Hr ke-21, Renungan Ramadhan{ Berburu Lailatul Qadr Bersama Keluarga }

Written By Juhernaidi on Selasa, 31 Agustus 2010 | 2:03:00 AM

Assalamu’alaikum wr.wb.

Pada bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, kita saat ini memasuki grand final, yaitu 10 malam terakhir, yang lebih diberkahi dibanding sisa hari Ramadhan yang lain, karena di dalamnya terdapat Lailatul Qodar. Mari kita bersama keluarga kita berburu malam mulia ini...

-----------------
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (AlQur’an) saat Lailatul Qodar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qodar itu? Lailatul Qodar itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar (QS Al Qodar 1-5).

Allah memberitahukan bahwa Dia menurunkan Al Qur’an pada malam Lailatul Qodar, yaitu malam yang penuh keberkahan. Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi (QS 44:3). Malam itu berada di bulan Ramadhan, sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan Al Qur’an.” (QS 2:185).

Ibnu Abbas RA berkata: “Allah menurunkan Al Qur’anul Karim keseluruhannya secara sekaligus dari Lauh Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah (langit pertama) pada malam Lailatul Qodar. Kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah SAW sesuai dengan konteks berbagai peristiwa selama 23 tahun.”


Malam itu dinamakan Lailatul Qodar karena keagungan nilainya dan keutamaannya di sisi Allah Ta’ala. Juga karena pada saat itu ditentukan ajal, rezeki, dan lainnya selama satu tahun, sebagaimana firman Allah : “pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS 44:4).

Kemudian, Allah berfirman mengagungkan Lailatul Qodar yang Dia khusukan untuk menurunkan AlQur’anul Karim: “Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qodar itu?” Selanjutnya Allah menjelaskan nilai keutamaan Lailatul Qodar dengan firmanNya: “Lailatul Qodar itu lebih baik daripada seribu bulan.”

Maksudnya, beribadah di malam itu dengan ketaatan, sholat, tilawah, dzikir, doa, dan lain sebagainya sama dengan beribadah selama seribu bulan di waktu-waktu lain. Seribu bulan berarti 83 tahun 4 bulan.

Lalu Allah memberitahukan keutamaan yang lainnya, juga berkahnya yang melimpah dengan banyaknya malaikat yang turun di malam itu termasuk Jibril ‘alaihis salam. Mereka turun dengan membawa semua perkara, kebaikan dan keburukan yang merupakan ketentuan dan takdir Allah. Mereka turun dengan perintah dari Allah. Selanjutnya Allah menambahkan keutamaan malam tersebut dengan firmanNya : “Malam itu penuh kesejahteraan hingga terbit fajar. “ (QS Al Qodar:5)

Maksudnya, malam itu adalah malam keselamatan dan kebaikan seluruhnya, tak sedikitpun ada kejelekkan didalamnya sampai terbit fajar. Di malam itu, para malaikat, termasuk malaikat Jibril, mengucapkan salam kepada orang-orang beriman. Dalam satu hadist shahih, Rasulullah SAW menyebutkan keutamaan melakukan qiyamul lail di malam tersebut. Beliau bersabda: “Barang siapa melakukan shalat malam pada saat Lailatul Qodar karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Hadist Muttafaq ‘Alaih).

Kapan terjadinya Lailatul Qadar? Waktu Lailatul Qadar ini dirahasiakan oleh Allah agar para hamba-Nya bersungguh-sungguh untuk mencarinya. Sehingga mereka tidak hanya beribadah pada hari atau waktu tertentu dan meninggalkan ibadah di hari atau waktu lain. Selain itu juga untuk melatih mereka untuk istiqamah dalam beramal. Hanya saja Nabi SAW memberitakan bahwa kemungkinan besar hal itu terjadi pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, Rasulullah SAW bersabda: “Carilah Lailaltul Qodar pada (bilangan) ganjil dari sepuluh terakhir bulan Ramadhan.” (HR Al Bukhari, Muslim dan lainnya).

Yang dimaksud dengan malam-malam ganjil yaitu malam duapuluh satu, dua puluh tiga, dua puluh lima, dua puluh tujuh, dan malam dua puluh sembilan. Adapun qiyamul lail dialamnya yaitu menghidupkan malam tersebut dengan shalat tarawih, shalat tahajud, membaca Al Qur’anul Karim, dzikir, doa, istighfar, dan taubat kepada Allah Ta’ala.
Aisyah radhiallahu’anha berkata, aku bertanya: “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku mengetahui Lailatul Qodar, apa yang harus aku ucapkan didalamnya?” Beliau menjawab, katakanlah:”Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Engkau menyukai pengmpunan, maka ampunilah aku.” (HR At-Tirmidzi, ia berkata hadist hasan shahih).

Jika kita telah mengetahui keutamaan-keutamaan malam yang agung ini, dan ia terbatas pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, maka seyogyanya kita bersemangat dan bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya. Toh kalau untuk prestasi dunia kita bisa belajar, bekerja, berjuang, berkorban dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkannya, maka seharusnya kita bisa lebih bersungguh-sungguh, bisa lebih memprioritaskan untuk menggapai Lailatul Qodar ini yang nilainya jauh lebih besar dari segala prestasi di dunia ini.

Selanjutnya, mengenalkan hakekat Lailatul Qadr kepada keluarga adalah sebuah keniscayaan jika kita juga menginginkan keluarga kita menjadi peraih 'medali' malam yang lebih baik dari seribu bulan. Sebab, tak kenal maka tak sayang. Bagaimana akan tumbuh kerinduan terhadap sesuatu yang tidak dikenal?

