Sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan dalam mencerdaskan
bangsa, Ibu Ani Yudhoyono dan para istri menteri Kabinet Indonesia
Bersatu membentuk SIKIP (Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu).
Tiga program andalan SIKIP untuk mencerdaskan bangsa adalah Mobil
Pintar, Motor Pintar dan Rumah Pintar yang digagas oleh Ibu Ani
Yudhoyono. Tiga program ini mengacu pada UU No. 43 th 2007 tentang
Kebijakan PKM, yaitu Pembudayaan Kegemaran Membaca (PKM) dilakukan melalui Keluarga, Satdik dan Masyarakat, antara lain: pertama, Keluarga, difasilitasi Pemerintah dan Pemerintah Daerah melalui buku murah dan berkualitas, Kedua, Satdik, dengan mengembangkan dan memanfaatkan perpustakaan sebagai proses pembelajaran, dan ketiga: Masyarakat, penyediaan sarana perpustakaan di tempat umum yang mudah dijangkau, murah dan bermutu.
Dalam situs resminya disebutkan misi dan visi Mobil Pintar adalah
sebagai sumber belajar dan program pembelajaran multi fungsi. Sumber
belajar dalam Mobil Pintar meliputi buku bacaan yang 85% untuk
anak-anak, CD interaktif, arena panggung dan perangkat komputer jenis
laptop serta arena permainan edukatif. Program pelayanan pendidikan ini
diberikan secara gratis. Setiap pembelajaran dimulai dengan jingle Mobil
Pintar.
Namun, sayangnya, dalam praktiknya di Bekasi, program Mobil Pintar
tersebut disalah gunakan oleh para misionaris untuk melakukan
kristenisasi. Fakta-fakta adanya kristenisasi terungkap dalam insiden di
SD Negeri Mangunjaya 01 & 05 pada Kamis (6/10/2011), dan di SD
Islam Al-Hikmah pada Kamis, (13/10/2011).
Mulanya, pada hari Jum’at (30/9), Lina, aktivis yang mengaku dari
Mobil Pintar mendatangi kepala sekolah SDN Mangunjaya 05, menawarkan
program edukasi dan movitasi cuma-cuma kepada siswa. Lina menjamin bahwa
tak ada misi agama apapun dalam program tersebut.
“Mereka datang ke sini menawarkan program edukasi. Pihak sekolah
bertanya, ‘Ini ada misi tidak?’ Mereka menegaskan bahwa tidak ada misi
apapun. ‘Kami tidak membawa misi apapun. Kami adalah Mobil Pintar yang
jelas-jelas mencerdaskan generasi Indonesia untuk berpikir kritis dan
melakukan perubahan di Indonesia,’” papar Rahma, guru kelas 3 seperti
yang dikutip voa-Islam.com, pada Kamis (13/10).
Setelah disepakati, maka pada hari Kamis, (6/10) lima belas orang Tim
Mobil Pintar menggelar acara edukasi di SDN Mangunjaya 05. Rombongan
ini datang dalam tiga mobil, antara lain: Mobil Pintar minibus B 7004
KJA, mobil Elf B 7001 KDA dan sedan B 2947 VP.
Rahma mengungkapkan Tim Mobil Pintar tersebut minta guru-guru SD
keluar ruangan, lalu menutup pintu. Mereka tidak mau ada guru yang
mendampingi siswa-siswi di kelas.
Tepat jam 11.00, giliran ke kelas 3 yang akan dimasuki Tim Mobil
Pintar. Sebagai guru kelas, Rahma menanyakan detil acara yang akan
dilangsungkan. Berta, seorang petugas dari Mobil Pintar menjawab bahwa
acaranya hanya sekedar motivasi. Rahma pun minta agar dirinya
mendampingi murid-muridnya dalam acara tersebut, tapi Berta ngotot tidak
mau didampingi guru SD.
“Sebagai guru saya harus mendampingi murid-murid saya. Pokoknya saya harus tahu, saya harus di ruangan,” tegasnya.
Karena dalam pemaparan Berta mengarahkan ke doktrin Kristen, maka
dengan tegas Rahma minta agar acara dihentikan. “Konsep agama dia beda
dengan ajaran Islam tentang taubat, istigfar dan amal shalih,” jelas
Rahma.
Berta terus saja menjelaskan bahwa setiap orang punya dosa dan tidak
bisa membersihkan diri dari dosa kecuali dengan air kehidupan.
“Diri kalian akan berubah menjadi sesuatu yang baru apabila di dalam darah kalian mengalir air kehidupan,” ujar Rahma menirukan.
