Gelombang people
power menggelinding mulai dari Tunisia, lalu ke Mesir, dan kini
menggoyang rezim negara-negara Arab lainnya di Timur Tengah.
Demokratisasi -sesuatu yang dikampanyekan Amerika Serikat dan Barat ke
berbagai Negara- tampaknya sudah sulit direm. Namun, seperti buah
simalakama, demokratisasi di Timur Tengah sepertinya tidak terlalu
dikehendaki AS dan sekutunya. Pasalnya, mereka selama ini memelihara dan
menikmati rezim otoriter di dunia Islam, supaya kepentingannya terjaga.
Berikut pandangan pengamat Timur Tengah, Smith Alhadr, tentang hal ini:
Seberapa berpengaruh sukses people power di Mesir bagi di negara-negara Timur Tengah lainnya?
Mesir sangat strategis dan merupakan pilar Timur
Tengah. Yang terjadi di Mesir akan menjadi barometer sentimen masyarakat
Arab di Timur Tengah secara keseluruhan. Saya dengan yakin bisa
mengatakan, ini akan menjalar ke negara Arab yang lain. Kita lihat di
Yaman, ada gerakan menuntut presidennya turun. Di Yordania orang
bergerak dan Raja kemudian tidak lagi menunjuk perdana menteri, tapi
dipilih dalam pemilu. Dan, secara mengejutkan terjadi di Iran. Ini
merupakan efek domino dari Mesir.
Apakah demokrasi bisa benar-benar masuk ke negara-negara Arab?
Semua itu sudah terjadi sejak kekalahan Arab dalam
membantu Palestina melawan Israel. Sejak perang 1967 itu, betul-betul
menjatuhkan kebanggan Arab. Negara yang begitu banyak, sekitar 22
negara, bisa kalah dengan negara kecil (Israel).
Masyarakat juga kecewa dengan sistem yang
dijalankan di Arab. Seperti di Mesir, negara sekuler yang menghambat
Ikhwanul Muslimin untuk berpartisipasi dalam politik. Sistem otoriter
itu ternyata tidak juga membawa Arab ke situasi yang lebih makmur.
Sistem itu sebenarnya gagal, mereka jenuh, ingin ada alternatif.
Tapi, saya belum bisa mengatakan (demokrasi) akan
terjadi segera di negara Arab kaya minyak, seperti Saudi, Kuwait, Uni
Emirat Arab, Qatar, Oman, karena mereka hidup cukup makmur. Di sana juga
begitu ketatnya pengawasan pemerintah terhadap organisasi yang ada di
masyarakat. Bahkan, mereka tidak boleh mempunyai organisasi.
Seperti di Saudi, tidak boleh ada organisasi
profesi, yang ada hanya organisasi sepak bola. Di Saudi tidak ada
undang-undang dasar (UUD) atau konstitusi, juga tidak ada parlemen.
Itu kemudian dipadu dengan kedekatan Saudi dan
Amerika Serikat (AS). Mereka tidak lagi berdaulat secara politik dan
sangat diatur AS. Ini bertentangan dengan masyarakat Arab yang punya
harga diri dan independensi tentang apa yang mereka inginkan.
Negara mana yang akan sangat terpengaruh efek Mesir?
Efek dari Mesir akan lebih cepat terjadi di Yaman.
Yaman paling dekat yang akan jatuh. Selain ketidakpuasan masyarakat
terhadap pemerintah, di negara yang sangat miskin di antara
negara-negara Arab ini, mereka mempunyai kelompok separatis yang kuat
dan berbahaya. Di utara ada kaum Syiah, di selatan ada gerakan
separasime juga. Kemudian ada organsiasi Al Qaeda Semenanjung Arab yang
sangat ditakuti oleh pemerintah. Ibu kota Yaman ini betul-betul terancam
dan terkepung dari berbagai sisi.
