
WASHINGTON - Ada yang aneh dari pernyataan Presiden Barack Obama pada wawancaranya dengan wartawan Perancis, Laura Haim untuk Canal Plus selama perjalanannya ke Kairo yang dilansir dari transkrip publikasi resmi di situs Gedung Putih. Dia mengatakan bahwa salah satu alasan bahwa pendekatannya ke dunia Islam adalah karena jika dihitung-hitung, maka jumlah Muslim AS akan menjadi yang terbanyak di dunia.
Inilah kutipan yang disari langsung dari transkrip 
pres rilis Gedung Putih: "Dan salah satu poin ingin saya buat, adalah 
bahwa jika Anda benar-benar melihat jumlah Muslim AS, kami akan menjadi 
satu negara muslim terbesar di dunia. Dan sehingga harus ada dialog yang
 lebih baik terhadap pengertian antara kedua bangsa."
Pemimpin AS tersebut menambahkan bahwa AS dan 
negara-negara Barat harus lebih baik mengenal Islam, menambahkan 
pendapat bahwa Muslim AS bukanlah masalah, tetapi kenyataan bahwa mereka
 sedang membangun dan meninggalkan sebuah warisan. Mereka adalah 
orang-orang yang tidak merusak. Menurutnya saat ini, ada konflik antara 
mereka yang memihak gaya hidup modern dan gaya hidup orang-orang yang 
merasa hidup seorang muslim bersenyawa dengan budaya modern dan Barat.
Apakah benar demikian?
Mari mundur ke belakang ketika Presiden AS ke-44 
Barack Obama, atau, Barack Hussein Obama masih merupakan calon Presiden.
 Selama kampanye pemilihan umum, Obama sama sekali tidak pernah 
menggunakan nama tengahnya. Takut akan kehilangan potensi politik dengan
 label sebagai seorang turunan Muslim, Obama, yang masih merupakan calon
 presiden, seorang penganut Kristen, tidak pernah menggunakan nama 
"Hussein" dan penggunaannya akan menyebabkan tanda tanya seperti semacam
 kode larangan atas tuduhan bahwa ia semacam kandidat Islam Manchurian.
Namun, begitu Obama berhasil menduduki tempat di 
Gedung Putih, dan dengan beberapa rencananya dalam masalah Timur Tengah 
dan untuk mendekati negara Islam, Obama dengan bangga menggunakan nama 
tengahnya, selain, tentu saja bahwa sudah menjadi tradisi di sejarah 
kepresidenan AS bahwa seorang presiden harus memakai tiga nama, nama 
depan, nama tengah dan nama belakang.
Tampaknya pemerintahan Obama mencoba untuk meraih 
ke-Muslim-an Obama. Wakil penasihat keamanan nasional Obama telah 
menyatakan bahwa Obama "berpengalaman tentang Islam pada tiga benua ... 
tumbuh di Indonesia, yang memiliki ayah seorang Muslim, dan tinggal di 
tempat di Amerika yang mana Muslim merupakan kunci di Illinois dan 
Chicago." 
Namun, pada saat kunjungannya ke Turki, Obama 
mengatakan bahwa Amerika "tidak menganggap diri kami bangsa Kristen atau
 bangsa Yahudi atau negara Muslim". John McCain pernah dikritik pada 
tahun 2007 dengan menyatakan AS adalah "sebuah bangsa Kristen", kemudian
 meralatnya menjadi "suatu bangsa dengan nilai Judeo-Kristian ".
Tentu saja, konsep pemisahan gereja dan negara, 
yang berasal dari Perubahan Pertama UUD, berarti AS tidak resmi menjadi 
negara Kristen atau negara agama tertentu lainnya. Yang berarti, dapat 
kita katakan bahwa AS bukan negara Muslim ataupun Kristen.
Terlepas dari pernyataan-pernyataan Obama. Mari 
kita lihat statistik sebenarnya. Wikipedia telah merangkum beberapa 
sumber yang berhubungan dengan statistik umat Islam di AS. Berikut 
adalah daftarnya:
--[if1,1 juta (2001) menurut, City University of New York - American Religious Identification Survey [0,5% dari populasi nasional dewasa]
--[if1,1 juta (2001) menurut, City University of New York - American Religious Identification Survey [0,5% dari populasi nasional dewasa]