Habitat Grebe Alaotra itu rusak parah setelah spesies ikan karnivora (pemakan daging) dibiarkan hidup di danau di mana burung itu hidup, menurut Birdlife International. Selain itu, nelayan menggunakan jaring nilon memerangkap burung-burung tersebut, semakin memicu kepunahan Grebe Alaotra.
Danau dan lahan basah lainnya dihadapkan pada situasi yang sama. The Rail Zapata, spesies burung asli Kuba, diumumkan berada pada status kritis terancam punah, setelah mongooses dan spesies eksotis ikan patin digabungkan ke habitat mereka.
Direktur Internasional bidang Iptek, Dr. Leon Bennun, mengutip invasi spesies asing sebagai salah satu ancaman terbesar terhadap keanekaragaman hayati. Di Asia dan Australia, jumlah Great Knot telah menurun secara signifikan akibat drainase dan polusi lahan basah tepi pantai.
“Lahan basah merupakan lingkungan yang rapuh, mudah terganggu atau tercemar, bukan hanya penting untuk burung dan keanekaragaman hayati lain, tetapi juga bagi jutaan orang di seluruh dunia sebagai sumber air dan makanan,” kata Dr Stuart Butchart, BirdLife’s Global Research and Indicators coordinator.
Kepunahan Grebe Alaotra, salah satu dari beberapa jenis burung yang harus menanggung ‘takdirnya’ akhir-akhir ini, mengisyaratkan bahwa “tindakan manusia dapat memiliki konsekuensi yang tak terduga,”