentuk apapun.


Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tak disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS. ath-Thalq [65]: 3).


Semangat dalam bekerja jangan bergantung pada gaji, karena rezeki dari Allah tidak hanya lewat gaji. Niatkan yang tulus kepada Allah dengan pekerjaan yang halal dan baik, syari’at yang selalu dipegang, serta terus bekerja secara jujur, disiplin, maksimal dan hasil pekerjaan berkualitas.


Biarkan saja jika atasan tidak mengetahui, karena Allah pasti memperhatikan. Abaikan jugaatasan yang tidak menghargai, karena Allah pasti menghargai orang yang berbuat kebaikan dan kejujuran. Mungkin nanti Allah akan memberikan ganjaran lewat jalan yang lain. Allah Mahaperkasa lagi Mahamulia, dan kehendak-Nya pasti terjadi.


Sekali pun hasil pekerjaan kita yang berkualitas diklaim oleh orang lain, jangan sakit hati. Tetapi tetaplah tersenyum, itu cuma ujian keihklasan. Hanya sebuah episode yang diatur oleh Allah SWT. Dia melihat dan mengetahui semuanya. Lanjutkan saja bekerja dengan baik dan bagus. Ada waktunya Allah membukakan fakta yang sebenarnya.


Ada istilah “lima as”, yakni kerja keras, cerdas, berkualitas, tuntas, dan ikhlas. Kalau tidak tuntas, ibarat keramas yang cuma sebelah. Tak elok rasanya. Upayakanlah secara maksimal agar setiap pekerjaan tuntas. Lakukanlah lillaahita’ala.


Dengan keikhlasan, kita dapat terhindar dari iri dan dengki. Setelah menekuni pekerjaan secara tuntas dan berkualitas, kita sudah tidak perlu iri atau dengki terhadap kawan-kawan sekolah dulu yang hidupnya telah bermobil mewah. Karena jangankan dengan teman sekelas, antara diri kita dan saudara-saudara kita dalam satu keluarga pun garis hidupnya pasti berbeda.


Tak perlu dipersoalkan kalau misalnya adik kita lebih kaya. Dan jangan juga membanding-bandingkan harta dengan tetangga. Saat lebaran tiba, tak usah sibuk merental atau meminjam bermacam kendaraan, perhiasan dan barang-barang lainnya. Lebaran bukanlah musim kompetisi kepemilikan di kampung. Dan berlomba-lomba seperti itu memang tidak baik, malah kita sendiri yang akan sengsara.


Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning, kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu.” (QS. al-Hadd [57]: 20).


Dunia hanyalah kesenangan yang menipu. Namun, wajib diingat kalau hal itu tidak lantas membuat kita mengabaikan maupun mengutuknya. Teruslah berbuat amal pada jalur kebaikan dan bermanfaat. Tanpa membangga-banggakan rezeki yang diperoleh, apalagi merekayasa atau membuat pencitraan supaya dihormati. Apa adanya saja.


Tidak ada sesuatu pun kebaikan yang akan luput dari pengawasan dan pengetahuan Allah SWT. Tidak mungkin pahalanya tertukar. Dengan hasil pekerjaan yang tuntas dan berkualitas, kita tidak harus mendapat pujian, penghargaan, penghormatan maupun ucapan terima kasih dari orang lain. Lurus saja dalam berbuat, cukup berharap dan takut kepada-Nya. Allah yang akan mengangkat derajat kita.

Simulasi Jangka Sorong