Namun, arus demokrasi bisa juga mengena negara
(Arab) yang secara ekonomi bagus. Pada 1994, AS melakukan angket secara
rahasia di Arab Saudi. Dia kaget menemukan lebih dari 70 persen rakyat
menginginkan demokrasi. Saudi bisa jadi ukuran negara Arab lain. Tapi,
bukan berarti secara ekonomi matang, masyarakat senang. Orang bukan
senang mendapatkan makanan dan hidup kenyang saja, orang juga ingin
mendapatkan hak politik yang tidak pernah didapatkan.
Apa yang menyebabkan munculnya berbagai
tuntutan rakyat untuk menurunkan pimpinannya yang sudah terlalu lama
berkuasa, terutama yang sekarang terjadi di Timur Tengah?
Yang pertama sekali dan sangat utama, kalau untuk
negara kerajaan mini di Teluk Persia, itu umumnya mereka tidak
mendapatkan akses politik yang memadai di negara meraka sendiri. Kalau
dari sisi ekonomi misalnya Saudi dan negara kaya lain tidak masalah,
rakyat hidup makmur, tapi masyarakat mereka sumpek, jenuh, tidak boleh
ada perbedaan berpendapat, kebebasan mengungkapkan pikiran, akses
politik yang terbatas. Sebenarnya apa yang terjadi di Mesir ini
ditakutkan memberi inspirasi masyarakat mereka.
Seberapa sulit mengganti sistem politik yang sudah lama bercokol di negara Arab menjadi sistem yang demokratis dan prorakyat?
Itu perlu kelas menengah, orang terdidik yang cukup
dan situasi yang matang untuk itu. Saya kira untuk negara mini di Teluk
Persia atau Saudi belum sematang dengan yang ada di Tunisia, Aljazair,
dan Yaman. Kalau di sana segala unsur sosial dan politik sudah cukup
matang untuk memicu pemberontakan seperti yang kita saksikan sekarang.
Saudi suatu ketika nanti akan ada perubahan, kalau
Mesir sudah terjadi revolusi. Kalau revolusi itu berujung pada negara
demokratis, yang betul-betul sangat ideal, maka dia akan dengan
sendirinya mempengaruhi negara sekeliling, negara Maghribi atau Timur
Tengah.
Revolusi itu sangat penting karena akan memunculkan
rasa percaya diri mayarakat lain bahwa tanpa senjata bisa menggulingkan
rezim yang tua. Ini bisa terjadi di Arab Saudi dan negara negara di
Teluk Persia.
Maka sekarang, negara Arab lain akan melakukan
pembenahan di dalam negeri. Mereka akan melonggarkan tekanan pemerintah
terhadap rakyat. Mereka akan membawa perubahan di negara Arab untuk
mencegah hal yang sama (hal yang terjadi di Mesir, terjadi di negara
mereka).
Apakah adanya keinginan masyarakat untuk
berdemokrasi dan menuntut kebebasan ini karena masuknya pengaruh asing,
seperti dari AS?
Pengaruh itu sebenarnya terutama dilakukan pertama
sekali saat terjadi revolusi Iran. Hal itu telah memberikan inspirasi
luar biasa di negara Arab. Kedua, AS sebenarnya sekarang mengalami
dilema besar. Di satu sisi ingin mengekspor demokrasi dan nilai-nilai
hak asasi manusia, tapi disisi lain ingin tetap menjaga para diktator di
kawasan Arab.
Para diktator itulah yang menjamin kepentingan
mereka (AS). Kalau mereka memaksakan demokrasi, lalu terjadi, tapi
menimbulkan kekacauan dan instabilitas, maka akan sangat menggangu AS
dan sekutu Barat-nya di Timur Tengah.
Makanya mereka serba salah. Justru sebenarnya
Amerika punya pengaruh negatif sehingga membuat masyarakat bergerak.
Selain itu gerakan menuntut demokrasi sebenarnya timbul dari kejenuhan,
karena kemiskinan, dan harga pangan yang tinggi. AS tidak ada
pengaruhnya dalam gerakan menuntut demokrasi, kebosanan masyakart itulah
yang mendorong mereka