Sejurus kemudian Berta minta anak-anak angkat tangan ke depan dan
menuntut untuk berbaiat, “Saya berjanji untuk berubah dengan air
kehidupan.”
Rahma pun hilang kesabaran, spontan berteriak, “Ini pembaptisan!”
Ia bereaksi keras menolak. Maka seluruh acara distop. Berta dan teman-temannya marah dan protes.
“Ibu, kami akui kami semuanya Kristen, tapi acara ini sama sekali tidak ke arah itu. Ibu menuduh kami!”
Rahma balik membentak, “Tapi arah ke situ kami sudah tahu. Kalian
bisa membodohi dan membohongi murid-murid kami, tapi kami tidak. Kami
dari pihak sekolah memutuskan stop acara ini!” ketusnya.
Bahkan para misionaris mengambil tas milik siswa dan ditukar dengan tas bercorak Kristen.
“Tas anak-anak diambil, diganti dengan tas label-label Kristen yang di dalamnya ada salib,” ujar Rahma.
Tas yang dibagikan kepada siswa-siswi itu bertuliskan ayat Alkitab (Bibel): “Tuhanlah yang memberikan Hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian. Hikmat dan pengertian ada padaku” (Amsal 2:6).
Dari insiden tersebut, Rahma berharap agar pemerintah mengusut dan
menindak tegas oknum misionaris yang memperalat Mobil Pintar sebagai
alat pemurtadan.
“Anggota DPRD komisi D dan Ketua Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi
sudah berjanji akan melakukan investigasi langsung ke sini, tapi sampai
sekarang sudah sepekan, belum ada kabar lagi,” pungkasnya.
Menanggapi hal tersebut, Muhammad Faisal MMPd, Praktisi Pendidikan
Luar Sekolah (PLS), menyayangkan insiden bernuansa SARA yang mencoreng
dunia pendidikan yang dimotori Ibu Negara Ani Yudhoyono tersebut.
Menurutnya, pemurtadan di kalangan sekolah adalah pembodohan terhadap
umat Islam yang harus diperangi.
“Bila ditunggangi misi Kristenisasi, maka Mobil Pintar itu tidak
mencerdaskan, tapi justru membodohi umat,” ujarnya seperti yang dikutip
voa-islam.com, Jum’at (14/10/2011).
Misi terselubung dalam Mobil Pintar di SD Bekasi merupakan bentuk
penyimpangan yang harus diusut tuntas oleh pemerintah, karena mencoreng
nama Ibu Negara sebagai pemrakarsa program tersebut.
“Seharusnya, sebagai perpustakaan berjalan, Mobil Pintar itu harus
menyediakan aneka buku bacaan untuk rakyat. Anehnya, Mobil Pintar di
Bekasi ini berisi roti, susu dan alat tulis bercorak Kristen yang
disinyalir untuk program kristenisasi terselubung. Ini memalukan dunia
pendidikan,” kecam Faisal yang juga Pembina Gerakan Pelajar Anti
Pemurtadan Bekasi (GPAPB) itu.
“Usut tuntas penyalahgunakan Mobil Pintar ini. Secara tidak langsung, oknum-oknum ini mencatut Ibu Ani Yudhoyono,” tandasnya.
Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Bekasi, Bernard Abdul
Jabbar mengecam keras misi Kristen yang dipaksakan ke dunia pendidikan
secara licik tersebut. Ia mengungkapkan pemanfaatan fasilitas negara
untuk misi kristenisasi adalah gaya baru pemurtadan untuk mengejar
target menjadikan Indonesia 50 persen Kristen.
“Kristenisasi yang dilakukan terhadap SD Negeri dan SD Islam di
Mangunjaya Tambun Bekasi ini adalah modus baru. Misi terselubung yang
mempergunakan fasilitas negara ini mereka lakukan untuk mengejar program
jangka panjang limapuluh tahunan. Mendekati tahun 2020 ini mereka ingin
mengkristenkan Indonesia dengan menargetkan 50 persen Kristen,” ujarnya
di kantor Dewan Dakwah Bekasi, Kamis malam (13/10).
Bernard mengimbau para guru baik guru SD Negeri maupun guru SD Islam
agar meningkatkan kewaspadaan dalam menjaga akidah anak didiknya. Selain
itu, sgar insiden SARA di dunia pendidikan ini tidak terulang, Bernard
mendesak pemerintah untuk menangkap dan mengusut tuntas para misionaris
tersebut