Kemunculan Satir "Jihad Bells" Penghina Umat Muslim

Written By Juhernaidi on Senin, 31 Januari 2011 | 8:10:00 AM

Salah satu adegan dalam video satir terbaru oleh Caroline Glick berjudul Jingle Bells, Jihad Bells, yang mengklaim menggambarkan kehidupan umat Kristen yang tinggal di dunia Muslim. (Foto: YouTube)

Satir adalah teknik hebat. Satir tidak hanya digunakan untuk humor, tapi juga untuk mengkritik norma-norma sosial. Tapi apa yang terjadi ketika satir kebablasan?
Caroline Glick memproduksi sebuah klip satir baru dalam bahasa Inggris yang menampilkan sebuah versi dari Jingle Bells yang menggambarkan kehidupan umat Kristen yang tinggal di dunia Muslim seperti yang dilihat oleh Tawil Fadiha, menteri Palestina.
Pada bulan Juni 2010, Caroline Glick sebelumnya juga memproduksi dan muncul dalam We Con the World, sebuah video satir oleh Latma TV tentang upaya flotilla Gaza untuk menerobos blokade Israel terhadap Gaza. Klip video itu segera ditonton 3.000.000 pemirsa YouTube sebelum kemudian segera dihapus oleh situs hosting online itu karena masalah hak cipta, meskipun beberapa orang berspekulasi bahwa penghapusan itu didorong oleh pertimbangan lain selain masalah hak cipta sah.
Video itu menarik kritik dan pujian. Menulis untuk The Guardian, Meron Rapoport mengatakan bahwa video itu anti-Muslim, sementara Eileen Read di Huffington Post menggambarkan ejekan terhadap korban flotilla sebagai selera rendah dan rasis.
Glick membantah bahwa video itu ofensif, mengatakan bahwa "inti satir adalah untuk membuat orang merasa tidak nyaman. Kami tidak berusaha untuk bersikap adil dan seimbang, kami berusaha untuk menyampaikan pesan."
Caroline Glick adalah seorang wartawan Amerika-Israel dan merupakan wakil editor pengelola The Jerussalem Post. Dia juga Senior Fellow for Middle East Affairs di Center for Security Policy, Washington.
Glick lahir di Chicago dan tumbuh besar di lingkungan Hyde Park. Lulus dari Columbia College of Columbia University di tahun 1991 dengan gelar Sarjana Ilmu Politik. Dia berimigrasi ke Israel di tahun 1991 dan bergabung dengan Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Dia bertugas di Divisi Jenderal Advokat Hakim IDF dalam Intifada Pertama tahun 1992, dan sementara di sana mengedit dan menulis sebuah buku yang dipublikasikan oleh IDF, "Israel, Intifada, dan Aturan Hukum". Menyusul Perjanjian Oslo, dia bekerja sebagai koordinator negosiasi dengan Otoritas Palestina.
Dia pensiun dari militer dengan pangkat kapten di akhir tahun 1996. Dia bekerja selama satu tahun sebagai asisten direktur jenderal Otoritas Benda-benda Kuno Israel. Dia kemudian menjadi asisten penasihat kebijakan luar negeri untuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Dia kembali ke AS untuk meraih gelar Master Kebijakan Publik dari Kennedy School of Government, Harvard University, pada tahun 2000.
Ketika kembali ke Israel dia menjadi, dan masih tetap menjadi, kepala koresponden diplomatik untuk koran Makor Rishkon, untuk mana dia menulis sebuah kolom mingguan dalam bahasa Ibrani. Dia juga wakil editor pengelola The Jerussalem Post untuk mana dia menulis kolom setiap dua minggu. Tulisan-tulisannya telah muncul di The Wall Street Journal, National Review, The Boston Globe,Chicago Sun-Times, The Washington Times, Maariv, Moment, dan koran-koran lain di seluruh dunia.

Simulasi Jangka Sorong