Ada beberapa tips bagi keluarga untuk berburu Lailatul Qadr, yaitu:

- Menata niat dalam menggapai Lailatul Qadar, yaitu Imaanan Wahtisaaban (karena iman dan mengharap keridhoan Allah semata).

- Melipatgandakan kesungguhan dari malam-malam sebelumnya.
Siti Aisyah RA berkata: "Rasulullah SAW bersungguh-sungguh (dalam beribadah) melebihi malam-malam lain (sebelumnya)" (HR Muslim II/32)

- Menghidupkan malam-malam itu dengan ibadah. Begitulah yang dilakukan oleh Rasulullah saw, sebab jika pada 20 hari pertama Ramadhan, beliau masih mencampur shalat dan tidur. Namun, pada 10 hari terakhir Ramadhan, beliau menghidupkan mayoritas malamnya dengan ibadah dan menyedikitkan tidur (HR Ahmad). Qiyamul lail kita lakukan dengan shalat tarawih, shalat tahajud, membaca Al Qur’anul Karim, dzikir, doa, istighfar, dan taubat kepada Allah Ta’ala.

- Membangunkan keluarga. Sesungguhnya keluarga yang ASMARA (AS sakinah wal Mawaddah war Rahmah) adalah keluarga yang selalu ta'awun (tolong menolong) dan bekerja sama dalam kebaikan dan menegakkan nilai-nilai taqwa (QS Al Maaidah: 2). Karenanya Rasululllah memuji suami istri yang selalu bekerja sama dalam ta'at kepada Allah SWT sebagaimana sabdanya:"Semoga Allah merahmati suami yang bangun malam mennunaikan shalat (tahajjud) dan membangunkan istrinya. Jika ia enggan, dicipratkan air ke wajahnya. Semoga Allah merahmati istri yang bangun malam menunaikan shalat dan membangunkan suaminya. Jika ia enggan, dicipratkan air ke wajahnya" (HR Abu Dawud , Ibnu Majah). Adalah kebiasaan Rasulullah saw membangunkan istrinya Aisyah ra jika beliau selesai tahajjud dan sebelum mengerjakan shalat witir. Dalam riwayat yang shahih, diceritakan bahwa Nabi saw pada malam-malam sepuluh hari terakhir Ramadhan beliau membangunkan keluarganya. Seperti suatu malam beliau pernah mengetuk pintu rumah putrinya Fathimah ra dan suaminya Ali bin Abu Thalib ra sambil mengatakan: "Tidakkah kalian berdua bangun untuk mengerjakan shalat?" (HR Bukhari dan Muslim). Hal ini juga dilakukan oleh para sahabat radhiyallahu 'anhum. Disebutkan dalam kitab Al Muwaththa' karya Imam Malik, bahwasanya Umar bin Khaththab ra mengerjakan shalat malam (tahajjud), begitu memasuki separuh malam baru beliau ra membangunkan keluarganya untuk menunaikan shalat dengan mengatakan kepada mereka: "Shalat! Shalat!" dan membaca ayat 132 dalam QS Thaahaa yang artinya: "Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya."

-Menjauhi istri (Syaddu'l Mi'zar) agar dapat konsentrasi beribadah. Hal ini dilakukan oleh
Rasulullah saw seperti diceritakan oleh Aisyah ra: "Dahulu Rasululullah SAW apabila memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan, menghidupkan malam (dengan ibadah), membangunkan keluarganya dan mengikatkan dengan erat sarungnya" (HR Muslim)

-Mengakhirkan makan sampai sahur (HR Ibnu Abi 'Aashim)

-Mandi di antara Maghrib dan Isya' (HR Ibnu Abi 'Aashim)

-I'tikaf. Aisyah ra menceritakan bahwa Rasulullah saw selalu I'tikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan (HR Bukhari dan Muslim), bahkan pada tahun beliau wafat, beliau SAW I'tikaf 20 hari (HR Bukhari).

- Do'a.

Selain menghidupkan malam-malam itu dengan shalat, tilawah Al Qur'an, dzikir dan sedekah, kita juga banyak memperbanyak do'a. Sebagai hamba Allah kita hanya berkewajiban berusaha, akhirnya hanya Allah- lah yang menentukan. Namun, Allah swt menjanjikan bahwa hidayah, taufik dan pertolongan-Nya akan diberikan kepada para hamba-Nya yang bersungguh-sungguh (QS Al 'Ankabuut (29): 69). Karena itu, selain dengan usaha-usaha lahir, kita juga harus melakukan usaha batin, di antaranya dengan berdo'a kepada Allah agar kita termasuk orang-orang yang diberikan taufik untuk menggapai Lailatul Qadar.
Di antara do'a yang selalu kita baca di malam-malam itu adalah, Allaahumma Innaka Afuwwun Tuhibbul Afwa Fa’fu ‘Annii "Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Engkau menyukai pengmpunan, maka ampunilah. “ (HR Tirmidzi).


Semoga kita semua dan keluarga kita diberikan taufik oleh Allah untuk mendapatkan Lailatul Qadr. Amiin ya robbal ‘alamin..

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Sumber: Panduan Lengkap Ibadah Ramadhan,Berburu LQ Bersama Keluarga (ummionline)

Simulasi Jangka Sorong